Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Ketua Umum Persatuan Pewarta Warga Indonesia (Ketum PPWI), Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA, menduga kuat bahwa Kapolres Lampung Timur, AKBP Zaky Alkazar Nasution, SH, SIK, MH, mendapat teguran dari Kapolda Lampung, Irjenpol Hendro Sugianto, terkait pemberitaan yang menyebutkan sang Kapolda terlibat dalam mengkriminalisasi dirinya bersama Edi Suryadi dan Sunarso. Pasalnya, Zaky Nasution buru-buru membuat pernyataan pers yang berisi bantahan tentang pemberitaan yang menyebut nama Kapolda Hendro Sugianto itu. Berita bantahan Kapolres Zaky dimuat oleh, salah satunya, media radar24.com yang dikelola oleh Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Lampung Timur.
Hal tersebut disampaikan alumni PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu kepada jaringan media se nusantara via Sekretariat PPWI Nasional, Selasa, 31 Mei 2022. “Setelah berita berisi sinyalemen keterlibatan Kapolda Lampung, Irjenpol Hendro Sugiyatno, viral di jaringan media se tanah air, sangat mungkin Kapolda merasa tidak nyaman. Dia akhirnya bereaksi dengan menelusuri sumber informasi yang menyebutkan dirinya terlibat mengkriminalisasi Wilson Lalengke dan kawan-kawan. Ternyata, yang membocorkan rahasia itu adalah Kapolres Lampung Timur sendiri,” ungkap tokoh pers nasional yang saat ini sedang didudukan di kursi pesakitan atas kasus perobohan papan bunga di PN Sukadana, Lampung Timur.
Ketika diperlihatkan kepadanya berita bantahan dari Kapolres Zaky, Wilson Lalengke terkekeh geli dan berujar bahwa Kapolres Lampung Timur itu sedang mengalami _panic mode on_. “Hahaha, panik dia. Dia bilang tidak memberikan janji sebelum press conference. Namun, setelah saya sampaikan bahwa Kanit Tipidter Meidy Hariyanto dan Kasatreskrim Ferdiansyah yang bilang ke saya soal janji penangguhan sebelum konferensi pers, Senin, 14 Maret 2022 lalu, dia langsung diam seribu bahasa. Kan tidak mungkin Kanit dan Kasatreskrim bicara janji penangguhan penahanan jika bukan arahan dari kapolresnya. Kemudian saya tambahkan bahwa usai press conference, dia (Kapolres Zaky Nasution – red) sendiri langsung panggil saya ke ruang kerjanya dan menyampaikan soal pemberian penangguhan penahanan pada hari itu. Dia akhirnya mengalihkan pembicaraan terkait tidak adanya pemberitaan dari kawan-kawan PPWI mengenai hal-hal yang baik tentang Polres,” beber Wilson Lalengke.
Bahkan, sambungnya, dia mengingatkan Kapolres Zaky bahwa salah satu alasan Kapolres memberikan penangguhan penahanan adalah karena ada wartawan bernama Vio yang mengontak Kapolres itu dan minta bantuan agar Wilson Lalengke dibebaskan segera. “Dia akhirnya tidak bisa mengelak bahwa dia memang bohong, ingkar janji, dan menipu saya, menjanjikan memberi penangguhan penahanan namun hanya angin sorga agar saya mau tampil menyampaikan permohonan maaf di depan kamera para wartawan,” imbuh Wilson Lalengke.
Terkait klaim Kapolres bahwa kawan-kawan PPWI tidak membuat berita yang baik-baik tentang Polres Lampung Timur, Wilson Lalengke tegas mengatakan kepada Zaky Nasution bahwa hal itu disebabkan dirinya tidak diberikan akses ke dunia luar. Selama dalam tahanan Polres sejak hari pertama ditahan hingga pertemuan malam Kamis, 13 April 2022, sekira pukul 21.00 wib itu, Wilson Lalengke ‘diharamkan’ untuk diberi akses menelepon atau berkirim informasi dari dalam tahanan.
“Saya katakan ke dia, Kapolres jangan menyalahkan saya jika tidak ada berita bagus tentang Polres ini dari jaringan PPWI. Mereka semua menunggu release dari saya, pasti ratusan media di jaringan PPWI dan mitranya akan dengan senang hati menayangkan berita release dari saya. Tapi saya selama ditahan di sini seperti dimasukkan ke dalam rimba belantara yang gelap tanpa akses informasi apapun tentang dunia luar. Selama sebulan di dalam sini kami tidak tahu apa yang terjadi di luar sana dan tidak bisa berkirim kabar juga,” ulas lulusan pasca sarjana bidang Global Ethics dari Universitas Birmingham, Inggris, itu.
Ujung-ujungnya, dia malahan curhat cerita soal Kapolda Lampung mengontak dia soal pemberian penangguhan penahanan yang gagal itu. Dia kemudian bilang bahwa dirinya pusing menghadapi kasus yang ditangani Polres Lampung Timur yang melibatkan saya sebagai tersangkanya.
“Saya menduga, hampir pasti dia dimarahi Kapolda Lampung karena membocorkan rahasia keterlibatan Kapolda dalam mengkriminalisasi saya dan kawan-kawan. Lah, dia jelas-jelas menceritakan soal telepon Kapolda Lampung yang mempersoalkan kehadiran saya dan rombongan pada Jumat, 11 Maret, yang dianggap kurang pada tempatnya setelah lihat videonya viral. Juga dia dikontak lagi oleh Kapolda kedua kalinya karena membaca berita saya sudah diberikan penangguhan penahanan dan kawan-kawan media di Banten sudah ramai berkumpul di Pelabuhan Merak untuk menyambut kedatangan saya dari Lampung, pada 14 Maret,” urai Wilson Lalengke.
Selanjutnya, Ketum PPWI itu mengatakan bahwa Kapolres Zaky Nasution berlagak culun nan lugu terkait istilah ‘bicara empat mata’. Dia menilai bahwa Zaky ini masih kurang wawasan terkait kebahasaan, atau bisa juga pura-pura bego.
“Yang namanya bicara empat mata itu bukan berarti tidak ada orang lain di sekitar atau di ruangan itu, geblek! Kalau bicara empat mata berduaan saja, itu namanya pacaran boss-qu. Jika Anda bicara berdua di satu meja dengan seorang rekan bisnis di sebuah cafe, walaupun cafenya ramai, itu juga namanya bicara empat mata. Orang lain yang ada di sekitar situ tidak ikut campur dengan pembicaraan yang dilakukan oleh dua orang tersebut. Payah neh Kapolres kesayangan Kapolda dan Kapolri itu, disuruh copot malah dibiarkan saja, tambah kelihatan blundernya,” cetus alumni Program Persahabatan Indonesia Jepang Abad-21 itu prihatin.
Soal pernyataan Kapolres bahwa kasus wartawan Muhammad Indra yang disangka memeras si tukang selingkuh Mas Rio, dan masalah perobohan papan bunga yang melibatkan dirinya bersama Edi Suryadi dan Sunarso yang diklaim Zaky Nasution sudah benar dan sesuai SOP, Wilson Lalengke hanya berujar, kalau sudah benar, terima dong tantangan debat di depan publik yang disampaikan Advokat Daniel Minggu, S.H. “Jangan koar saja di kandang sendiri ‘saya benar, saya benar, saya benar’, tapi ditantang debat soal kebenaran yang diklaimnya itu, kapolresnya keok dan nyungkut (sembunyi – red) sebelum bertanding. Silahkan publik menilai sendiri, bisakah kapolres model begini dipercaya?” pungkas Wilson Lalengke yang sudah melatih ribuan anggota TNI-Polri, mahasiswa, PNS, wartawan dan masyarakat umum di bidang jurnalistik itu mengakhiri pernyataan pers-nya. (Ari/PPWI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar