Artikel
Sekilas Pandangan Sistem Arsitektur Intelijen
Oleh : Dede Farhan Aulawi
“ Ketika kita melakukan perjalanan ke eropa atau negara lainnya yang memiliki aneka bangunan yang megah dan indah, sering kali kita merasa takjub dan kagum pada berbagai ornamen keindahan gedung ataupun tata letak kotanya. Sebagian mungkin hanya cukup dengan berdecak kagum saja, dan sebagina lagi mungkin akan berfikir tentang kekaguman pada para ‘arsitek’ di zamannya.
Arsitek adalah orang yang menguasai ilmu arsitektur, yaitu ilmu dan seni dalam mendesain dan merancang bangunan dan struktur yang memiliki karakteristik tertentu seperti kegunaan, kekokohan dan keindahan. Jadi, suatu bentuk yang dirancang oleh seorang arsitek harus memiliki fungsi dan juga memiliki nilai estetika (keindahan).
Begitupun dalam membangun sebuah kota diperlukan adanya Perencanaan Wilayah dan Kota sehingga tata letak dan kecantikan kotanya bisa benar – benar dinikmati bersama. Konsep dasar inilah yang menginisiasi pemikiran perlunya kesepakatan dalam membangun arsitektur di bidang intelijen yang dinamakan Sistem Arsitektur Intelijen Indonesia ”, ungkap Pemerhati Intelijen Dede Farhan Aulawi di Bandung, Jum’at (1/4).
Hal tersebut ia sampaikan ketika menerima kunjungan beberapa awak media yang berkunjung dan bersilaturahmi di kediamannya yang sangat sederhana di Bandung. Selama ini Dede memang dikenal sebagai orang yang ramah dalam menerima silaturahmi dari berbagai elemen masyarakat, termasuk para awak media.
Disamping itu ia juga dianggap enak untuk diajak diskusi santai dengan beberapa tema, termasuk di bidang intelijen yang selama ini belum banyak dipahami oleh masyarakat. Terlebih atas harapannya dalam membangun Sistem Arsitektur Intelijen Indonesia.
Seorang arsitek menurutnya harus memahami beberapa bidang ilmu lainnya, kemudian diolah dan diintegrasikan menjadi sebuah karya yang monumental. Oleh karenanya, ia harus memiliki kemampuan imajinasi yang kuat, kreatif dan memperbanyak literasi teknik, sistem dan manajemen arsitektur itu sendiri.
Kemudian dikombinasikan dengan keahlian bidang Fisika Bangunan, Perancangan Arsitektur, Prinsip Struktur, Tektonik Arsitektural, Sistem Lingkungan dan Konstruksi, Struktur Konstruksi Bangunan, Metode Perancangan Arsitektur, maupun Arsitektur Kota.
Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa referensi arsitektur telah ditulis sejak zaman kuno, misalnya teori arsitektur yang berjudul De architectura oleh arsitek romawi, Vitruvius. Menurutnya, bangunan yang baik harus memiliki firmitas (kekuatan), utilitas (kegunaan), dan venustas (keindahan).
Unsur "fungsi" tidak hanya mencakup kegunaan saja namun juga estetika, psikologis, dan dimensi kultural. Dengan demikian lahirlah konsep dan ide arsitektur berkelanjutan mulai dari arsitektur vernakular, kemudian berlanjut pada jenis Arsitektur aerodinamis, Arsitektur bioklimatik, dan Arsitektur tropis. Konsep dan makna mendasar ini bisa dijadikan sebuah rancangan dasar dalam membangun struktur intelijen yang kuat, trengginas, cepat dan akurat.
Arsitektur intelijen bisa didesain untuk menggambarkan standar dan kebijakan dalam menemukan informasi dan data strategis dengan bantuan teknik dan teknologi berbasis komputer yang menciptakan sistem intelijen yang digunakan untuk visualisasi, pelaporan, dan analisis data online.
Biasanya terdiri dari data, orang, proses, teknologi, dan manajemen elemen – elemen tersebut. Seementara itu sistem arsitekturnya merupakan model konseptual yang mendefinisikan struktur, perilaku, dan pandangan lebih dari suatu sistem. Sebuah deskripsi arsitektur adalah deskripsi formal dan representasi dari suatu sistem, yang diselenggarakan dengan cara yang mendukung penalaran tentang struktur dari sistem.
Sebuah arsitektur sistem dapat terdiri dari komponen sistem, sifat eksternal terlihat dari komponen-komponen, hubungan (misalnya perilaku) di antara mereka. Hal ini dapat memberikan rencana dari mana produk dapat diperoleh, dan sistem yang dikembangkan, yang akan bekerja sama untuk menerapkan sistem secara keseluruhan. Ada upaya dalam memformalkan bahasa untuk menggambarkan arsitektur sistem, secara kolektif ini disebut bahasa deskripsi arsitektur.
Arsitektur intelijen mengartikulasikan standar teknologi, manajemen data dan praktik analitik yang mendukung upaya intelijen organisasi, serta platform dan alat khusus yang akan digunakan. Ini berfungsi sebagai cetak biru teknologi dalam mengumpulkan, mengatur dan mengelola data serta informasi intelijen untuk dianalisis, visualisasi data, dan pelaporan.
Arsitektur intelijen yang kuat juga menggabungkan kebijakan untuk mengatur penggunaan komponen teknologi dalam mendukung berbagai tahapan proses intelijen, mulai dari pengumpulan data, sortir, integrasi, penyimpanan dan analisis hingga visualisasi data, pengiriman informasi, dan penggunaan informasi intelijen sebagai basis pengambilan keputusan. Komponen intinya meliputi Source System, Data Integration & Cleansing Tool, Analytic Data Warehouse, dan Data Visualization Tool.
Kriteria penting dalam proses pemilihan sumber data meliputi relevansi data, mata uang data, kualitas data, dan tingkat detail dalam kumpulan data yang tersedia. Selain itu, kombinasi tipe data terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur mungkin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan analisis data dan pengambilan keputusan.
Untuk menganalisis secara efektif data yang dikumpulkan, organisasi harus mengintegrasikan dan mengkonsolidasikan kumpulan data yang berbeda. Teknologi integrasi data yang paling banyak digunakan adalah perangkat lunak ekstrak, transformasi, dan muat (ETL) yang menarik data dari sistem sumber dalam proses batch.
Data diekstraksi dan dimuat apa adanya, termasuk integrasi data real-time, seperti pengambilan data dan integrasi streaming untuk mendukung aplikasi analitik real-time, dan virtualisasi data, yang menggabungkan data dari sistem sumber yang berbeda secara virtual.
Sementara itu terkait dengan penyimpanan data analitik, mencakup berbagai repositori tempat data disimpan dan dikelola. Yang utama adalah gudang data, yang biasanya menyimpan data terstruktur dalam database relasional, kolom atau multidimensi dan membuatnya tersedia untuk kueri dan analisis. Gudang data dapat dikaitkan dengan data mart yang lebih kecil yang disiapkan untuk masing-masing departemen dan unit bisnis dengan data yang spesifik.
Sistem intelijen terdiri dari empat komponen utama, seperti data warehouses, business analytics, business performance management, dan user interfaces. Kemudian tiga komponen utama infrastruktur intelijennya meliputi skema pelaporan, serangkaian proses ekstraksi, dan proses analitiknya. Kemudian ada Intelligence Model (IM) yang menawarkan peluang untuk mengubah data mentah menjadi informasi yang bermakna dan berguna, untuk membangun rencana strategis yang efektif, serta menciptakan wawasan taktis dan operasional untuk pengambilan keputusan dalam jangka waktu tertentu.
“ Hal ini kelihatannya sederhana, namun dalam prakteknya tentu tidak mudah. Di dalamnya perlu ketersediaan anggaran, teknologi dan kuncinya di ketersediaan SDM. SDM mungkin tidak otomatis tersedia, tapi paling tidak harus ada konsep sebagai pondasi dalam meletakan sistem pendidikan intelijen yang adaptif dengan perkembangan.
Inilah inti pokok dari intelijen kontemporer (Contemporary Intelligence). Namun demikian kita harus selalu optimis dalam memandang masa depan, sebab dari karakter yang optimis inilah akan lahir sebuah harapan dalam mewujudkan arsitektur intelijen yang tangguh dan tepat dari sisi fungsi, dan juga indah dan efektif dari sisi penampilan dan pemenuhan kebutuhan para pimpinan sebagai unsur pengambil keputusan. Jika fungsi intelijen sudah efektif, maka keberadaanya akan sangat diperhitungkan dan dioptimalkan dalam setiap pengambilan keputusan strategis “, pungkas Dede mengakhiri perbincangan sore ditemani sejumput kopi panas. **