Kementerian Sosial Indonesia, di bawah kepemimpinan Menteri Sosial Tri Rismaharini, telah mengambil inisiatif penting dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanganan bencana di seluruh negeri. Salah satu inisiatif tersebut adalah pendirian "lumbung sosial" di wilayah-wilayah rawan bencana dan sulit diakses, termasuk daerah kawasan terluar, terdepan, dan tertinggal (3T).
"Tujuan utama dari lumbung sosial ini adalah untuk memastikan bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang rentan terhadap bencana tetap dapat mengakses bantuan yang mereka butuhkan. Kementerian Sosial (Kemensos) berkomitmen untuk memastikan ketersediaan logistik di zona-zona yang rawan bencana," kata Plt. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos Adrianus Alla pada Forum Salemba 28 bersama awak media di Jakarta, Kamis (7/9).
Bahkan, Adrianus juga menyoroti pentingnya lumbung sosial dalam penanganan bencana. Ia memberikan contoh saat penanganan bencana tanah longsor di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Keterbatasan lumbung sosial di wilayah tersebut mengakibatkan kesulitan dalam mengirimkan bantuan, karena akses ke lokasi terdampak menjadi sangat sulit.
Namun, dalam penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang terjadi sebulan kemudian, lumbung sosial telah memainkan peran yang krusial. Akses yang sulit dari Kota Padang ke Pulau Mentawai tidak menghalangi bantuan mencapai masyarakat yang membutuhkan, berkat keberadaan lumbung sosial.
Lebih lanjut, Adrianus menjelaskan bahwa kesiapan dan ketersediaan logistik di lumbung sosial di wilayah-wilayah yang rawan bencana dapat membantu korban bertahan dalam beberapa hari hingga bantuan resmi tiba, terutama jika akses ke lokasi sulit dijangkau.
Untuk mengatasi tantangan ini, Kemensos berencana untuk mendirikan setidaknya dua atau tiga lumbung sosial di setiap wilayah, terutama di 3T. Hal ini sangat penting mengingat Indonesia memiliki ribuan pulau 3T yang memerlukan fasilitas seperti lumbung sosial untuk mengirimkan bantuan secara efisien saat terjadi bencana.
Lumbung sosial ini berisi berbagai jenis logistik dasar yang diperlukan oleh masyarakat saat bencana, termasuk makanan siap saji, makanan anak, selimut, kasur, sandang untuk dewasa dan anak-anak, kelengkapan tenda, genset, dan bahan kebutuhan pendukung lainnya. Kemensos juga memperhatikan kearifan lokal di wilayah-wilayah tersebut. Sebagai contoh, di Papua, lumbung sosial diisi dengan logistik serta babi, mengingat babi adalah salah satu sumber makanan utama masyarakat setempat.
"Penentuan lokasi lumbung sosial juga memperhitungkan indeks risiko bencana. Lumbung sosial ditempatkan di lokasi yang strategis, seperti desa yang menjadi titik sentral dari kecamatan," ungkapnya.
Hingga saat ini, telah ada 532 lumbung sosial yang tersebar di 28 provinsi di seluruh Indonesia. Seluruhnya tersebar di 159 kabupaten/kota dan 590 kecamatan. Inisiatif ini merupakan langkah signifikan dalam meningkatkan kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana di Indonesia, memastikan bahwa bantuan dapat mencapai masyarakat yang membutuhkannya dalam waktu yang lebih cepat dan efisien.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar