RENUNGAN HARI
PAHLAWAN 10 NOVEMBER 2018
GENERASI MUDA DAN SEMANGAT PAHLAWAN
(Oleh
: EBIET PRAYUGO RADITYO)
Generasi muda
sepanjang zaman akan tetap menjadi fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri.
Sebagai bukti nyata generasi muda tahun 1928 pada akhirnya mengantarkan negeri
ini ke pintu gerbang kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Akan tetapi untuk
selanjutnya adalah wajar juga apabila ada perasaan kekhawatiran bagi setiap
manusia. Bukan sesuatu yang mustahil, bisa saja terjadi sebagaimana yang
dikemukakan para ahli bahwa dominasi Politik dan Ekonomi suatu bangsa bisa
mempengaruhi komunitas bangsa lain termasuk idealisme generasi muda tersebut.
Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentu menciptakan kebudayaan baru.
Sebagai contoh dengan adanya kemajuan dan pertumbuhan pesat laju ilmu informasi
global seperti komunikasi jaringan internet membuat polarisasi kehidupan
manusia begitu serba cepat. Hanya dengan bilangan detik hubungan komunikasi
tersebut sudah masuk ke jaringan dunia Internasional.
Posisi dan reposisi
generasi muda yang serba cepat menangkap peluang seperti itu dengan sendirinya
mempengaruhi pola pikir mereka dan terkadang menempuh jalan pintas. Misalnya,
tidak sedikit keinginan serba instan. Berbisnis barang haram narkoba, bahkan mengkonsumsinya
sehingga sadar atau tidak akhirnya menjadi generasi muda yang loyo, tak
berdaya, generasi sampah.
Generasi muda seperti
itu telah kehilangan semangat jiwa kepahlawanan seperti yang pernah dimiliki
oleh para pahlawan pendiri negeri tercinta ini. Justru lebih menyedihkan lagi
sebagaimana data yang diungkapkan BNN (Badan Narkotika Nasional) bahwa setiap
hari rata-rata 50 orang meninggal dunia karena kejahatan narkoba. Itulah
sebabnya rasa kekhawatiran bangsa ini terhadap peran generasi muda kedepan
dalam perihal mengisi kemerdekaan. Mampu atau Tidak?
Sebagai makhluk yang
bernama manusia tentu kekhawatiran akan kondisi seperti ini adalah bisa
diterima akal sehat. Logikanya bisa timbul pertanyaan, bagaimana jika sebuah
negara di kemudian hari dipimpin dan dikelola oleh orang – orang yang “rusak”
akibat kejahatan narkoba tersebut.
KESENJANGAN
EKONOMI
Bayang-bayang
kekhawatiran dan kecemasan bangsa terhadap generasi mudanya, mengingat sebagai
negara berdaulat sudah pasti tetap bersahabat dengan semua negara di dunia.
Proyeksi Bank Dunia (World Bank) bahwa awal abad 21 ini pertumbuhan penduduk
dunia perbulan 7 juta jiwa atau 1,7 % dari jumlah sekitar lebih 6 Milyar
penduduk dunia sekarang. Apabila di tahun 1987 data Bank Dunia menyatakan
penduduk dunia 5 Milyar dan tahun 2007 menjadi 6 Milyar, maka proyeksi
perdua—dasawarsa terus saja melaju dan penduduk ke 10 Milyar akan lahir di
tahun 2070, bahkan penduduk Tiongkok yang kini sekitar 1,3 Milyar akan terkejar
oleh India di tahun 2145.
Gambaran seperti itu
tentu mengingatkan generasi muda akan bersaing ketat dalam kompetensi, apakah
akan larut dengan kondisi menyedihkan itu yang katanya Trending Topik atau
kembali sadar ke generasi muda yang mempunyai jiwa dan semangat kepahlawanan.
Kesenjangan politik
dan ekonomi serta menciptakan perubahan sosial budaya di semua negara,
menyebabkan generasi muda berjiwa materialis dan konsumtif selalu ingin lintas
jalan pintas tadi. Hidup kaya tampa kerja keras. Bisnis narkoba atau korupsi
dan sejenis kejahatan kriminalitas lainnya.
Dominasi politik dan
ekonomi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis,
Italia, Kanada, Jerman dan Jepang yang menguasai produk kotor nasional dunia
mencapai 64,5 % sementara lebih 100 negara lainnya hanya memperoleh 35,5% yang
mayoritas negara-negara berkembang atau negara miskin.
Kondisi seperti itu
juga diungkapkan oleh Prof. Luis Echeverria pakar Politik dan mantan Presiden
Mexico yang juga pernah menjadi Duna Besar UNESCO memaparkan masih terjadi
kesenjangan cukup tajam antara
masyarakat negara-negara maju dengan negara-negara miskin, sehingga kehidupan
masyarakat di negara miskin masih belum layak, labil, mudah terpengaruh atau
dipengaruhi oleh orang luar, hanya karena “sesuap” barang haram seperti narkoba
tersebut, dengan akibat yang sangat fatal.
Kekhawairan dan
kecemasan itu memang sudah mendunia, bukan saja di Indonesia. Apalagi adanya
konflik politik ekonomi di Internal negara-negara ketiga di Asia juga di Timur
Tengah dan menyebabkan terjadinya gelombang pengungsi yang jelas menimbulkan
masalah baru. Mereka harus makan supaya hidup. Belum lagi masalah pencemaran
udara akibat perang senjata maupun kebakaran hutan seperti yang dikemukakan
oleh penelitian GEO (Group on Earth Observation) Amerika Serikat, bahwa data
polusi udara akibat karbon dioksida (CO2) kini sudah mencapai volume
700 juta dan akan meningkat menjadi 1 Milyar ditahun 2025.
Kondisi carut-marut
diatas membuat KTT Havana yang diselenggarakan UNEP (United Nation Environment
Programme) PBB mengeluarkan keputusan keras dan menyerukan kepada seluruh
negara di dunia tanpa terkecuali agar mematuhi dengan melaksanakan pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (Environment on Sustainable
Development) termasuk masalah pembakar hutan lahan yang berakibat menciptakan
polusi udara dan merusak program langit biru, bahkan menimbulkan korban jiwa
juga otomatis merugikan sektor ekonomi.
TANTANGAN
BESAR
Menanggapi rasa kekhawatiran atau
kecemasan terhadap peran generasi muda ke depan, baik di dunia terutama di
Indonesia, kita tetap optimis di pihak lain karena kejahatan bentuk apapun yang
melemahkan genersi muda, namun aparatur neara tetap melakukan tindakan hukum
sementara generasi muda yang masih memiliki semangat kepahlawanan ternyata
banyak juga memperlihatkan prestasinya di tingkat nasional maupun
Internasional, apakah bidang olah raga, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan
lain-lain.
Semangat jiwa kepahlawanan seperti yang
pernah di percontohkan oleh generasi terdahulu antara tahun 1945 – 1950
sehingga ditetapkannya tanggal 10 November sebagai hari Pahlawan hendaknya
tidak ditinggalkan oleh generasi muda yang mau dan mampu menjadi pemimpin
negara kedepan yang jelas akan berhadapan dengan problematik permasalahan hidup
yang semakin kompleksitas dan multi dimensional.
Dengan demikian kesimpulannya bahwa pembangunan kedepan
harus berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan dimotori oleh generasi
muda yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan. ***
*Penulis Adalah Sekretaris Jenderal Komunitas Anak Muda Pendukung Rakyat Indonesia