Satu - Satunya Tampil Beda, Koran Politik Paling Berani Mengkritik Terpanas dan Perang Terhadap Koruptor, Narkoba, Teroris Musuh Rakyat ~~~~~>>>>> Kami Menerima Artikel, Opini, Berita Kegiatan, Iklan Pariwara dapat mengirimkannya melalui email dutanusantaramerdeka@yahoo.co.id

Fenomena Dedi Mulyadi dan Tugas Sang Pemimpin Daerah


Duta Nusantara Merdeka | Jakarta 
Sosok Dedi Mulyadi atau yang akrab disapa KDM (akronim dari Kang Dedi Mulyadi) belakangan ini cukup mencuri perhatian publik.

Gubernur Jawa Barat itu muncul dalam ragam rupa, baik itu melalui narasi di berbagai media massa baik cetak maupun online serta hadir di hampir semua platform media sosial (TikTok, Twitter/X, IG, Facebook).

Berkat ekspos besar-besaran di hampir seluruh saluran digital, membuat namanya tiada henti dibicarakan serta potongan gambar/videonya tidak pernah sepi dionton melalui layar kaca (HP/Tv).

Iya, berkat peran media massa dan media sosial yang begitu intens dan masif mengangkat namanya, membuatnya semakin dikenal luas oleh khalayak.

Saking populernya, sampai-sampa muncul isu kalau dirinya sedang "dipersiapkan" untuk kontestasi Pilpres 2029 mendatang.

Kabar burung yang disinggung terakhir ini memang santer dibicarakan tidak hanya di level elite, tapi juga di kalangan masyarakat awam.

Persepsi tersebut memang tidak keliru, menimbang semuanya berjalan dinamis dan sulit diprediksi. Terlebih, berbicara mengenai Pemilu 2029 saat ini terasa masih sangat "kepagian".

Namun, dalam politik semua bisa saja terjadi. Bahkan apa yang menurut sebagian orang mustahil, justru sekejap berubah menjadi kenyataan.

Karenanya, apapun bentuk wacana, kabar burung, rumor, isu hingga narasi liar yang berkembang, sepanjang ia berkaitan dengan kepentingan politik, maka semua punya peluang terbuka untuk menjadi benar.

*Menyingkap Faktor Popularitas KDM*

Sebelum jauh membahas apa yang mendasari popularitas KDM, barangkali perlu untuk diulas sedikit tentang siapa sebenarnya sosok KDM.

Bagi sebagian besar publik tanah air–jauh sebelum namanya begitu tenar di masyarakat–barangkali tidak begitu familiar dengan sosok KDM. Dan, ini wajar, menimbang KDM termasuk salah satu figur politik lokal yang namanya tidak sepopuler tokoh-tokoh politik seangkatannya, sebut saja Ridwan Kamil, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Basuki Thahaja Purnama, Muhaimin Iskandar, Agus Harimurti Yudhoyono dan lainnya.

Nama-nama yang disebutkan di atas meskipun mayoritas bukanlah figur (baca: elit) nasional dalam arti tidak memulai karir politik dari pusat kekuasaan, namun mayoritas masyarakat Indonesia sudah cukup familiar dengan mereka.

Sementara, KDM adalah seorang politisi lokal yang memulai karir politiknya dengan menjadi anggota DPRD Kabupaten Purwakarta sejak 1999-2004. Dalam perjalanan politiknya, ia tercatat pernah dua kali menjabat sebagai Bupati Purwakarta (2008-2013/2013-2018). Bak gayung bersambut, pada 23 April 2016, KDM terpilih secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat periode 2016-2020.

Pertanyaannya, apakah dengan sederet karir politik yang berhasil ia raih itu secara otomatis mengangkat namanya sejajar dengan figur-figur populer yang disebutkan di atas?

Jawabannya, bisa dilihat dari hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei tanah air.

Sebut saja hasil survei DataSight yang merilis 10 figur nasional dengan elektabilitas tinggi. Prabowo Subianto berada di urutan pertama menurut survei itu, disusul Ganjar Pranowo di posisi kedua, Anies Baswedan, Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, dan AHY masing-masing menempati peringkat ke-3 hingga ke-6. Sementara urutan keenam sampai kesepuluh diduduki Puan Maharani, Khofifah Indar Parawansa, Erick Thohir dan Airlangga Hartarto.

Jika dilihat dari hasil survei di atas, KDM memang belum masuk dalam 10 figur dengan tingkat elektabilitas tertinggi saat survei itu dilakukan.

Jika demikian, apa sebenarnya yang membuat dirinya tiba-tiba mendadak populer hari-hari ini?

Pertanyaan ini tidak hanya memicu rasa penasaran publik, tapi juga memantik suasana psikologis para pemimpin daerah lainnya di seluruh Indonesia.

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis mencoba melihatnya dari berbagai sisi. Pertama, faktor karakter kepemimpinan dan momentum. 

Dalam lanskap kepemimpinan tanah air pasca Suharto, masyarakat mulai gandrung akan tipe pemimpin yang bergaya populis.

Seorang pemimpin populis ialah ia yang dekat dengan rakyatnya. Tidak ada jarak antara sang pemimpin dengan rakyat yang diperjuangkan.

Kebalikan dari tipe pemimpin populis ialah pemimpin elitis. Karakter pemimpin elitis cenderung menjaga jarang dengan massa rakyat. Ia sangat jarang terlibat atau hidup bersama rakyatnya.

Antony Lee (2017) mendefiniskan pemimpin populis sebagai sosok pahlawan yang didambakan rakyatnya.

Dalam konteks Indonesia, tipe pemimpin populis ini mulai populer seiring kemunculan Joko Widodo (Jokowi) dalam menerapkan gaya kepemimpinan "blusukannya".

Hal ini kemudian banyak menginspirasi calon kepala daerah lainnya. Termasuk, apa yang kini dilakukan KDM di Jawa Barat adalah bagian dari aktulisasi ciri kepempinan populis ini.

Memang, salah satu keunggulan dari gaya kepemimpinan ini ialah seorang pemimpin akan sangat disukai pengikutnya/pendukungnya karena dinilai dekat dengan rakyat.

Kedua, peran media. Terlepas dari kualitas individu yang dimiliki, peran media baik media massa maupun media sosial begitu signifikan dalam mengangkat citra KDM.

Tanpa peran media, apapun yang dilakukan KDM hanya akan menjadi konsumsi warga setepat dan pengaruhnya pun tidak seluas saat ini.

Jadi, karakter pribadi, gaya kepemimpinan dan peran media menjadi paket pelengkap dalam menggelembungkan nama KDM di tingkat nasional.

Dari sana faktor kedisukaan (likeability) terus menemukan momentum. Professor of psychology and neuroscience University of North Carolina at Chapel Hill, Mitch Prinstein menulis, apa yang membuat seseorang terkenal tak lain karena adanya faktor kedisukaan yang lahir dari cara dia membangun kedekatan dengan masyarakat. 

"When it comes to likeability, one of the biggest factors is someone that acts in prosocial ways."

*Apa yang Harus Dilakukan para Kepala Daerah?*

Tren kepopuleran KDM di satu sisi membuat namanya melambung tinggi dalam jagat pemberitaan nasional, di sisi lain menimbulkan "kekhawatiran" yang tidak tampak (invisible reaction) pada para kepala daerah lainnya.

Situasi ini meski tidak terlihat di publik, namun bisa dipahami secara imajinatif (sociological imagination).

Ini mudah dipahami karena naiknya popularitas KDM secara tidak langsung mengalihkan seluruh pasang mata publik (nasional) ke sosok KDM dan Jawa Barat.

Masyarakat secara tidak langsung menjadikan KDM sebagai idola baru yang dianggap paling representatif sebagai seorang pemimpin daerah.

Masyarakat pun tanpa sadar memuji "habis-habisan" program atau kebijakan populis yang dicanangkan KDM di Jawa Barat, ambil contoh program pemutihan pajak kendaraan, evaluasi izin tambang, larangan tour luar negeri hingga pungli.

Sederet kebijakan tersebut bahkan dianggap sebagai terobosan besar yang patut diadopsi di daerah masing-masing.

Parahnya, ada yang sampai membanding-bandingkan sosok KDM dengan Gubernur terkait yang dinilai tidak becus mengurus daerah.

Lucunya, ada yang sampai meminta agar dilakukan penukaran terhadap Gubernur atau kepala daerah dengan sosok KDM.

Jelas bahwa pandangan-pandangan di atas selain bias fakta alias tidak relevan, juga turut membentuk persepsi negatif terhadap kepala daerah tertentu.

Padahal, mereka tidak mengerti kondisi aktual yang terjadi di setiap daerah. Mereka lupa bahwa tiap daerah punya kompleksitas masalah yang berbeda-beda, sehingga butuh penanganan yang berbeda pula.

Seorang kepala daerah yang cakap dan berhasil di satu daerah, belum tentu bisa berhasil ketika memimpin daerah lain.

Sebab, masyarakat yang dihadapi pasti tidak sama, budaya, permasalahan kronis, potensi daerah hingga kondisi birokrasi yang ada memiliki dimensi persoalan yang berbeda-beda yang tidak bisa digeneralisir begitu saja.

Ambil contoh, Jokowi di saat memimpin Kota Solo, termasuk salah satu kepala daerah yang paling sukses menata wilayahnya.

Namun, ketika ia memimpin DKI Jakarta yang tidak hanya berbeda dari segi ukuran demografis, tantangan lingkungan hidup, pembangunan infrastruktur hingga dinamika sosial yang kompleks membuatnya sedikit kewalahan, kalau bukan tidak seberhasil kala memimpin Solo.

Untuk itu, fenomena KDM ini semestinya menjadi satu refleksi bersama bahwa setiap pemimpin punya karakter dan caranya masing-masing dalam menjawab permasalahan yang ada di daerah.

Popularitas bukanlah sebuah parameter bahwa seseorang dianggap punya kualitas jauh di atas yang lain. Ini hanyalah tentang momentum dan cara seseorang menjadi dikenal luas, bukan tentang faktor seseorang lebih baik dari yang lain.

KDM hanyalah sosok kepala daerah yang ingin membangun Jabar dengan caranya. Ia termasuk salah satu putra dan pemimpin terbaik Jabar saat ini. Hanya saja di saat yang sama media secara solid menggelembungkan namanya.

Meski demikian, ini tidak berarti KDM adalah yang terhebat, sedangkan Gubernur atau kepala daerah yang lainnya tidak.

Ukuran tentang mana kepala daerah yang paling sukses dalam membangun daerahnya ditentukan dari seberapa efektif dan efisien anggaran yang digunakan untuk keperluan pembangunan dan pelayanan sosial.

Juga, seberapa kreatif mendorong akselerasi pembangunan dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan, pendidikan dan kesehatan.

Dan barometer ini belum bisa dinilai dari sekarang, menimbang para Gubernur, Bupati dan Wali Kota periode ini (2024-2029) baru saja bekerja dan bahkan belum genap setahun.

Sehingga masih terlalu dini untuk menyebut ada kepala daerah yang sukses dan yang lainnya gagal. Kini saatnya para pemimpin daerah membuktikan diri bahwa mereka tidak seburuk yang dipersepsikan orang lain, dan yang dianggap terbaik akan ada waktunya untuk dinilai secara objektif.

Ibarat perlombaan siapa paling cepat meletakkan susunan bola di dalam keranjang. Seseorang yang memulai memungut bola dari depan hingga bola paling belakang akan terlihat lebih cepat memasukkan ke dalam keranjang, ketimbang dia yang mencoba memungutnya dari belakang hingga ke depan.

Namun, esensi keberhasilan bukan terletak pada bagaimana publik menyaksikan perlombaan siapa paling terlihat tenar dan cepat di awal. 

Sebab, mereka yang tampak lamban di awal, adalah justru yang menang di akhir karena mampu menghemat tenaga, energi dan waktu yang ada dalam perlombaan maraton.

Dari sini kita menarik kesimpulan bahwa ukuran keberhasilan seorang kepala daerah bukan dari seberapa cepat dan populer di awal (perlombaan kinerja), melainkan dia yang mampu menuntaskan segala tugas dan tanggung jawabnya selama 5 tahun masa memimpin.

Jika ia berhasil memanfaatkan waktu menjabatnya dengan menunaikan seluruh kewajibannya dengan baik dan memuaskan maka ialah sang pemenang sesungguhnya. Bukan sebaliknya.

Penulis: Yakub F. Ismail, Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) Indonesia


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


KIRIM BERITA SILAHKAN KLIK

KIRIM BERITA ANDA KESINI! Merasa Terbantu Dengan Publikasi ? Ayo Traktir Kopi Untuk Admin Dengan Cara Berbagai Donasi. Terimakasih :)



BREAKING NEWS

~||~ Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah Jatuh Pada Hari Sabtu 1 Maret 2025 ~||~ 1 Syawal Jatuh Pada Tanggal 31 Maret 2025 ~||~ Muhammadiyah Luncurkan Ojek Online ZENDO ~||~ 140 Siswa SMKN 10 Medan Gagal SNBP ~||~ Prabowo Subianto Kembali Menjabat Sebagai Ketua Umum Partai Gerindra Periode 2025 - 2030 ~||~ Praperadilan Hasto Kristianto Di Tolak ~||~ #INDONESIADAMAI ~||~

Kilas Balik Bung Karno

Kilas Balik Bung Karno - Makna Proklamasi

Ir. Soekarno (Sang Proklamator) Setiap Tahun kita Memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maka kita tidak bisa t...

Like Fanpage

Follow In Twitter

Breaking News

IKUTI KAMI


loading...

NONTON VIDEO DAPAT DUIT

10 Berita Populer

IKLAN

IKLAN
Ingin Pasang Iklan hubungi Kami di 0812 6582 534

Label

(SAS) #2019GantiPresiden Accounting Aceh Aceh Timur Adat Istiadat Advokat AFF Agama Agraria AIDS Air Aisyiyah Aksara Aksi Aksi Sosial Aktivis Aktivitis Al Washliyah Album Amien Rais Anak Anak Yatim Anarkis Angkatan Darat Anies Baswedan Animal Anti Korupsi Arisan Artikel Artis Arus Mudik Asahan Asian Games ASN Asuransi Asusila Atlet Award Bacaleg Bachtiar Ahmad Sibarani Baksos Bakti Sosial Balap Liar Banda Aceh Bandar Lampung Bandara Bandung Banjir BANK Bank Sumut Bansos Banten Bantuan Sosial Bapenas BAPER Bappenas Basarnas Batu Akik Batubara Bawang Putih Bawaslu Bayi Bazar BBM Bea Cukai Beasiswa Begal Bekraf Beladiri Belanja Bencana Bencana Alam Beras Berita Bhabinkamtibmas Bhayangkara Bhayangkari Bioskop Bisnis BKPRMI BM PAN BNI BNN BNPT Bobby Nasution Bom Bunuh Diri Boomerang BPBD BPJS BPN BPOM BRI Brimob Buka lapak Bukit Asam Buku Bulog Bulukumba BUMN Bung Karno Bupati Bursa saham Bursasaham Buruh Bus Caleg Capital market CCTV Cerpen Cianjur Cikampek Citilink conference Cosplayer Covid-19 Covid-19 Satgas Covid19 Cuaca Cuci Tangan Curanmor Cyber Daerah Dakwah Dance Debat Presiden Debt Collector Dede Farhan Aulawi Deklarasi Deli Serdang Demonstrasi Densus 88 Desa Dewan Pengawas Dewata Sakti Dharma Pertiwi Dialog Digital Dikdasmen Diklat Dinas Perhubungan Dirgahayu HUT RI Disiplin Diskusi Dongeng Donor Darah DPD RI DPR Duka Cita E-Money Effendi Simbolon Ekonom Ekonomi Ekspor Impor Electronics Elektronik Emas Empat Pilar Entertainment Es cream ESDM event Fashion Festival FGD FIFA Film Film Horor Film seri Anak Fintech FISIP Flores Timur Formasi Formula E Forum Furniture Futsal G30S/PKI GAAS Games Ganja Ganjar Ganjil Genap Garut Gaza Gebyar Kemerdekaan Gempa Geng Motor Genppari Gereja Gibran Gizi Buruk Go Pay Go-Jek Gojek Golkar Gotong Royong Grab Gubernur Guru Besar Gym H Haedar Nasir ham HANI Harbolnas Hari Ibu Hewan Hiburan HIV HMI Hoax Hotel Hp Hukum Humas Humbahas HUT HUT Bhayangkara HUT RI HUT TNI Hutan Ibadah Ibadah Haji Ibu Negara Idul Adha Idul Fitri IKLAN Imlek IMM Indonesia Industri inflasi Informasi Infrastruktur Inspektorat Inspirasi Internasional Internet Intoleran Investor IPK IPM IPPI Islam ITB IWAPI Jakarta Jakarta Barat Jakarta Pusat Jalan Jambore Nasional Jawa Tengah Jawa Timur Jayapura Jokowi Juara Jum'at Barokah Jumanji Jumat Jumat Berkah Jurnalis Kaliber Kampanye Kampung Rakyat Indonesia Kampus Kamtibmas Kapolda Kapoldasu Kapolri Kapolsek Kapolsek Kepolisian Karang Taruna Karaoke Karhutla Karya Tulis Kasus KDRT Keadilan Keagamaan Keamanan Kebakaran Kebangsaan Kebersihan Kebudayaan Kebun Kecantikan Kecelakaan Kedokteran Kegiatan Kegiatan seminar Kehutanan Kejahatan Kejaksaan Kejuaraan Kejurnas Kekerasan Kelestarian Alam Keluarga Kemalingan Kemanusiaan Kemenag Kemenaker Kemendag Kemendagri Kemendesa Kemendikbud Kemenhub Kemeninfo Kemenkes Kemenkeu Kemenko Kemenkumham Kemenlu KEMENPAN-RB Kemenparekraf Kemenperin Kemenpora kemenristek Kemensos Kementan Kemiskinan Kendaraan Dinas Kepala Daerah Kepedulian keperdulian Kepolisian Kerajaan Kereta Api kerja Paksa Kerjasama Kesehatan Kesejahteraan Keselamatan Kesenian Ketahanan Pangan Ketenagakerjaan Keuangan Khilafahtul Muslimin Kilas Balik Bung Karno Kivlan Zen KKP KNPI Kohati kompetisi Kompolnas Komputer Komunitas kon Konferensi KONI Konsumen Koperasi Kopermasu Kopi Kopi Pagi Korupsi Koruptor Kota Medan KPK KPR KPU Kriminal KRYD KSAD Kudeta Kuliner Kunjungan Kerja Kutai Kartanegara Labuhan Batu Lahan Lakalantas Laksi Lalu Lintas Lampung Langka Langkat Lapas Launching Launching Album Launching Aplikasi Launching Buku LAZISMU Lebaran Legislatif Lembaga LGBT Lifestyle Lingkungan Lingkungan Hidup LIPPI Listrik Lock Down Lomba lomba lari London LPPI LPS LSM Lukas Enembe Madina Mahasiswa Mahkamah Agung Mainan anak Majalengka Makanan Jepang Makassar Makkasar Mall Maluku Market Outlook Masjid Masker Masyarakat Mata Uang Maulid Nabi Mayday MDMC Medan Denai Media Media Sosial Megapolitan Menag Mendag Mendagri Menembak Menteri Menteri Perdagangan millenial Minuman Keras Minuman sehat Minyak Goreng Minyak Makan Miras Mobil MOI Motivasi MoU MPR MPR RI Mudik Muhammadiyah Muharram MUI Munas Musibah Musik Musyawarah Musywil Narkoba Narkotika NasDem Nasional Natal Natal & Tahun Baru New Normal NII NKRI NTT NU ODGJ Office Ojek Online Ojol Olah Raga Olahraga Ombusman Omicron Online Operasi Patuh Operasi Yustisi Opini Organisasi Ormas Otomotif P Padang Padanglawas Utara Padangsidimpuan Pagelaran Pahlawan Pajak Pakta Integritas Palestina Paluta Pameran PAN Pancasila Papua Parawisata Pariwisata Partai Demokrat Partai Politik Partai UKM Partai Ummat Pasar Pasar modal Pasar Murah Pasar Tradisional Paspampres Patroli PC PCM Medan Denai PDI Perjuangan PDIP Perjuangan pe Pedagang Pegadaian Pelajar Pelajar Islam Indonesia Pelantikan Pelatihan Pelayanan Publik Pelecehan seks Pelukis Peluncuran Pemadam Kebakaran Pemalakan Pembangunan Pembayaran Elektronik Pembunuhan pemerasan Pemerintah Pemerintahan Pemerkosaan Pemilu Pemuda Pemuda Melati Indonesia Pemuda Muhammadiyah Pemuka Agama pen Penandatanganan Pencabulan Pencemaran Nama Baik Penculikan Pencurian Pendataan Pendidikan Penelitian Penembakan Penerbangan Penertiban Pengabdian Pengadilan Pengadilan Negeri Pengajian Pengamanan Pengamat Penganiayaan Pengawasan Pengetahuan Penggelapan Penghargaan Penghijauan Pengusaha Penipuan Penistaan Agama Penulis Penyakit Penyandang Disabilitas Penyuluhan Perampasan Perayaan Perbankan Percut Sei Tuan Perdagangan Perekonomian Perempuan & Anak Peresmian Pergaulan Perhubungan Perikanan Peristiwa Perjanjian Perjudian Perkawinan Perlombaan Permainan Perpajakan Pers Pertamina Pertanahan Pertanian Perusahaan Pesawat Terbang PET Pileg Pilkada PIlkades Pilpres Pin Pinjam meminjam uang Pinjaman Online PKL PKS PMI Polairud Polantas Polisi Cilik Politik POLRI Polwan Pondok Pesantren Ponpes Pornografi Posko Ummat PPKM PPN PPWI Pra Kerja Prabowo Pramuka Praperadilan Prawita Genppari Premanisme Presiden Prestasi Primbon Politik Prokes promo Property Prostitusi Protokol Kesehatan PSI PSSI Public Expose Publik expose Puisi Pungli PUPR Pusat Perbelanjaan Puskesmas PWI Qurban Radikalisme Rafdinal Ragam Rakernas Rakor Ramadhan Reksadana Rektor Relawan Relawan Jokowi Religi Remisi Rentan Renungan resa Restoran Reuni 212 Revolusi Mental Reward RKUHP Robot Ruang Guru Rumah Rumah sakit Rups Rusia RUU Saber Pungli Sabu Sahabat Anak Sains Salon Samosir Samsat Samsung Sanitasi air.Lingkungan hidup Santri SAR Satlantas Satpol PP Satwa SD Muhammadiyah 19 SD Terpadu 23 Medan Sejarah Sekolah Sembako Seminar Sengketa Seniman Senjata Senjata Api Sepak Bola Separatis Sepeda Sepeda sehat Serdang Bedagai Sertifikat Sertijab sho Sigli Silaturahim Silaturahim. KUYAI Kartanegara Silaturahmi Silaturrahim SIM Simalungun Simpan Pinjam Simulasi Smartphone SMP Muhammadiyah 48 Soekarno Solar Somasi Sosial Sosialisasi Startup Stasiun STOP PRES...!!! Studi Ilmiah Stunting Suku bunga Sulawesi Selatan Sumatera Barat Sumatera Utara Sumpah Jabatan Sumut Sungai Superstore Suplemen Surabaya Surat Terbuka Suriyono Adi Susanto Suriyono Adi Susanto {SAS) Survei Survey susu Swab Antigen Syafi'i Ma'arif Syariah Syawal Takjil Tali Kasih Talkshow Tanjung Balai Tantama Tapanuli Tengah Tawuran Teknologi Teror Terorisme Tes Urine Tiket Tilang Tips Tjahyo Kumolo TNI TNI AU TNI nasional TNI-Polri Tokoh Tokoh Agama Tokoh Masyarakat Tol Toys Kingdom ToysKingdom Tragedi Transportasi Trend Rambut True Money Uang Uang Palsu UIN Ujaran Kebencian UKM Ukraina Ulama UMJ umkm UMSU Undang-Undang UNIMED UniPin Universitas Unjuk Rasa Upacara Usaha Rakyat UU Cipta Kerja UU ITE UUD 1945 Vaksinasi Vaksinasi booster Valentine Day Verifikasi Viral Virus Corona Walikota Wanita Wapres Wartawan Webinar Wirausaha Wisata WNA Workshop Yogyakarta Zulkifli Hasan

Arsip Berita

IKUTI BERITA VIDEO KAMI DI YOUTUBE

POS PETIR

PAGAR LAUT

Pagar Laut yang terjadi di Tangerang Memang Membuat Heboh Indonesia, Apalagi Ada Sertifikatnya, Berarti Sudah Ada IzinnyaRakyat Semakin Cemas dan Khawatir, Apalagi Kalau Udara Mau DipagarBagai Tersambar Petir Mendengar Pagar-Pagaran .

HALLO KRING..!!!

12 PAS

PANCASILA UDAH FINAL

Pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila Banyak Penolakan Dari Berbagai Kalangan Masyarakat, Memang Seharusnya Tidak Usah Dibahas Dan Lebih Baik Dibatalkan. Pancasila Dasar Negara.
Tendangan 12 PAS Dihentikan

SOS

INDONESIA DARURAT NARKOBA

Sudah dijatuhi hukuman mati bahkan sudah ada yang dieksekusi, tapi masih banyak bandar narkoba semakin merajalela, terbukti banyak yang ditangkap petugas Polisi maupun BNN (Badan Narkotika Nasional) tapi belum kapok juga mereka, justru sipir penjara malah terlibat. Kalau sudah darurat begini, hukuman mati jangan berhenti, jalan terus!.

QUO VADIS

Kunjungan Statistik

Online

IKLAN USAHA ANDA


PAGAR LAUT INDONESIA

~> Sekarang Lagi Heboh Tentang Pagar Laut Yang Terjadi Di Indonesia

<~ Memang Harus Jelas Apa Maksudnya Laut Dipagar, Karena Seharusnya Yang Dipagar itu Batas Wilayah Indonesia Dengan Negara Lain

Link Terkait

close
Banner iklan disini