PT Jaya Agra Wattie Tbk ("JAWA" atau "Perseroan") mencatat penurunan penjualan neto sebesar 7,76% hingga 31 Desember 2023, dari Rp971,54 miliar pada 2022 menjadi Rp896,15 miliar. Penurunan ini disampaikan oleh Ryan Nurfitriandy, Direktur Operasional JAWA, dalam Public Expose di Jakarta, Jum'at (30/08/2024). Menurutnya, penurunan penjualan tersebut berdampak langsung pada kinerja keuangan perseroan.
"Meskipun beban pokok penjualan turun 3,40% menjadi Rp912,11 miliar, Perseroan tetap menderita rugi kotor sebesar Rp15,96 miliar, yang merosot 158,47% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba kotor sebesar Rp27,29 miliar. Beban usaha juga sedikit turun menjadi Rp57,29 miliar dari Rp57,33 miliar, tetapi kerugian usaha melonjak 143,89% menjadi Rp73,25 miliar," ungkapnya.
Lebih lanjut, Ryan mengatakan, rugi sebelum pajak meningkat 7,32% menjadi Rp301,15 miliar, dan rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk naik 0,76% menjadi Rp302,47 miliar. Meski demikian, total liabilitas Perseroan turun 22,95% menjadi Rp2,67 triliun, sementara total aset meningkat 1,85% menjadi Rp3,65 triliun.
Ryan mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi JAWA, termasuk fluktuasi harga komoditas, peningkatan biaya produksi, besarnya beban bunga, dan dampak cuaca El Nino. "Untuk mengatasi tantangan ini, perseroan berupaya meningkatkan jumlah tanaman menghasilkan, mengoptimalkan produktivitas, dan meningkatkan penjualan CPO serta karet," ungkapnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar