Pusdiklat Prawita GENPPARI memiliki kiprah yang luar biasa dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Bukan belasan atau puluhan judul materi pelatihan yang ditawarkan, tetapi memiliki 2518 judul pelatihan yang secara konsisten terus dilakukan. Bahkan yang lebih menarik lagi, lembaga ini memberikan aneka pelatihan secara GRATIS, padahal bukan lembaga Pemerintah dan tidak memperoleh bantuan keuangan dari mana pun. Semua program dibiayai secara mandiri demi sebuah pengabdian untuk negara tercinta. Termasuk pelatihan Telik Sandi Intelijen atau biasa dikenal dengan istilah Kriptografi yang diselenggarakan di Rumah Para Pecinta Ilmu (RUMPPI) Bandung pada hari Sabtu (30/7).
“ Alhamdulillah kali ini kita bisa meluluskan 10 orang Kriptografer Level 1 atau orang yang mengerti dasar – dasar dari Kriptografi angkatan ke 3. Mudah – mudahan seiring waktu akan terus bertambah sehingga SDM Kriptografer Indonesia akan semakin tangguh untuk mempertahankan NKRI dan kejayaan bangsa. Kriptografi (Cryptography) adalah suatu ilmu ataupun seni mengamankan pesan, dan dilakukan oleh cryptographer. Sedangkan cryptanalysis adalah suatu ilmu dan seni membuka (breaking) ciphertext dan orang yang melakukannya disebut cryptanalyst “, ungkap Cryptography Qualified Trainner Dede Farhan Aulawi.
Jika dilihat dari sisi sejarah, ilmu kriptografi ini sebenarnya bukan hal yang baru, karena sejak 3000 tahun SM bangsa Mesir sudah menggunakan hieroglyphcs untuk menyembunyikan (merahasiakan) tulisan. Kemudian sekitar 50 tahun SM, kaisar Roma Julius Caesar menggunakan cipher substitusi untuk mengirim pesan ke Marcus Tullius Cicero. Dimana huruf-huruf apfabet disubstitusi dengan huruf-huruf yang lain pada alfabet yang sama, misalnya dengan cara menggeser 3 posisi alphabet. Lalu pada abad ke-9, filsuf Arab al-Kindi menulis “A Manuscript on Deciphering Cryptographic Messages”. Lanjut pada tahun 1790, Thomas Jefferson mengembangkan alat enkripsi dengan menggunakan tumpukan yang terdiri dari 26 disk yang dapat diputar secara individual.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lalu pada tahun 1920 Boris Hagelin di Scockholm, Swedia menciptakan mesin kriptografi mekanik yang disebut Hagelin Machine, dimana kalau di US mesin tersebut dikenal sebagai M-209. Akhirnya militer Jerman menggunakan mesin cipher substitusi polialfabetik yang disebut Enigma sebagai sistem pengkodean utama selama PD II. Kemudian pada tahun 1977 DES (Data Encryption Standard) dipakai sebagai standar pemrosesan informasi federal US untuk mengenkripsi informasi yang unclassified. DES merupakan mekanisme kriptografi yang paling dikenal sepanjang sejarah.
Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kripto (rahasia) dan graphia (tulisan). Jadi kriptografi itu adalah ilmu yang mempelajari tulisan yang bersifat rahasia. Dengan istilah lain dikenal sebagai ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan ketika pesan dikirim dari suatu tempat ke tempat yang lain (the art and science of keeping messages secure). Tulisan atau pesan yang dikirim dapat berupa teks, gambar, audio, atau video.
“ Melalui partisipasi kita dalam pengembangan kualitas SDM Indonesia, maka percepatan pemenuhan kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan zaman akan segera terpenuhi. Termasuk penyiapan SDM di bidang kriptografi ini. Jika semua harus mengandalkan anggaran dari Pemerintah tentu akan sulit karena Pemerintah juga memiliki anggaran yang terbatas. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi dari kita semua yang memiliki dan memahami disiplin ilmu tertentu untuk digetoktularkan agar semakin banyak insan Indonesia yang hebat “, pungkas Dede mengakhiri percakapan seusai menyampaikan materi kriptografi. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar