Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Yapit Sapta Putra menjadi narasumber dalam Sekolah Kader Pejuang Energi di Bojonegoro, Jawa Timur.
Pada kegiatan yang diselenggarakan Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI), pria lulusan Universitas Gadjah Mada dan Universitas Trisakti ini menyampaikan mengenai dampak invasi Rusia ke Ukraina yang memicu kenaikan harga energi internasional.
“Share ekspor Rusia terhadap ekspor dunia pada batubara yaitu ketiga dunia atau sebesar 17,8%. Sedangkan untuk minyak menduduki nomor tiga dunia atau sebesar 12,1%, dan gas alam nomor dua di dunia atau sebesar 16,6%,” ungkapnya, Sabtu (18/3/2023).
Untuk itu, ia mendorong pemuda memiliki peran dalam mewujudkan ketahanan energi di tanah air, yang pendistribusiannya mengacu dan memperhatikan aspek 4A.
"Acuan distribusi energi itu memperhatikan aspek 4A, yaitu Availability, Affordability, Accesibility, dan Acceptability," jelas pria yang sebelumnya berkarier di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Lebih lanjut, Yapit berpesan agar peserta dapat memahami secara menyeluruh bagaimana Indonesia menghasilkan dan juga mendistribusikan energi kepada masyarakat Indonesia, secara adil dan merata.
Untuk itu, ia pun berharap pemuda dapat menjawab seluruh tantangan pengelolaan energi di tanah air dan menjadi salah satu mitra BPH Migas dalam mengawasi distribusi BBM nasional.
Sebelumnya, Ketua Umum DPP GMNI Arjuna Putra Aldino menjelaskan bahwa invasi Rusia ke Ukraina mengakibatkan sektor energi mengalami fluktuasi, baik harga, maupun ketersediaan.
Sekolah Kader Pejuang Energi memiliki target untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan di sektor energi kepada pemangku kepentingan dan pendampingan pemuda desa sadar energi. Di samping itu, GMNI juga akan terjun langsung untuk mengawal dan menyebarluaskan kebijakan energi Pemerintah di berbagai wilayah, termasuk kebijakan hilir migas, seperti Program BBM 1 Harga. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar