Keputusan pemerintah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memang tak dapat dihindari dalam rangka mengantisipasi dampak negatif lebih besar yaitu krisis dan bangkrutnya APBN, seperti yang dialami Amerika Serikat di mana likuiditas keuangan mereka terganggu hingga terjadi inflasi yang tidak terkendali.
"Subsidi energi yang selama ini diberikan pemerintah sering tidak tepat sasaran sehingga banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat golongan menengah ke atas," kata Faozan Amar, Staf Khusus Menteri Sosial RI dalam Diskusi Publik dengan tema "Penyesuaian Harga BBM dan Dampak Pengalihan Subsidi" di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Rabu (14/09).
Tak cuma itu, lanjutnya, keinginan pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM tentunya didasarkan pada banyak pertimbangan. Bukan sekadar menjaga stabilitas APBN, tapi juga untuk memacu kesejahteraan masyarakat (public spending) dan kesiapan dukungan anggaran bagi penyelesaian masalah lainnya.
Selain itu, menurut Faozan, upaya pemerintah dalam menyesuaikan harga BBM agar beban subsidi dapat dialihkan secara langsung untuk masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkan dalam bentuk bantuan sosial, bantuan langsung tunai, fasilitas kesehatan, serta pendidikan.
"Dan yang paling penting, Sasaran dari penyesuaian harga BBM adalah kemaslahatan dan kebaikan bagi rakyat, terutama yang paling membutuhkan. Dengan demikian, BBM bersubsidi yang selama ini masih banyak digunakan konsumen yang tidak berhak dapat dihindari," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar