PT Jaya Agra Wattie Tbk ("JAWA" atau "Perseroan"), mencatat peningkatan penjualan neto sebesar 15 persen menjadi Rp971,54 miliar dibandingkan dengan penjualan neto sebesar Rp843,19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Meskipun penjualan meningkat, Perseroan juga mengalami peningkatan beban pokok penjualan sebesar 24 persen menjadi Rp944,24 miliar dari Rp761,00 miliar. Akibatnya, laba kotor perusahaan turun 67 persen menjadi Rp27,29 miliar dari laba kotor sebesar Rp82,19 miliar," kata Harli Wijayadi, Direktur Keuangan PT Jaya Agra Wattie Tbk, dalam Public Expose setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Rabu (30/06/2023).
Lebih jauh, Dia menyampaikan bahwa beban usaha juga mengalami peningkatan menjadi Rp57,33 miliar dari Rp52,68 miliar pada tahun sebelumnya. Rugi usaha yang diderita Perseroan mencapai Rp30,04 miliar, menurun 202% dibandingkan dengan laba usaha sebesar Rp29,51 miliar yang diraih pada tahun sebelumnya.
Selain itu, rugi sebelum pajak Perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 48% menjadi Rp280,62 miliar dari rugi sebelum pajak sebesar Rp189,44 miliar pada tahun sebelumnya. Rugi neto yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk juga meningkat 69% menjadi Rp300,21 miliar dari rugi neto sebesar Rp177,49 miliar pada tahun sebelumnya.
Menurut Harli, Total liabilitas Perseroan mencapai Rp3,47 triliun hingga periode 31 Desember 2022, naik dari total liabilitas sebesar Rp3,34 triliun pada periode 31 Desember 2021. Sementara itu, total aset Perseroan mencapai Rp3,59 triliun pada akhir 2022, mengalami peningkatan sebesar 0,66% dari total aset sebesar Rp3,57 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perseroan menghadapi beberapa kendala yang mempengaruhi kinerja keuangan mereka. Pertama, harga komoditas yang mereka produksi masih berfluktuasi dan cenderung melemah. Kedua, biaya produksi pada komoditas yang dimiliki oleh Perseroan meningkat, terutama biaya-biaya penunjang produksi. Ketiga, Perseroan juga menghadapi beban bunga yang signifikan yang harus dibayarkan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, Harli menegaskan, Perseroan telah mengambil beberapa langkah. Pertama, mereka berencana meningkatkan jumlah tanaman yang menghasilkan di berbagai lahan yang mereka miliki. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi dan penjualan komoditas mereka.
Kedua, Perseroan berusaha mengoptimalkan produktivitas komoditas yang dimiliki oleh Perseroan. Dengan memperbaiki teknik budidaya, penggunaan pupuk yang efisien, dan pengelolaan yang baik, mereka berharap dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi.
Selain itu, Perseroan juga fokus meningkatkan penjualan produk-produk utama mereka, seperti Crude Palm Oil (CPO) dan karet. Dengan strategi pemasaran yang lebih agresif dan pengembangan jaringan distribusi yang luas, Perseroan berharap dapat memperluas pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan dari penjualan.
"Meskipun Perseroan menghadapi tantangan dalam kinerja keuangan mereka, Perseroan tetap berkomitmen untuk menghadapinya dan mencari solusi yang tepat. Dengan melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produksi, penjualan, dan efisiensi biaya, mereka berharap dapat memperbaiki performa keuangan mereka dan mencapai pertumbuhan yang lebih baik di masa depan," pungkasnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar