Indonesia, dengan populasi yang terus berkembang, menghadapi tantangan serius dalam memastikan ketahanan pangan bagi semua warganya. Salah satu masalah utama yang perlu diatasi adalah susut dan sisa pangan, yang merujuk pada makanan yang hilang atau dibuang selama proses produksi, distribusi, dan konsumsi. Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan, Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) telah melakukan langkah signifikan.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) Nasional yang diselenggarakan oleh JP2GI bekerja sama dengan Kementerian PPN/Bappenas, The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia, dan Life Cycle Indonesia (LCI) Indonesia, para pemangku kepentingan berkumpul untuk merumuskan strategi konstruktif guna mengurangi susut dan sisa pangan hingga 75% pada tahun 2045. FGD ini terfokus pada tahap-tahap awal rantai pasok pangan, mulai dari produksi, pascapanen, penyimpanan, hingga pengemasan dan distribusi.
Menurut data dari The Economist (2021), Indonesia menduduki peringkat ketujuh sebagai negara penghasil sisa dan susut pangan terbesar di dunia. Susut pangan, yang merupakan penurunan kualitas atau kerugian makanan selama proses produksi, mencapai 56%, sementara sisa pangan, yang merupakan makanan yang sebenarnya layak dikonsumsi tetapi dibuang, mencapai 44%. Total timbulan susut dan sisa pangan di Indonesia mencapai 23-48 juta ton setiap tahun atau setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun.
"Focus Group Discussion ini merupakan salah satu upaya kolaboratif antara pemerintah, Industri dan masyarakat untuk merumuskan peta jalan yang konstruktif dan aplikatif untuk menurunkan susut dan sisa pangan sebesar 75% pada tahun 2045," kata Dr. Soen’an Hadi Poernomo, Ketua Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI).
FGD kali ini disepakati untuk fokus pada aspek susut pangan yang terjadi di sisi hulu rantai pasok pangan yaitu tahap produksi, tahap pascapanen dan penyimpanan, dan terakhir tahap pemrosesan dan pengemasan dan terakhir tahap distribusi.
Dalam FGD ini, Dr. Vivi Yulaswati – Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Kementerian PPN/Bappenas RI, menjadi pembicara utama dengan materi berjudul “Reduksi Susut Pangan Mendukung Ketahanan Pangan Indonesia Emas 2045”.
Dalam sambutannya, Dr. Vivi menekankan pentingnya efisiensi dalam sistem pangan, mulai dari produksi hingga konsumsi, untuk menghadapi tekanan penyediaan pangan domestik pada tahun 2045. FGD ini menciptakan platform kolaborasi dan pertukaran ide, membantu merumuskan rencana aksi konkret dalam mengurangi susut dan sisa pangan di Indonesia.
Sementara itu, Dr. Jessica Hanafi, LCI Indonesia memberikan gambaran tentang rancangan peta jalan pengurangan susut dan sisa pangan (SSP) untuk periode 2025-2045. Fokus utamanya adalah mencegah terjadinya food waste dan mendonasikan pangan berlebih untuk pakan hewan, industri, serta pengolahan menjadi kompos. Selain itu, pembahasan melibatkan pengelolaan limbah pangan untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan.
Langkah-langkah konkret ini memberikan fondasi bagi transformasi sistem pangan Indonesia. Dengan melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat, serta dengan dukungan kebijakan yang efektif, Indonesia dapat mencapai tujuan ambisiusnya: mengurangi susut dan sisa pangan hingga 75% pada tahun 2045. Dengan upaya bersama ini, Indonesia melangkah maju menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan penuh harapan.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar