Pemberitaan terkait perempuan masih sering menekankan pada atribut fisik seperti kecantikan, bukan pada kontribusi atau peran mereka. Hal ini diungkapkan oleh Anita Dhewy, penulis buku dan Wakil Pemimpin Redaksi Konde.co, dalam peluncuran Buku Panduan Peliputan untuk Jurnalis serta Diskusi Publik "Pemilu Berperspektif Gender dan Inklusi" di Jakarta, Rabu (24/07/2024).
Anita menyoroti bahwa media cenderung menggambarkan calon legislatif perempuan sebagai "caleg cantik" daripada membahas program dan visi mereka. "Contohnya, foto caleg cantik sering digunakan sebagai alat politik, menekankan penampilan daripada peran atau kontribusinya," ujar Anita.
Fenomena ini tidak hanya terbatas pada calon legislatif perempuan, tetapi juga terlihat pada gaya istri para capres dan cawapres yang lebih disorot pada penampilan daripada kontribusinya. "Penampilan luar selalu diutamakan, seolah-olah peran dan kontribusi mereka diabaikan," tambah Anita.
Anita juga mencatat bahwa jurnalis perempuan sering menghadapi kesulitan dalam memasukkan perspektif gender dan inklusi dalam pemberitaan. "Banyak jurnalis perempuan yang mengalami intimidasi, pelecehan, dan kekerasan seksual saat meliput berita di lapangan," jelasnya.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan media yang mendukung pemberitaan berperspektif gender dan inklusi. "Ruang redaksi harus punya peran besar dalam menentukan berita yang muncul, dan jurnalis harus diberdayakan untuk meliput dengan perspektif gender," tegas Anita.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar