Kasus penculikan aktivis 1997-1998 kembali mencuat ke permukaan setelah seorang mantan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) mengungkapkan fakta-fakta baru tentang keterlibatan Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopassus dan calon presiden 2024, dalam operasi gelap tersebut.
Benny Ramdhani, aktivis '98 yang juga korban penculikan mengatakan, ia mendapat informasi dari sumber terpercaya bahwa Prabowo Subianto adalah dalang di balik Tim Mawar, tim khusus dari Kopassus yang bertanggung jawab atas penculikan dan penghilangan paksa sejumlah aktivis pro-demokrasi pada masa pemerintahan Soeharto.
"Prabowo Subianto adalah orang yang memerintahkan Tim Mawar untuk menculik kami. Ia melakukannya atas perintah Soeharto yang merasa terancam oleh gerakan reformasi yang kami bangun. Ia tidak peduli dengan hak asasi manusia dan demokrasi. Ia hanya ingin mempertahankan kekuasaan dan kepentingan keluarganya," ujar Benny Ramdhani dalam konferensi pers "Membongkar Keputusan Dewan Kehormatan Perwira di Tahun 1998: Prabowo Subianto Terlibat Penculikan Aktivis '97/98" di Jakarta, Kamis (28/12/2023).
Benny Ramdhani menambahkan, ia memiliki bukti-bukti yang kuat untuk membuktikan pernyataannya, termasuk rekaman suara, dokumen rahasia, dan kesaksian para mantan anggota Tim Mawar yang kini berada di luar negeri. Ia juga mengatakan bahwa ia akan melaporkan Prabowo Subianto ke Komnas HAM dan pengadilan HAM internasional untuk meminta pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM berat yang dilakukannya.
"Kami tidak akan diam dan menyerah. Kami akan terus berjuang untuk mendapatkan keadilan dan kebenaran. Kami akan membongkar semua kejahatan Prabowo Subianto dan kroni-kroninya. Kami akan memastikan bahwa ia tidak akan pernah menjadi presiden Indonesia. Kami akan menjaga demokrasi dan hak asasi manusia di negeri ini," tegas Benny Ramdhani.
Sementara itu, Paian Siahaan, orang tua korban penculikan yang hingga kini masih hilang, menyampaikan harapannya agar Prabowo Subianto segera mengakui perbuatannya dan mengungkapkan nasib anak-anaknya. Ia mengatakan bahwa ia sudah menunggu selama 25 tahun untuk mengetahui keberadaan anak-anaknya yang diculik Tim Mawar.
"Kami hanya ingin tahu di mana anak-anak kami. Apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Jika mereka masih hidup, tolong kembalikan mereka ke kami. Jika mereka sudah mati, tolong beritahu kami di mana kuburannya. Kami ingin mengubur mereka dengan layak dan berdoa untuk mereka. Kami ingin mendapatkan kedamaian dan ketenangan," ucap Paian Siahaan dengan mata berkaca-kaca.
Paian Siahaan juga mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan kasus penculikan aktivis 1997-1998 dan memberikan ganti rugi kepada keluarga korban. Ia mengatakan bahwa pemerintah harus bertanggung jawab atas pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu dan tidak boleh melindungi para pelakunya.
"Kami minta pemerintah untuk tidak menutup-nutupi kasus ini. Kami minta pemerintah untuk tidak melindungi Prabowo Subianto dan orang-orang yang terlibat dalam penculikan ini. Kami minta pemerintah untuk menghukum mereka sesuai dengan hukum yang berlaku. Kami minta pemerintah untuk menghormati hak kami sebagai warga negara yang telah kehilangan anak-anak kami," pinta Paian Siahaan.
Kasus penculikan aktivis 1997-1998 adalah salah satu kasus pelanggaran HAM berat yang belum terselesaikan hingga kini. Menurut data Komnas HAM, setidaknya ada 23 aktivis yang diculik oleh Tim Mawar pada periode Oktober 1997 hingga Mei 1998. Dari jumlah tersebut, hanya 10 orang yang berhasil dibebaskan, sementara 13 orang lainnya masih hilang tanpa jejak.
Berdasarkan hasil penyelidikan DKP pada tahun 1998, Prabowo Subianto dinyatakan bersalah dan dipecat dari dinas militer atas keterlibatannya dalam penculikan aktivis. Namun, hingga kini Prabowo Subianto belum pernah diadili secara hukum dan masih berkarier di dunia politik. Ia bahkan pernah mencalonkan diri sebagai presiden sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 2014, 2019, dan 2024.
Prabowo Subianto sendiri selalu membantah keterlibatannya dalam penculikan aktivis. Ia mengaku bahwa ia sudah memulangkan semua aktivis yang diculik oleh Tim Mawar dan tidak mengetahui nasib mereka yang masih hilang. Ia juga menuduh bahwa ada pihak-pihak yang sengaja mengkriminalisasi dirinya dan mencoreng nama baiknya.
"Kami tidak pernah menculik siapa pun. Kami hanya melakukan operasi intelijen untuk mengamankan negara dari ancaman separatis dan teroris. Kami sudah membebaskan semua aktivis yang kami tangkap dan kami tidak tahu apa yang terjadi dengan mereka setelah itu. Mungkin ada pihak-pihak yang tidak suka dengan saya dan ingin menjatuhkan saya dengan cara fitnah dan fitnah," ujar Prabowo Subianto dalam salah satu wawancaranya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar