Teknologi komputasi awan atau cloud computing technology semakin berkembang di Indonesia. Teknologi ini dimanfaatkan berbagai aktivitas bisnis korporasi swasta, BUMN, organisasi hingga instansi pemerintah. Dari sektor bisnis, pengguna teknologi cloud di antaranya perbankan, keuangan, manufaktur, dan telekomunikasi.
Cloud technology sangat diperlukan karena memiliki keunggulan efisiensi, keamanan, dan peningkatan kapasitas. Perusahaan tidak perlu berinvestasi besar pada infrastruktur fisik, seperti server dan pusat data.
Terlebih, cloud technology atau komputasi awan memungkinkan akses data dan aplikasi dari mana saja, mendukung tren remote working atau yang populer dengan istilah WFH.
Secara lebih luas, komputasi awan juga mendukung transformasi digital yang tengah dipacu di Indonesia. Cloud memungkinkan pemanfaatan teknologi canggih seperti AI dan big data analytics untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengambilan keputusan berbasis data.
Adapun beragam platform cloud menggunakan sistem operasi open source, seperti Ubuntu dari Canonical, sebagai basis infrastruktur mereka. Dengan pendekatan open source, penyedia layanan cloud dapat memberikan biaya yang lebih terjangkau, dapat disesuaikan dengan kebutuhan bisnis, serta didukung oleh komunitas global yang terus meningkatkan keamanannya.
Selain mendukung aktivitas bisnis dan layanan publik, teknologi cloud juga membuka peluang kerja bagi generasi muda termasuk gen Z. Hal ini karena cloud mengandalkan ketersediaan SDM dan dukungan lokal.
Untuk itulah APTIKNAS mendukung kolaborasi Sivali Cloud Technology yang melakukan MoU dengan Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS) yang didukung pula oleh Canonical Amerika Serikat, dengan meluncurkan program Sahabat Ubuntu Indonesia - Jaringan Afiliasi Nusantara (SUI JAN), kegiatan tersebut dilakukan di Kampus ITTS, Tangsel, Banten, pada Selasa (18/2/2025).
Dalam sambutannya Ketum APTIKNAS Ir. Soegiharto Santoso, SH mengatakan, Launching Program Sahabat Ubuntu Indonesia - Jaringan Afiliasi Nusantara (SUI JAN) dan Peresmian Kerja Sama Sivali Cloud Technology & Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS) wajib didukung semua pihak.
“Event ini menjadi ajang penting bagi kemajuan industri TIK di bidang open source di Indonesia untuk berinovasi dan memperkuat daya saing global dengan melakukan kolaborasi antar asosiasi industi dan pelaku bisnis dengan civitas academica,” ujar Hoky sapaan akrabnya yang juga menjabat Penasihat Forum Masyarakat Indonesia Emas (FORMAS), Sekjen Perkumpulan Advokat Teknologi Informasi Indonesia (PERATIN), Waketum Serikat Pers Republik Indonesia, dan Pendiri dan Ketua Dewan Pengarah LSP Pers Indonesia.
“Saya selaku Ketua Umum APTIKNAS merasa beruntung, sebab seluruh pengurus APTIKNAS selalu aktif turut berperan dalam berbagai kegiatan TIK. Bahkan kali ini, anggota APTIKNAS Bapak Wong Sui Jan - President Director Sivali Cloud Technology berperan aktif mengundang saya dalam kegiatan keren ini, saya yakin program ini akan berjalan dengan sangat sukses, karena nama programnya sesuai dengan nama beliau SUI JAN = Sahabat Ubuntu Indonesia - Jaringan Afiliasi Nusantara.” ungkap Hoky sambil senyum sumringah.
Hoky juga mengatakan, APTIKNAS sangat mendukung kerjasama ITTS, Sivali, dan Ubuntu untuk memastikan Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta dan pemimpin dalam transformasi digital agar memastikan kedaulatan data dan teknologi di Indonesia.
Sedangkan Presiden Direktur Sivali Cloud Technology, Wong Sui Jan, selaku pelopor program SUI JAN merasa bersyukur, sebab program ini mendapat dukungan dari banyak pihak khususnya dari pihak ITTS dan dari Canonical Amerika Serikat, dirinya menyadari perlu banyak pihak yang mendukung agar semakin banyak lahirnya tenaga kerja ahli dan sekaligus peningkatan kapasitas SDM.
"Kebutuhan sumber daya ini yang memicu Sivali untuk meluncurkan Sahabat Ubuntu Indonesia - Jaringan Afiliasi Nusantara (SUI JAN) dan merupakan langkah strategis dari Sivali membentuk wadah komunitas dan jaringan afiliasi open source yakni Ubuntu Pro yang tangguh di Indonesia," kata Sui Jan.
Program ini, lanjutnya, memang dirancang untuk memberdayakan individu-individu dalam mengembangkan keterampilan manajemen infrastruktur, meningkatkan karier, dan memberikan kontribusi nyata pertumbuhan ekonomi dan transformasi digital Indonesia.
Program ini juga bertujuan untuk memberikan peluang karier melalui kerja sama dengan berbagai mitra, seperti System Integrator (SI), Cloud Service Provider (CSP), dan Managed Service Provider (MSP) yang memerlukan tenaga ahli dalam proyek infrastruktur open-source.
Pada kesempatan tersebut Rektor ITTS, Prof. Onno W Purbo mengatakan, ITTS dengan bangga menjalin kemitraan strategis dengan Ubuntu untuk membangun ekosistem cloud berbasis open source yang akan mengubah wajah industri teknologi di negeri ini.
"Saat ini, regulasi seperti Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (PDP) dan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (POJK) semakin menegaskan pentingnya penggunaan data center lokal di Indonesia. Namun, tidak cukup hanya dengan infrastruktur fisik, kita juga memerlukan tenaga ahli di bidang networking, cloud infrastructure, DevOps, dan Site Reliability Engineering (SRE) untuk memastikan operasional yang efisien dan aman," ujarnya.
ITTS juga ingin menjadi pilot project pertama dalam membangun ekosistem cloud berbasis open source di Indonesia. Ini bukan sekadar soal mengakses teknologi, tetapi membangun talenta dan komunitas yang paham infrastruktur cloud secara mendalam.
Onno juga menekankan bahwa ITTS dipacu menjadi Pusat Pengembangan SDM Cloud Computing dan Open Source. "Kerjasama ini tidak hanya untuk ITTS, kita ingin menyebarkan ilmu ini ke sebanyak mungkin kampus, sekolah, dan SMK di Indonesia. Ini adalah bagian dari visi kita untuk membangun kedaulatan teknologi, agar bangsa ini tidak terus bergantung pada vendor asing dalam bidang infrastruktur digitalnya," paparnya.
Saat ini, perbankan, pemerintahan, dan sektor telekomunikasi di Indonesia semakin membutuhkan solusi private cloud berbasis open source. Mereka tidak lagi ingin bergantung pada vendor asing yang mahal dan support-nya lambat. Mereka membutuhkan SDM lokal yang bisa membangun dan mengelola infrastruktur mereka sendiri.
"ITTS dan Ubuntu akan memastikan bahwa kita tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta dan pemimpin dalam transformasi digital Indonesia," kata Onno.
Co-Founder and Executive VP Sivali Cloud Technology Ryo Ardian mengatakan, kerja sama Sivali dengan ITTS memacu optimisme menguatkan kualitas SDM teknologi informasi. "Dari sini kita bisa bangun generasi baru yang bakal membangun Indonesia lebih mandiri dan berdaulat di teknologi," tandanya.
"Kalau belajar Kubernetes, OpenStack, Ubuntu, kita belajar cara bikin infrastruktur dari nol. Tidak hanya menjadi generasi user, namun kita lahirkan generasi builder yang tentu saja memiliki skill dan nilai tambah untuk menjadi tenaga kerja ahli yang berani dan mampu berkompetisi secara global," lanjut Ryo.
Ryo memaparkan, deretan peluang karier yang terbuka oleh maraknya adopsi cloud yang ditopang oleh teknologi open source di antaranya tenaga kerja ahli di data center, data science, perusahaan start up, pengembang AI, jasa keuangan atau finansial/ fintech, cyber security, hingga robotic.
Program “Sahabat Ubuntu Indonesia” sendiri menargetkan kalangan mahasiswa, siswa SMK atau sederajat, pegiat open source, para konsultan hingga freelancer yang tertarik menambahkan layanan terkait Ubuntu Pro dalam portofolio mereka.
Turut hadir pada kegiatan tersebut antara lain; Richard Kartawijaya Ketua Yayasan Pendidikan Tangerang Selatan, Joyce Young Regional Channel Lead Canonical, Andrey Grebennikov Director of Field Engineering Canonical, Harry Sufehmi Penggiat Open Source Ubuntu dan Ruby Alamsyah Pakar Digital Forensik serta Erik Hadi Founder Nusantara Academy. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar