Ketua Umum FORSIMEMA-RI, Syamsul Bahri, memberikan apresiasi tinggi kepada Tim Siber Kejaksaan Agung R.I atas pengembangan penyidikan kasus Ronald Tanur yang kini menjadi Mega Kasus 1 Triliun. Kasus ini melibatkan oknum berinisial ZR, mantan Kabadiklat Mahkamah Agung (M.A), yang berperan sebagai eksekutif produser film "Sang Pengadil". Dalam konteks ini, Syamsul menekankan pentingnya praduga tidak bersalah.
Tragedi 2022 yang melibatkan Operasi Tangkap Tangan (OTT) beberapa hakim dan ASN MA oleh KPK masih segar dalam ingatan publik. Kini, publik kembali dikejutkan oleh kasus besar yang melibatkan ZR. Kasus ini menjadi tamparan keras bagi hakim-hakim yang berintegritas dan bekerja dengan baik.
Pemerintahan Prabowo-Gibran baru saja melantik Ketua Mahkamah Agung dan mendukung perjuangan IKAHI terkait kesejahteraan hakim. Namun, tindakan oknum pejabat MA ini mencederai suasana suka cita tersebut. Kejadian ini semakin menambah ketidakpercayaan publik terhadap sistem peradilan.
Lebih lanjut, Syamsul Bahri menyerukan perlunya perubahan internal di MA untuk mengatasi tindakan kejahatan yang melibatkan pensiunan. MA harus segera menambah program sistem kerja IT untuk meningkatkan pengawasan terhadap hakim dan ASN, mencegah mereka terjerat dalam jaringan makelar kasus.
Pengawasan ketat melalui monitoring CCTV dan ponsel ASN MA menjadi langkah penting. Hal ini bertujuan untuk memastikan kinerja personal ASN dan hakim tidak terlibat dalam praktik korupsi. Syamsul juga mengingatkan Humas MA untuk lebih kreatif dan bersinergi dengan media dalam menyampaikan informasi.
Harapan FORSIMEMA-RI dan IKAHI adalah agar Mega Kasus 1 T ZR tidak meluas dan tidak bernuansa politis. MA diharapkan segera berbenah diri untuk mempertahankan integritasnya sebagai lembaga peradilan yang terpercaya.
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar