Emiten sawit PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) sepanjang tahun 2022 berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 11,04% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan perseroan mencapai Rp9,61 triliun, naik dari Rp8,66 triliun pada 2021. Meski pendapatan meningkat, laba bersih CBUT setelah penawaran umum perdana (IPO) menurun karena beban yang meningkat.
"CBUT mengalami pertumbuhan di hampir semua produk minyak sawitnya. Kontributor penjualan terbesar adalah minyak olein, yang menghasilkan pendapatan Rp5,88 triliun, naik 28,95% YoY," kata Direktur Citra Borneo Ronny dalam Public Expose di Jakarta, Rabu (03/05).
Penjualan sawit inti melonjak 217,34% YoY dari Rp165,42 miliar di 2021 menjadi Rp524,95 miliar, sedangkan penjualan stearin sawit meningkat 30,26% YoY mencapai Rp1,20 triliun.
Satu-satunya produk yang mengalami penurunan penjualan di tahun 2022 adalah Refining, Bleaching, Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang turun 53,87% YoY dari Rp2,70 triliun di tahun 2021 menjadi Rp1,24 triliun.
Kenaikan penjualan kumulatif ini dibarengi dengan kenaikan beban pokok penjualan. Anak perusahaan CBUT, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS), mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp8,12 triliun pada tahun 2022, naik 22,71% dari Rp6,62 triliun pada tahun 2021. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh kenaikan biaya bahan baku, karena CBUT menghabiskan Rp7,96 triliun untuk pengadaan bahan baku pada tahun 2022, meningkat 21,81% YoY.
Alhasil, laba kotor CBUT turun 26,84% YoY, dari Rp2,03 triliun di tahun 2021 menjadi Rp1,49 triliun di tahun 2022. Tren ini juga diikuti dengan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 22,0%, turun dari Rp286,3 triliun. 10 miliar pada tahun 2021 menjadi Rp223,14 miliar pada tahun 2022.
Namun, total aset CBUT meningkat signifikan menjadi Rp3,01 triliun pada akhir tahun 2022, naik dari Rp2,02 triliun pada tahun 2021. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan kas dan setara kas yang naik menjadi Rp859,96 miliar dari Rp151 miliar pada akhir tahun 2021. Sedangkan liabilitas CBUT pada akhir tahun 2022 sebesar Rp2,25 triliun naik dari Rp1,93 triliun pada akhir tahun 2021.
Ekuitas CBUT juga mengalami peningkatan, mencapai Rp769,52 miliar dari Rp88,70 miliar pada Desember 2021.
Peningkatan pendapatan CBUT dapat dikaitkan dengan pertumbuhan penjualan inti kelapa sawit dan minyak olein, yang telah menjadi kontributor utama pendapatan perusahaan. Namun, kenaikan beban perseroan, terutama biaya bahan baku, berdampak pada perolehan laba bersih pasca IPO.
"Meski begitu, CBUT perlu menerapkan strategi untuk mengelola pengeluarannya untuk mempertahankan profitabilitasnya, seperti menemukan cara yang lebih hemat biaya untuk mendapatkan bahan baku atau mengurangi biaya yang tidak perlu," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar