Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI), dan Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) menggelar penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Program Peduli Thalassemia di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (25/04/2025).
Dalam penandatanganan yang disaksikan langsung oleh Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, turut hadir Dr. Apt. Adang Firmansyah, M.Si., dari STFI dan Oktariono Hendratama dari YTI. Acara ini juga dihadiri perwakilan dari ketiga lembaga, tokoh masyarakat, serta para penyandang thalassemia.
Peluncuran ini menandai dimulainya tahap awal skrining genetik dan edukasi thalassemia kepada 3.000 pelajar dan masyarakat umum sebagai langkah konkret pencegahan dan pengendalian.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 13.000 kasus thalassemia, dengan konsentrasi tinggi di Jawa Barat, khususnya Bandung. Thalassemia adalah penyakit genetik kronis yang membutuhkan penanganan jangka panjang dan berdampak besar terhadap kualitas hidup penderitanya dan beban ekonomi negara.
Melalui program ini, semua pihak berkomitmen untuk menghadirkan solusi jangka panjang berbasis edukasi, teknologi kesehatan, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam sambutannya, Prof. Nasaruddin Umar menekankan pentingnya peran masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban yang mengedepankan kepedulian sosial dan pelayanan kesehatan masyarakat.
“Masjid harus menjadi bagian dari solusi. Program ini adalah upaya kolektif membangun masa depan generasi muda yang lebih sehat dan berkualitas,” ungkap beliau.
Lima Fokus Strategis Program Peduli Thalassemia
Program ini menjadi tonggak sinergi lintas sektor dengan lima fokus utama:
1. Edukasi & Sosialisasi Publik: Menumbuhkan kesadaran tentang thalassemia dan pencegahannya di wilayah berisiko tinggi.
2. Skrining Genetik Dini: Menyasar remaja dan pasangan usia subur dengan riwayat thalassemia.
3. Konseling Genetik: Membantu perencanaan keluarga secara etis dan ilmiah.
4. Riset & Terapi Herbal: Mengembangkan terapi berbasis penelitian, termasuk penggunaan Braz 131.
5. Mobilisasi Pembiayaan: Melibatkan CSR perusahaan dan donasi masyarakat untuk keberlanjutan program.
PKS Implementatif dan Pendekatan Halal Inovatif
Sebagai turunan teknis dari MoU, ditandatangani pula Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara: Istiqlal Halal Center (IHC), Thalassemia Research Center – STFI dan Perhimpunan Orang Tua Thalassemia Indonesia (POPTI).
Direktur IHC, H. Nur Khayin Muhdlor, Lc., M.E., menegaskan bahwa kesehatan harus menyatu dengan prinsip halal dan tayyib, terutama dalam penggunaan produk herbal seperti Braz 131.
“Program ini bukan sekadar medis, tapi gerakan kemanusiaan yang menyatukan iman, ilmu, dan aksi sosial dalam ekosistem halal yang berdaya guna,” jelasnya.
Kolaborasi CSR dan Keterlibatan Dunia Usaha
Program ini telah mendapat dukungan dari PT Pos Indonesia dan JNE melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang membiayai skrining dan edukasi publik.
IHC dan YTI mengajak institusi pendidikan, pelaku usaha, hingga masyarakat umum untuk turut berkontribusi dalam menciptakan generasi sehat bebas thalassemia.
“Kami percaya Indonesia sehat hanya bisa diwujudkan dengan partisipasi semua pihak. Ayo bergabung!” ajak Nur Khayin.
Acara ditutup dengan peluncuran simbolis program skrining, penandatanganan nota kesepahaman di hadapan Menteri Agama RI, dan makan siang bersama di ruang VVIP Masjid Istiqlal.
Semangat kolaboratif, nilai-nilai keislaman, dan pendekatan ilmiah berpadu dalam gerakan ini, menjadikan Program Peduli Thalassemia sebagai model sinergi sosial-inovatif yang layak direplikasi di seluruh Indonesia.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar