Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan 17 partai politik dan daftar nomor urut bagi peserta Pemilihan Umum 2024 yang siap menggaet suara. Meski mendaftar dengan nama partai dan logo baru, tapi, sebagian diisi oleh wajah-wajah lama. Lantas apa bedanya?
Terkait hal itu, Intimate talk Sudut Pandang Most 1058 menghadirkan tema "Partai Baru, Apa Bedanya?"
"Temanya apa sih bedanya partai lama sama partai baru, jawaban yang paling mendasar partai lama kan tidak diverifikasi sedangkan partai baru diverifikasi," kata Wasekjen Partai Gelora Dedy Miing Gumelar di Jakarta, Kamis (22/12).
Menurut Miing, Secara portofolio partai baru mungkin belum punya utang politik apapun jadi masih punya optimisme harapan kemudian juga masih boleh mengatakan kami akan begini.
Selain itu, Miing mengatakan, partai baru harus menyajikan sebuah harapan dan optimis bagi masyarakat, dan partai baru punya kewajiban untuk mengusung perubahan minimal dari gagasan dan dari narasi.
"Jadi bukan hanya bicara soal kalah menang karena partai itu, yang pertama, dia organisasi politik yang tugasnya melahirkan para pemimpin pasif, yang kedua, organisasi partai politik adalah dia harus menjadi industrialisasi pemikiran gagasan jadi bukan cuma bicara kalah menang, yang ketiga dia harus berhasil menjadi pabrik educator mendidik masyarakat," ungkapnya.
Dan yang paling penting, Jangan hanya partai politik yang berubah tapi masyarakat juga harus berubah, masyarakat harus memilih tanpa harus disuap sekalipun, baru akan berubah negeri ini. Kalau mereka hanya menuntut kita yang berubah sementara mereka tidak berubah, apa jadinya negeri tercinta ini?
Turut hadir para narasumber, Presiden Partai Buruh Said Iqbal, Waketum Partai Garuda Teddy Gusnaidi, Wasekjen Partai Gelora Dedy Miing Gumelar, dan Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Ray Rangkuti dengan moderator Indy Rahmawati. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar