Pertamina Energi Baru & Terbarukan (Pertamina EBT) berhasil meningkatkan pemanfaatan listrik dari green energy, khususnya tenaga surya, di lingkungan Pertamina Group sebesar 267 persen pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini sejalan dengan cita-cita Pertamina Group untuk mencapai emisi nol bersih paling lambat tahun 2060 untuk lingkup 1 dan 2. Target tersebut dicapai melalui dua inisiatif strategis: dekarbonisasi bisnis yang ada dan membangun usaha baru yang ramah lingkungan.
Upaya dekarbonisasi termasuk mengkonversi konsumsi listrik dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Dalam inisiatif ini, Pertamina EBT berperan penting dalam pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di seluruh wilayah operasional dan kantor Pertamina Group. “Pertamina EBT berada di garda depan transisi energi di Pertamina Group. Bisnis utama kami yang berfokus pada pengembangan green energy memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya dekarbonisasi Pertamina, khususnya dalam penyediaan listrik dari sumber green energy,” ujar Dicky Septriadi, Sekretaris Perusahaan Pertamina EBT, dalam keterangan persnya, Jumat (7 Juli 2023).
Ia menambahkan, peningkatan kapasitas terpasang yang signifikan hingga April 2023 merupakan bukti komitmen kuat Pertamina untuk menurunkan emisi dari kegiatan usahanya. Hingga akhir tahun 2021, instalasi PLTS internal di lingkungan Pertamina Group mencapai 7,8 megawatt peak (MWP). Namun hingga akhir tahun 2022, kapasitas tersebut meningkat sebesar 267 persen sehingga mencapai total 28,6 MWP. Selanjutnya, pengurangan emisi dari internal PLTS hingga akhir tahun 2022 sebesar 7.316 ton setara CO2, meningkat 38 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara internal, Pertamina Group telah memasang PLTS di lebih dari 20 lokasi, antara lain operasi hulu migas, kilang, terminal BBM, terminal LPG, pembangkit listrik, perkantoran, dan kawasan pemukiman. Proyek PLTS skala besar di Rokan yang tahap 1 berkapasitas 26 MWP sudah mulai dibangun, sudah terpasang 17 MWP.
Selain inisiatif dekarbonisasi, Pertamina EBT juga berperan strategis dalam membangun bisnis baru yang berkontribusi dalam mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Inisiatif tersebut antara lain mengembangkan ekosistem baterai dan kendaraan listrik, produksi hidrogen bersih, dan bisnis karbon.
Pertamina EBT berkomitmen kuat untuk mempercepat transisi energi di Indonesia dan mengelola bisnis yang bertanggung jawab melalui penerapan praktik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). “Kami fokus mempercepat green energy, terus mendorong transisi energi, tidak hanya untuk Pertamina tapi juga untuk Indonesia,” tutup Dicky.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso sependapat dengan hal tersebut dan menjelaskan bahwa Pertamina telah mengembangkan inisiatif strategis untuk memperluas pemanfaatan energi terbarukan untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060. Melalui subholdingnya, PNRE, Pertamina mendorong seluruh entitas di lingkungan Pertamina Group untuk mendukung transisi energi ini.
“Proyek pengembangan energi terbarukan, termasuk PLTS, sedang berjalan. Pemanfaatannya di lingkungan Pertamina Group menunjukkan komitmen kami untuk mengedepankan keberlanjutan. Selain itu, Pertamina terus menjalin kerja sama dengan berbagai industri untuk memperluas cakupan pengembangan energi terbarukan,” ujar Fadjar.
Sebagai perusahaan energi terdepan dalam transisi menuju energi terbarukan, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target net zero emission pada tahun 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Upaya tersebut diselaraskan dengan penerapan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola di seluruh bisnis dan operasi Pertamina.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar