Perdebatan mengenai perempuan dan politik tidak pernah usai, terutama menjelang Pilkada yang semakin dekat. Dalam Pemilihan Gubernur Surabaya, tiga perempuan bersaing ketat, menunjukkan bahwa perempuan semakin menjadi variabel penting dalam politik. Namun, di balik kemajuan ini, masih ada tantangan, termasuk serangan yang mengaitkan kepemimpinan perempuan dengan dalil agama dan tudingan inkompetensi.
Literasi mengenai perempuan dan politik semakin meningkat, salah satunya melalui buku terbaru yang diterbitkan oleh Rumah KitaB, berjudul Fikih Kepemimpinan Politik Perempuan. Buku ini menyajikan kajian mendalam tentang sejarah dan hukum Islam yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan. Ditulis oleh Jamaluddin Mohammad, Roland Gunawan, Achmat Hilmi, dan Nur Hayati Aida, buku ini menyoroti perjalanan panjang perempuan dalam meraih kesetaraan di ranah politik.
Dalam diskusi buku "Fikih Kepemimpinan Politik Perempuan: Sejarah, Hukum, dan Tantangan Masa Depan Partisipasi Politik Perempuan" di Tangerang, Jum'at (25/10/2024). Elva Farhi Qolbina, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta. Ia membahas tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai posisi kepemimpinan. "Kendala sosial dan budaya sering kali menjadi penghalang bagi perempuan," jelasnya.
Usman Hamid dari Amnesty International Indonesia menekankan pentingnya memahami sejarah kepemimpinan perempuan. Ia menyatakan, "Usaha untuk memajukan dan melindungi hak-hak perempuan harus terus berlanjut." Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan, masih banyak yang perlu diperjuangkan.
Pada kesempatan yang sama Erni Agustini, Direktur Program Rumah KitaB, juga menekankan pentingnya keterlibatan perempuan dalam politik. Ia menyebutkan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki dalam membentuk perubahan sosial dan politik. Dengan meningkatnya partisipasi perempuan, diharapkan akan ada perbaikan dalam kualitas kebijakan yang diambil.
Sementara itu, Jamaluddin Mohammad dari Rumah Kitab menjelaskan pentingnya buku ini sebagai sumber referensi bagi aktivis dan akademisi. "Buku ini mengajak kita untuk melihat kembali bagaimana perempuan dapat mengambil peran lebih dalam politik," katanya.
Melalui literasi dan kesadaran, diharapkan perempuan dapat lebih aktif dalam politik. Buku ini bukan hanya sebuah karya ilmiah, tetapi juga sebuah panggilan untuk aksi. Mari kita dukung perempuan dalam politik dan terus dorong kesetaraan gender di semua lini.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar