Pemerintah terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan, demi mencapai ketahanan dan kemandirian energi menuju transisi energi yang merata dan berkeadilan. Sebagai salah satu produsen terbesar minyak sawit (CPO), Indonesia pada tahun 2008 mulai melakukan pencampuran Biodiesel sebesar 2,5% dan sejak tahun 2014 secara konsisten menerapkan program mandatori biodiesel. Biodiesel merupakan campuran antara bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak sawit dengan bahan bakar minyak diesel.
Selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 10% (B10) pada tahun 2014, 15% (B15) pada tahun 2015, 20% (B20) pada tahun 2016, dan 30% (B30) pada tahun 2020. Sebagai salah satu wujud nyata komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim, mulai 1 Februari 2023, tingkat campuran mandatori biodiesel kembali dinaikkan menjadi 35% (B35).
Kebijakan B35 diharapkan dapat menyerap 13,15 juta kilo liter biodiesel bagi industri dalam negeri. Implementasi kebijakan juga diperkirakan akan menghemat devisa sebesar 10,75 miliar USD dan meningkatkan nilai tambah industri hilir sebesar Rp 16,76 Triliun. Kebijakan B35 diproyeksikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2.
Terkait hal tersebut, Kolaborasi Perkumpulan Tenaga Ahli Alat Berat Indonesia (PERTAABI), Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO) dan Masyarakat Pelumas Indonesia (MASPI) yang di support penuh oleh PT ExxonMobil Lubricants Indonesia menggelar Seminar Nasional mengusung Tema "Peluang, tantangan dan solusi penggunaan biodiesel, B35 dan B40, untuk mendukung iklim usaha pertambangan dan otomotif di Indonesia" di JS Luwansa Jakarta, Rabu (22/02).
"Baru kali ini hadir beberapa Asosiasi antara lain: Asosiasi Produsen Bahan Bakar Nabati, Ikatan Ahli Otomotif Indonesia, Perkumpulan Tenaga Ahli Alat Berat Indonesia, Asosiasi Pengusaha Jasa Pertambangan Batubara, Masyarakat Pelumas Indonesia dan Asosiasi lainnya," kata Direktur PERTAABI Rohman Alamsjah kepada awak media di Jakarta.
Melalui event ini, ujarnya, kita dapat lebih mengetahui apa itu bio fuel, bagaimana cara mengatasinya, mengoptimalisasikan dan mendapatkan benefit pengunaan bio diesel ini.
Lebih lanjut, ia menambahkan, kedepan pihaknya akan melanjutkan event-event yang ada output realnya jadi semacam workshop yang melibatkan Pemerintah, Peneliti dan user dari industri.
"Pasca event ini diharapkan nantinya terciptanya harmonisasi antara pemerintah, akademisi dan praktisi," ucapnya.
Adapun, Rangkuman atau catatan dari seminar ini nantinya akan disampaikan ke pemerintah yakni ke Kementerian ESDM, kementerian Perindustrian dan Lembaga Sertifikasi Nasional.
"Ia berharap kedepan, semua pihak bisa mengedepankan kepentingan negeri dengan melibatkan semua pihak," pungkasnya.
Turut hadir dalam seminar ini, para Speaker/Pembicara yang Profesional dibidangnya yaitu: Syah Reza, President Director PT ExxonMobil Lubricants Indonesia; Dr. Ir. Doddy Rahadi, MT., IPU Kepala Badan SKJI Kemenperin; Dr. Ir. Dadan Kusdiana, M.Sc Dirjen EBTKE Kementerian ESDM; Rochman Alamsjah Direktur PERTAABI dan General Manager PT Harmoni Panca Utama dimoderatori Ir. Hari Budianto, Sekretaris Jenderal IATO dan Budhi Baskoro Adhi, Sekretaris Jendral MASPI. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar