Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
PT TASPEN (Persero) ["TASPEN"] mencatat kinerja positif selama 2019 dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan memperhatikan tingkat risiko untuk jamin keamanan dana investasi dan 86% investasi ditempatkan pada instrumen yang aman berupa surat utang dan deposito.
Antonius N S Kosasih, Direktur Utama PT TASPEN menyampaikan, kinerja positif selama 2019 dengan membukukan laba bersih sebesar Rp388,24 miliar, melonjak Rp116,69 miliar, jika dibandingkan dengan laba tahun 2018 sebesar Rp271,55 miliar atau naik sebesar 42,97% secara year on year.
"Lonjakan laba tersebut dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan premi sebesar Rp977 miliar serta kenaikan pendapatan investasi sebesar Rp1,46 triliun, atau masing-masing naik sebesar 12,08% dan 19,08% dibandingkan tahun 2018. Lonjakan laba Perseroan yang mencapai hampir 43% tersebut menunjukkan efisiensi biaya yang sangat baik diterapkan TASPEN, yang jauh lebih rendah dibandingkan expense ratio industri asurasi di Indonesia," ujar Kosasih saat konferensi pers Paparan Kinerja 2019 di Jakarta. Senin (27/01)
Selain itu, kata Kosasih, Kinerja positif TASPEN juga terlihat pada pertumbuhan aset yang naik secara signifikan sebesar Rp31,38 triliun di mana pada tahun 2019 TASPEN membukukan nilai aset sebesar Rp263,25 triliun atau naik sebesar Rp31,38 triliun atau 13,53% (year on year) dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 231,87 triliun.
Sementara itu, lanjutnya, dari sisi ekuitas terjadi pertumbuhan sebesar Rp1,7 triliun sepanjang tahun 2019, di mana TASPEN membukukan ekuitas sebesar Rp11,4 triliun atau meningkat 17,52% (year on year) dibandingkan talhun 2018 sebesar Rp9,7 triliun.
Sedangkan, Total Liabilitas pada tahun 2019 tercatat Rp251,84 triliun, yang sebagian besar terdiri atas Dana Akumulasi luran Pensiun PNS Rp151,40 triliun serta Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp99,48 triliun. Kenaikan Cadangan Teknis yang ditetapkan oleh Direksi TASPEN menunjukkan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance yang sangat ketat diterapkan TASPEN untuk menjaga keamanan pengelolaan dan kesejahteraan peserta TASPEN.
Di tahun 2018, Kosasih menambahkan, angka Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis yang dicatat TASPEN sebesar Rp93,96 triliun. Hal itu berarti dengan lonjakan pendapatan yang ada TASPEN mencatatkan kenaikan Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp5,52 triliun atau ekuivalen dengan kenaikan sebesar 5,9%.
Kinerja positif TASPEN, jelas Kosasih, juga terlihat pada pertumbuhan aset yang naik secara signifikan sebesar Rp31,38 triliun di mana pada tahun 2019 TASPEN membukukan nilai aset sebesar Rp263,25 triliun atau naik atau naik sebesar Rp31,38 triliun atau 13,53% (year on year) dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 231,87 triliun. Sementara dari sisi ekuitas terjadi pertumbuhan sebesar Rp1,7 triliun sepanjang tahun 2019, di mana TASPEN membukukan ekuitas sebesar Rp11,4 triliun atau meningkat 17,52% (year on year) dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp9,7 triliun.
Total Liabilitas pada tahun 2019, tegas Kosasih, tercatat Rp251,84 triliun, yang sebagian besar terdiri atas Dana Akumulasi luran Pensiun PNS Rp151,40 triliun serta Liabilitas kepada Peserta dan Cadangan Teknis sebesar Rp99,48 triliun. Kenaikan Cadangan Teknis yang ditetapkan oleh Direksi TASPEN menunjukkan prinsip kehati-hatian dan Good Corporate Governance yang sangat ketat diterapkan TASPEN untuk menjaga keamanan pengelolaan dan kesejahteraan peserta TASPEN.
Kosasih juga menegaskan bahwa sebagian sangat besar portofolio investasi TASPEN ditempatkan pada instrumen yang sangat aman. Mayoritas investasi ditempatkan pada instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income), yaitu surat utang maupun deposito sebesar 86,2% dari total portofolio.
Menurutnya, Porsi investasi di surat utang atau obligasi sebesar 67,5% di mana sebagian besar merupakan obligasi pemerintah dan deposito 18,7% di mana sebagian besar ditempatkan di bank BUMN. Adapun sisanya berupa investasi langsung 2,2%, saham 4,9%, dan reksa dana 6,7% di mana reksadana saham hanya sebesar 1,3%, itupun dengan seleksi pemilihan MI yang sangat ketat.
"Mayoritas investasi Taspen ditempatkan pada surat utang negara maupun obligasi korporasi dengan fundamental yang kuat, dengan tingkat risiko yang sangat rendah, namun tetap memberikan imbal hasil yang baik," tutur Kosasih.
Untuk menjaga likuiditas perusahaan dan keamanan dana, kata Kosasih, TASPEN menempatkan hampir 80% deposito di bank BUMN, 18% di Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan hanya 2% pada bank umum yang merupakan anak usaha dari Bank Mandiri dan TASPEN yaitu Bank Mandiri Taspen. Untuk investasi di saham, TASPEN memilih saham-saham emiten yang sebagian sangat besar terdaftar pada Indeks LQ-45 dan didominasi oleh saham-saham BUMN yang tergolong saham-saham blue chip.
"Dalam proses pemilihan saham untuk alokasi investasi, kami selalu mengutamakan aspek makro ekonomi, fundamental, prospek bisnis, likuiditas, dan valuasi perusahaan yang wajar dan seksama serta memeperhitungkan pula faktor-faktor teknikal," jelas Kosasih.
Pada instrumen reksadana, lanjutnya, TASPEN berinvestasi melalui maksimum 15 Manajer Investasi (MI) yang memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) di atas Rp 4 Triliun hingga sekitar Rp50 triliun di mana 90% di antaranya adalah MI yang menduduki peringkat 15 besar. Selain itu, hampir 50% penempatan reksadana TASPEN adalah pada MI BUMN.
"Kami berkomitmen untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian yang kami pegang teguh guna menjamin keamanan dana investasi yang kami kelola untuk memberikan manfaat secara maksimal kepada peserta," pungkasnya. (Arianto)