Kementerian Sosial RI melalui Ditjen Rehabilitasi Sosial mengadakan peningkatan kapasitas petugas kehumasan di lingkungan Ditjen Rehabilitasi Sosial dalam memberikan informasi dan publikasi, Rabu (20/07).
Kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk mengoptimalkan pengelolaan kehumasan yang menjadi fungsi untuk membantu dalam mengkomunikasikan dan mempublikasikan setiap program dan kegiatan ke publik.
Lokasi kegiatan dilaksanakan di Sentra Handayani Jakarta dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Salahuddin secara virtual.
Dalam kegiatan tersebut, Salahuddin menyampaikan bahwa ilmu kehumasan melibatkan multi disiplin keilmuan agar maksimal dalam proses menerjemahkan informasi untuk menjadi konten ataupun pemberitaan.
Agenda dalam kegiatan ini membahas tentang jurnalistik, media konten dan pemerhati media sosial atau isu-isu trending topic, counter topic atau mengendalikan opini.
Pada kesempatan yang sama, Hamdan, selaku jurnalistik sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut berbagi informasi terkait pembuatan press release atau menulis berita yang sesuai jurnalistik. Ia menyampaikan bahwa berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca serta menyangkut kepentingan pembaca.
Hamdan menambahkan, unsur penting lain dalam penulisan harus dipenuhi 5 W+ 1H, yaitu apa yang terjadi, dimana hal itu terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, siapa yang terlibat dalam peristiwa itu, kenapa hal itu terjadi dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
Selain unsur-unsur penting yang sudah dibahas di atas tentang penulisan berita, hal lain yang juga berkaitan dengan kehumasan yaitu mengenai pendalaman Ilmu tata kamera, dimana pengambilan gambar yang baik untuk mendokumentasikan kegiatan bisa ditinjau dari beberapa aspek seperti jenis kamera, jenis lensa, framing, angle, serta pergerakan kamera.
Sementara itu, Patrick Haloam Marbun selaku praktisi kehumasan bidang Cinematography sebagai narasumber menjelaskan sebelum mengambil video dan foto yang baik pertama harus di sesuaikan dengan kebutuhan, artinya harus mempersiapkan hal-hal yang mendasar seperti jenis kamera, memperkirakan kapasitas memori, baterai serta besaran data yang akan di hasilkan dari perekaman gambar
“Selain itu, agar bisa mencegah terjadinya foto/video yang corrupt akibat kamera yang error akibat panas atau kapasitas memori yang sudah overload. Selain itu juga harus memperhatikan kepekaan image sensor atau ISO (International Standart Organisation),” ujar Patrick.
Pemaparan terakhir disampaikan oleh Firman Budiman sebagai narasumber praktisi kehumasan bidang content creator yang berbagi informasi tentang pembuatan konten-konten video menarik yang dikemas dalam berbagai format penyajian untuk disebarluaskan dengan baik.
“Video yang menarik, haruslah memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat itu di rangkum dalam Videografi. Tidak jauh berbeda dengan teknik Fotografi, pentingnya pemahaman mengenai penggunaan kamera dan teknik pengambilan gambar saling terikat terutama pada pengaturan Segitiga Exposure yakni Iso, Diafragma, dan Shutter Speed,” jelas Firman Budiman.
Pelatihan yang berlangsung selama 9 (sembilan) jam sangat mumpuni, terbukti selama berjam-jam pelatihan dan tanya jawab berlangsung dan seluruh peserta dapat menerima materi dengan baik.
Kegiatan diikuti secara daring oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Salahuddin,petugas humas, Sentra Terpadu dan Sentra seluruh Indonesia, dan diikuti secara luring oleh peserta perwakilan masing-masing Sentra Terpadu dan Sentra di Sentra Handayani Jakarta. (Lak/Tha)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar