Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Air mata Promovendus Komaruddin Simanjuntak tumpah di Ruang Sidang Gedung Bung Hatta, Kampus A, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rabu (30/8/2023). Ia pun menarik selembar-dua lembar tisu untuk menyeka air mata di pelupuk mata, hingga yang meleleh membasahi kumisnya yang lebat. Saat itu, ia tidak sedang dicecar pertanyaan oleh Dewan Penguji atas disertasi yang dipertahankan.
Pertanyaan penguji lebih kepada memperdalam serta mempertajam disertasi promovendus yang seorang purnawirawan TNI-AD berpangkat mayor jenderal itu. Adapun judul disertasinya: “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Human Capital dan Perilaku Kerja Inovatif Terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia Pegawai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)”.
Benar. Untuk meraih jenjang pendidikan tertinggi itu, Komar menjadikan BNPB dan Kepala BNPB (ketika itu) Letjen TNI Doni Monardo, sebagai objek penelitian. Sejumlah kegiatan dengan tekun ia ikuti, mulai dari perkuliahan, praktik laboratorium, seminar, ujian, diskusi, studi mandiri, riset lapangan, dan pengajaran.
Ia pun sadar, bahwa riset doktor tersebut harus memiliki keunikan sebagai bentuk manifestasi dari area spesialisasi keilmuan yang ditekuninya di bawah bimbingan profesor. Spesialisasi ini dicapai melalui berbagai proses intelektual (intellectual process), seperti kolokium, seminar, dan konferensi. Untuk itu semua, ia mendapat bimbingan dari promotor Prof Dr R Madhakomala, M.Pd dan co promotor Prof Dr Ir Kazan Gunawan.
Komar, dalam penelitiannya berhasil menemukan sesuatu yang disebut “Model Komazan”. Sebuah akronim dari Komaruddin selaku peneliti, Prof Madha selaku promotor, dan Prof Kazan selaku co promotor. “Model Komazan ini merupakan model strategi peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia,” ujar lelaki kelahiran Pematang Siantar 10 Januari 1960 itu.
*Rakyat dan Doni Monardo*
Doni Monardo diakui sebagai sosok sentral dari pusaran penelitiannya mengenai SDM (Sumber Daya Manusia) BNPB. Berkisah tentang kinerja Doni Monardo itulah yang menyeret Komaruddin ke situasi “luar biasa” di tahun 2019 - 2021, era Doni menjabat.
Alhasil, ketika penguji menanyakan apa yang memotivasi peneliti untuk mengambil objek penelitian di BNPB, ingatan Komar seketika melayang ke Doni Monardo, Kepala BNPB dan Ketua Satgas Covid-19.
Di tengah bencana alam yang bertubi, serta wabah Covid-19 yang “mematikan” (sektor ekonomi maupun nyawa manusia), Komar melihat dari dekat, bagaimana Doni bekerja keras membanting tulang, atas nama keselamatan rakyat. “Kalau sudah bicara Doni Monardo dan rakyat, saya sangat emosional. Mungkin karena itu saya tak kuasa membendung air mata,” tutur Pangdam IX/Udayana (2017) itu.
Ia pun mengisahkan sepenggal kisah sebagai contoh. Dalam sebuah lawatan tugas penanganan bencana, di atas pesawat, Doni mendatangi tempat duduk para staf dan mengumumkan perlunya rapat setiba di kantor BNPB, Jl, Pramuka, Jakarta Pusat. Tiba di kantor, Doni langsung menggelar rapat koordinasi. Usai rapat, ia mendadak keluar meninggalkan kantor karena dipanggil menghadap Presiden Joko Widodo. Esok pagi, harus berjibaku lagi dengan tugas penanganan bencana alam dan non alam.
“Walaupun di belakang kami saling lempar pekik ‘KOMANDO’, tetapi demi mengingat peristiwa saat itu, saya sangat terharu. Beliau berbulan-bulan tidur di kantor, dan diikuti para staf dan orang-orang dekatnya. Covid-19 tidak mengenal libur, maka ia pun tidak meliburkan dirinya untuk sekadar istirahat dan berkumpul keluarga. Sebuah kepemimpinan yang kuat, strong leadership telah ia tunjukkan selama memimpin BNPB,” papar Komar, yang seangkatan Doni di Akademi Militer (angkatan 1985).
Komar dan Doni kerap berada dalam operasi penugasan yang sama, baik di Timor Timor maupun di Aceh kala itu. Bahkan saat tsunami Aceh 2004, keduanya sedang bertugas di Aceh.
*Pesan para Penguji*
Mengenakan busana promovendus, Komar mengawali sidang dengan presentasinya di hadapan Prof Dr R. Madhakomala, M.Pd (promotor) dan Prof Dr Ir Kazan Gunawan (co promotor). Selain itu, duduk lima orang penguji.
Mereka adalah prof Dr Dedi Purwana, ES, M.Bus (Ketua dan Direktur Pascasarjana UNJ), Prof Dr Hamidah, SE, M.Si (Sekretaris dan Koordinator Program Doktor – Ilmu Manajemen), Prof Dr Cory Yohana, MM (Dewan Penguji), Agung Dharmawan Buchdadi, MM, Ph.D (Dewan Penguji), dan Prof Ir Anoesyirwan Moeins, M.Si, MM selaku penguji luar.
Usai dinyatakan lulus, dan berhak menyandang gelar Doktor di bidang Manajemen SDM, Komar menerima sejumlah kesan-kesan melalui Whatsappnya.
Di antaranya, “Dr Komar hebat kok presentasinya. Lupa-lupa dikit enggak papa pak… enggak ada yang sempurna. Nilainya juga sangat bagus. OK Semoga sukses semua ya, bapak dan keluarga. Amin”.
Komentar penguji yang lain, “Saya bangga dan maklum, atas kegigihan Pak Komarudin… dan rasa humanisme yang begitu besar ditempa dengan pengalaman membela kemanusiaan yang penuh tantangan … membuat perasaan menjadi sensisitif dan mudah tersentuh… semangat… terus untuk perjuangan meningkatkan kualitas SDM …yang bermartabat.”
Ada lagi komentar, “Alhamdulillah pak dan puji syukur pak dengan motivasi yang tinggi akhirnya gelar doktor dapat dicapai. Aamiin. Dan ini berkat dorongan motivasi keluarga dan penguji . Selamat ya pak Doktor Kamaruddin Simanjuntak dan salam buat keluarga.”
Masih ada lagi yang menulis, “Pak Dr Komarudin nanti kalau sudah usia 65 buat buku pak Sejarah bapak dari kecil sampai bisa mencapai doktor di samping tugas di militer. Dan bermanfaat untuk anak cucu. Perjuangan bapaknya dari seorang anak petani bisa jadi jenderal dan juga seorang Doktor ilmu MSDM dan luar biasa pak Dr Kamarudin.”
Prof Cory bahkan menulis komentarnya dalam bentuk pointers. Begini kalimatnya:
1. Bapak doktor ini memang setia kawan ......
2. Bapak penerus yang hebat ...kalau ada ortu bapak pasti beliau banga dg anaknya
3. Semoga harapan kita tercapai ya pak doktor
4. Bpk presentasi sdh bagus pak ..karena sdh usaha serius ..Tuhan pasti membantu bapak ..
5. Ya saya juga ikut sedih saat bapak menangis..
Mayjen TNI Purn DR Komaruddin Simanjuntak, S.I.P, M.Si. Begitu penulisan nama lengkap Komar yang juga Sekjen Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) itu. Sebagai seorang doktor, di pundaknya kini tersemat tanggung jawab untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai utama dari kecendekiawanan, yaitu kebenaran, kejujuran, kebebasan berpendapat, dan otonomi intelektual.
Nilai-nilai yang mutlak tertanam pada setiap mahasiswa dan dosen program doktor. Idealnya, nilai-nilai ini harus menjadi perhatian utama di dalam etika keilmuan dan harus teraplikasikan dalam pengembangan riset, publikasi hasil riset, serta pengabdian kepada masyarakat.
*Sekilas Doktor Komar*
Mayor Jenderal TNI (Purn) Dr Komaruddin Simanjuntak, S.I.P., M.Si menggenapi jajaran perwira tinggi TNI-AD yang meraih jenjang pendidikan umum tertinggi, S3. Karier militernya terbilang moncer. Jenderal bintang dua ini memungkasi kariernya sebagai Panggdam IX/Udayana.
Komar merupakan alumni Akademi Militer tahun 1985 dengan kemahiran di bidang infanteri. Ia juga memiliki riwayat penugasan operasi di dalam negeri yakni Operasi Tim Tim tahun 1992, Operasi Rajawali tahun 1995, Operasi Bakti TNI tahun 1996, Operasi Pamrahwan Ambon tahun 2000 dan Operasi Aceh tahun 2005.
Sedangkan riwayat penugasan di luar negeri adalah Malaysia (1993), Singapura (2007), Australia (2007), Kamboja (2007), Filipina (2007), dan 2008 di Peru, Jerman Barat, Jepang dan Iran.
Pasca purna tugas, Komar sempat menjadi Tenaga Ahli di Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) 2019 – 2021. Kemudian kembali bertandem dengan teman seangkatannya, Doni Monardo di Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD). Doni menjabat Ketua Umum, sedangkan Komar menjabat Sekjen.
Selain itu, suami dari Vera Dumonga Silitonga ini juga tercatat aktif di bidang pembinaan olahraga, khususnya pada cabang tinju amatir. Ia memegang jabatan Ketua Umum PP (Pengurus Pusat) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina), periode 2020 – 2024. (Arianto)