Pada awal bulan September 2023, perekonomian global masih terasa tertekan oleh ketidakpastian yang berlanjut. Data terbaru menunjukkan bahwa PMI Manufaktur Global untuk bulan Agustus 2023 masih berada di zona kontraksi, dengan angka 49,0. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar negara yang disurvei, termasuk AS, Inggris, Jerman, Perancis, Korsel, Jepang, dan Kanada, masih mengalami kontraksi dalam aktivitas manufaktur mereka. Di sisi lain, Indonesia terus mengalami pertumbuhan ekonomi di zona ekspansi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perekonomian global adalah fluktuasi harga komoditas. Harga minyak dunia, sebagai contoh, telah meningkat sebesar 9,8% sepanjang tahun ini, mencapai USD94,3 per barel. Hal ini terjadi karena berkurangnya pasokan global akibat perpanjangan pemangkasan pasokan minyak Saudi dan pembatasan ekspor dari Rusia. Sementara itu, harga gas alam dan batu bara mengalami penurunan masing-masing sebesar 30,7% dan 56,8% sepanjang tahun ini. Di sektor komoditas pangan, harga CPO turun 15,6%, gandum turun 26,3%, kedelai turun 7,1%, dan jagung turun 22,0%.
Meskipun terjadi penurunan harga komoditas, tren inflasi global cenderung menurun. Ini menarik karena tidak selalu diikuti dengan penurunan suku bunga acuan di berbagai negara. Pada tingkat domestik, inflasi di Indonesia untuk bulan Agustus 2023 masih terkendali di angka -0,02% secara bulanan, 1,43% secara tahunan, atau 3,27% secara year-to-date (YTD), dengan inflasi pangan yang tetap stabil.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus selama 40 bulan berturut-turut hingga Agustus 2023, mencapai USD3,12 miliar, dengan total akumulasi hingga saat ini mencapai USD24,34 miliar. Meskipun begitu, ekspor dan impor terus mengalami penurunan. Pada bulan Agustus 2023, ekspor mencapai USD22,00 miliar (turun 21,2% YoY), sementara impor mencapai USD18,88 miliar (turun 14,8% YoY).
Di sisi aktivitas ekonomi domestik, Indonesia mempertahankan kinerja yang baik. Indeks PMI Manufaktur Indonesia terus ekspansif, mencapai 53,9. Konsumsi listrik juga tumbuh positif, dengan pertumbuhan 10,3% (YoY) untuk sektor bisnis dan 0,1% (YoY) untuk sektor industri. Sisi konsumsi juga menunjukkan tanda-tanda positif dengan Indeks Keyakinan Konsumen mencapai 125,25, Mandiri Spending Index yang stabil dengan pertumbuhan 33,70% (YoY), dan Indeks Penjualan Riil yang tumbuh 1,3% (YoY).
Namun, pasar keuangan domestik tetap dipengaruhi oleh sentimen global. Nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,3% sepanjang tahun ini, sementara indeks Dolar AS kembali menguat. Meskipun terjadi aliran masuk (inflow) sebesar Rp75,3 triliun ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga 14 September 2023, dua bulan terakhir mencatatkan aliran keluar (outflow) sebesar Rp17,7 triliun. Sementara itu, pasar saham mengalami aliran keluar sebesar Rp2,8 triliun sepanjang tahun ini. Yield SBN mengalami tren kenaikan dalam dua bulan terakhir, walaupun sempat membaik di awal September.
Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di bulan Agustus 2023 tetap positif, mendukung upaya pemulihan ekonomi dan perlindungan terhadap masyarakat. Namun, perlu diwaspadai perlambatan pertumbuhan pendapatan. Realisasi belanja negara mencapai Rp1.674,7 triliun atau 54,7% dari Pagu APBN, dengan pertumbuhan 1,1% (YoY).
Belanja Pemerintah Pusat (BPP) mencapai Rp1.170,8 triliun, yang terbagi antara Belanja K/L sebesar Rp581,6 triliun dan Belanja non-K/L sebesar Rp589,1 triliun. Sebanyak 55,5% dari BPP digunakan untuk belanja yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, termasuk program perlindungan sosial, petani, UMKM, pendidikan, dan infrastruktur.
Belanja prioritas juga tetap dijaga, dengan pertumbuhan positif di semua sektor, seperti kesehatan, ketahanan pangan, pendidikan, dan infrastruktur. Transfer ke Daerah (TKD) terealisasi sebesar Rp503,9 triliun, tumbuh 5,2% (YoY). Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) naik 54,6% (YoY), terutama karena peningkatan Pagu DBH.
Pembiayaan Investasi tahun 2023 difokuskan pada sektor prioritas untuk kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan ini mencakup berbagai proyek, termasuk perumahan, pendidikan, dan riset. Pemerintah juga berkomitmen memberikan bantuan kepada dunia internasional melalui Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI).
Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp1.821,9 triliun, mencapai 74,0% dari target APBN 2023, dengan pertumbuhan 3,2% (YoY). Meskipun Pendapatan Negara dari pajak dan PNBP mengalami pertumbuhan positif, pendapatan dari kepabeanan dan cukai mengalami penurunan. Penerimaan pajak mencapai Rp1.246,97 triliun atau 72,58% dari target, dengan pertumbuhan 6,4% (YoY), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan perubahan dalam kebijakan PPS berdampak pada pertumbuhan penerimaan pajak.
Penerimaan dari kepabeanan dan cukai mencapai Rp171,6 triliun atau 56,6% dari target, mengalami penurunan sebesar 16,8% (YoY). Meskipun ada kenaikan tarif efektif pada Bea Masuk, penurunan pada Bea Keluar dan Cukai serta volume ekspor mineral berdampak pada penurunan penerimaan ini.
Penerimaan PNBP tumbuh positif, mencapai Rp402,8 triliun atau 91,3% dari target, dengan pertumbuhan 4,3% (YoY). Pendapatan dari SDA non-migas dan Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. SDA non-migas meningkat terutama karena penyesuaian tarif iuran produksi/royalti batu bara, sementara KND meningkat karena dividen BUMN perbankan dan non-perbankan.
Surplus APBN pada bulan Agustus 2023 mencapai Rp147,2 triliun atau 0,70% dari PDB, meskipun sedikit turun dari surplus bulan Juli. Keseimbangan primer tetap positif sebesar Rp422,1 triliun. Pembiayaan anggaran mencapai Rp160,1 triliun.
Pembiayaan investasi difokuskan pada sektor prioritas untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk perumahan, pendidikan, riset, dan bantuan internasional melalui LDKPI.
Untuk menghadapi ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi domestik diharapkan tetap solid di kuartal ketiga dengan inflasi yang terkendali, aktivitas ekonomi yang baik, dan daya beli masyarakat yang terjaga. Pemerintah akan terus menjaga kinerja APBN yang positif dengan meningkatkan belanja dan mengantisipasi perlambatan pendapatan. APBN akan terus berperan dalam melindungi masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi, terutama dalam menghadapi tantangan global saat ini.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar