Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Dalam rangka memperingati Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia, Cancer Information & Support Center (CISC) menggelar forum edukasi media dengan mengusung tema “Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa Tangani Bersama".
Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan 2018), 1,8 juta jiwa di dunia meninggal akibat Kanker paru sepanjang 2018. Sementara di Indonesia, setiap tahunnya lebih dari 30.023 penduduk Indonesia di diagnosa Kanker Paru, sementara, 26.095 orang meninggal akibat kanker paru pada tahun 2018.
Secara umum, kanker paru dibagi menjadi 2 jenis besar yakni kanker paru bukan sel kecil atau non small cell lung cancer (NSCLC) dan kanker paru sel kecil atau small cell lung cancer (SCLC). Sejumlah Pasien NSCLC memiliki mutasi gen anaplastic lymphoma kinase (ALK) atau di kenal dengan cancer paru NSCLC ALK+ (ALK positif).
Aryanthi Baramuli Putri, SH, MH, Ketua Umum Cancer Information & Support Center mengatakan, Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi akibat kanker, bahkan Iebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah kematian dari kanker prostat, payudara dan kolorektal bila digabungkan.
“Tingkat survival 5 tahunan kanker paru sangat rendah dan tergantung pada stadium ditemukannya kanker, dimana pada kanker paru stadium dini sebesar 50%, sementara stadium Ianjut hanya sekitar 2-19%,” ujarnya saat jumpa pers Forum Diskusi Media “Kanker Paru ALK-Positif: Kenali, Periksa Tangani Bersama" di Hongkong Cafe Jakarta. Kamis (28/11)
Hal ini menurut Aryanthi menandakan adanya tantangan dari segi ketersediaan informasi tentang kanker paru dan berbagai jenis mutasinya serta deteksi dan pengobatannya, termasuk untuk kanker paru jenis ALK positif, tambahnya.
Sementara itu, dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D, Sp.P (K) mengatakan, ALK adalah salah satu mutasi onkogenik yang terjadi pada pasien kanker paru bukan sel kecil atau NSCLC. Kanker paru ALK positif memiliki masa perburukan yang sangat cepat, yaitu hanya sekitar 7 bulan dengan pengobatan kemoterapi.
Lebih lanjut Laksmi menjelaskan, bahwa Kanker paru jenis ini bisa dibilang penyakit Iangka dimana terjadi pada sekitar 2-5% dari populasi kanker paru, yang sebagian besar ditemui pada pasien kanker paru stadium lanjut, bukan perokok, berusia sekitar 45-50 tahun atau Iebih muda dari populasi pasien kanker paru umumnya, serta mengalami penyebaran seI kanker atau metastasis ke otak.
“Namun, lanskap pengobatan kanker paru telah berkembang sangat pesat sehingga kemajuan teknologi memungkinkan penanganan kanker paru yang efektif, salah satunya dibuktikan dari hasil studi yang menunjukkan pengobatan pengobatan Anti ALK yang telah alectinib yang telah berhasilhas meningkatkan hasil terapi pasien, yakni dapat memberikan masa bebas perburukan hampir 3 tahun,” pungkasnya. (Arianto)