Pemerintah Indonesia telah sepakat, mewujudkan target penurunan emisi sesuai tercantum dalam Paris Agreement, salah satu usaha yang dapat dilakukan ialah melalui peningkatan penggunaan sumber energi terbarukan atau energi ramah lingkungan. Penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus digalakkan di Indonesia. Hal itu dilakukan bentuk peralihan sumber energi yang masih bergantung pada energi fosil dan semakin langka.
"Diskusi Publik bertajuk "Kemerdekaan Energi di Tengah Krisis Global" ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun RI ke-77 yang memfokuskan pada pertahanan energi. Kita berharap diskusi para stakeholder energi ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas," kata Direktur Utama PT Indonesia Digital Pos Syarif Hidayatullah, di Hotel Aston Kartika Grogol, Jakarta Barat, Kamis (11/8/2022).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan, Indonesia harus segera masuk ke energi baru terbarukan (EBT) karena memiliki potensi cukup besar. Sedangkan Energi fosil problemnya sangat serius. Fosil terdiri dari minyak, gas dan batu bara keberadaannya sangat terbatas.
Menurut Sugeng, Bangsa indonesia kalau mau eksis ke depan harus masuk energi baru terbarukan.
Kemudian, Ia menambahkan, Komisi VII DPR akan segera menyusun Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan.
Saat ini, semua negara Anggota G20 telah menetapkan target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050-2070 tergantung pada kondisi ekonomi, sosial, energi, dan kemampuan teknologi dimiliki masing-masing negara. Indonesia sendiri menetapkan NZE pada tahun 2060 atau lebih cepat apabila ada dukungan internasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana menyatakan, percepatan pemanfaatan energi terbarukan bukan suatu pilihan melainkan sebuah keharusan.
"Energi baru terbarukan bukan suatu pilihan. Hanya itu pilihannya," tegasnya.
Selain itu, energi fosil, batu bara, minyak bumi kemudian gas alam itu digunakan untuk percepatan Net Zero Emission. "Target Net Zero Emission pada tahun 2060, kalau bisa lebih cepat apabila ada dukungan dari internasional," ucapnya.
Senada, Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza mengatakan, kontribusi Pertamina menambah bauran energi hijau untuk listrik yang pertama memanfaatkan panas bumi.
Saat ini, tutur Oki, kapasitas terpasang di Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebesar 672 Megawatt dan kami sedang berusaha hingga 1.100 Megawatt.
Turut hadir dalam kegiatan ini, para narasumber: Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, Senior Vice President Research Technology and Innovation PT Pertamina (Persero) Oki Muraza dan Subkoordinator Pengatur Ketersediaan BBM BPH Migas Christian Tanuwijaya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar