Duta Nusantara Merdeka | Labuhan Bajo
Produksi sampah di Labuan Bajo Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) mengalami kenaikan menyusul bertambahnya jumlah penduduk, makin banyaknya restoran, hotel dan aktivitas-akvitas lainnya. Dalam sehari, sampah yang dihasilkan berkisar antara 14-20 ton.
Sampah di Labuan Bajo menjadi salah satu permasalahan yang harus ditanggulangi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi produksi sampah, namun belum membuahkan hasil yang siginikant. Tekhnologi pembangkit listrik tenaga sampah menjadi salah satu solusi untuk mengubah sampah menjadi energi yang berguna.
Karena itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Manggarai Barat menyambut baik setiap upaya penanganan sampah di Labuan bajo. “Sampah di Labuan Bajo sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Saya menyambut baik kedatangan investor yang bergerak di bidang pengolahan sampah, demikian Bupati Manggarai Barat, Drs. Agustinus Ch. Dula, saat menerima Hendri Suwarno (Tim Ahli Langenburg Technologies Indonesia), Novi Sandiayana (Direktur PT. Kurniawan Andalan Timur Indonesia) dan Viktor Emanuel Baldi (Staf Ahli PT. Kurniawan Andalan Timur Indonesia) dari Surabaya-Jawa Timur, di ruang rapat Bupati Mabar, Senin (20/5) pagi.
Menurut dia, jika dalam aktivitas pengolahan sampah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, seperti energy listrik dan air mineral, itu adalah bonus. “Setiap kali mendengar informasi adanya investor yang berencana mengolah sampah di Labuan Bajo, saya senantiasa respek dan pasti pasti saya priorotaskan.
Karena sampah di Labuan Bajo menjadi persoalan dan sudah mendapat sorotan dari pemerintah Pusat melalui Menteri Bidang Kemaritiman RI, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan,” paparnya.
“Tahun 2018 silam, Pak Menko Bidang Kemaritiman datang ke Labuan Bajo. Salah satu masalaha yang dia soroti adalah sampah. Menurut Pak Menko, sampah tidak boleh ada di Labuan Bajo, sebagai salah satu destinasi super prioritas. Kalau masih ada sampah, itu berarti Pemda gagal,” demikian Bupati Mabar, mengutip pernyataan Menko Bidang Kemaritiman RI.
Sementara itu, Hendri Suwarno, dalam pemaparannya menyampaikan bahwa dalam pengolahan sampah teknologi yang digunakan adalah Teknologi Plasma. Teknologi Plasma jelasnya bisa menghasilkan energi, dan sampah-sampah yang diproduksi setiap harinya bisa dengan mudah dimanfaatkan untuk dimusnahkan melalui pembakaran di mesin yang ada dengan menggunakan teknologi.
“Ini suatu kemajuan yang bagus untuk diterapkan. Lahan juga tidak dibutuhkan terlalu besar, asalkan dekat dengan muara. Karena teknologi ini membutuhkan air yang banyak, tetapi bukan air bersih melainkan air limbah semua jenis termasuk limbah B3 yang dihasikan dari rumah sakit dan bengkel-bengkel,” ujarnya.
Lebih lanjut Hendri mengatakan pihaknya sebagai investor akan menyiapkan teknologinya termasuk operator. Pihak Pemda hanya menyediakan lahan, regulasi dan pengamanan di mana mesin itu diletakan. Selanjutnya yang mengelola adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan system sharing profit dari hasil penjulan energy listrik dan air mineral yang dihasilkan.
“Kewajiban Pemda adalah menyiapkan lahan, regulasi dan pengaman. Nantinya akan bersinergi dengan kebijakan yang diambil dalam hasil pertemuan ini. Untuk selanjutnya pihaknya akan mengidentifikasi terlebih dahulu persyaratan yang ada.
Nantinya, jika memang berpotensi untuk bekerja sama, maka akan dilanjutkan dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku. Dan itu akan ditindaklanjuti setelah ada kejelasan. “Saat ini kami hanya sebatas presentasi terlebih dahulu, nanti untuk ke depannya masih akan dibicarakan lagi,” tuturnya.
Sedana dengan Suwarno, Viktor Emanuel Baldi mengatakan dari sampah yang diproduksi di Labuan bajo akan di jadikan energi listrik. Sampah-sampah itu akan dicacah sampai ukuran tertentu dan dimasukkan ke plasma chamber dengan suhu bisa mencapai 6000 derajat celcius.
Ketika masuk ke dalam plasma chamber, maka sampah akan menjadi ion-ion dan akan dibuat menjadi bahan bakar ultra blue fuel, itulah yang nanti akan menggerakkan turbin, dan ketika bergerak maka akan menjadi listrik.
Disaat yang sama, karena ada hidrogennya bertemu dengan oksigen (o2), pasti menghasilkan air. Jadi selain listrik juga menghasilkan air destilata (air dari uap yang mengembun). Jadi selain membereskan sampah yang ada berapapun besarnya, juga menghasilkan listrik yang sangat luar biasa.
“Semua jenis sampah, baik plastik, kaca, metal, basah atau apapun. Bisa menghasilkan air bersih yang layak minum. Dengan 10 mega watt, bisa menghasilkan air maksimum sampai 10-1000 meter kubik per hari atau tergantung komposisi input,” jelasnya.
Menurut Viktor Emanuel Baldi Teknologi dari Jerman ini, jika jadi dibangun maka hanya membutuhkan lahan sebanyak 1 hektare. Dengan teknologi plasma, sangat ramah lingkungan dan tidak menghasilkan asap sama sekali. (*)