Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Kreativitas rupanya tak terbendung oleh ganasnya terpaan pandemi. Oleh banyak musisi, menanti kondisi kembali normal hanyalah penggunaan waktu yang sia-sia. Salah satu musisi yang tak ingin duduk diam berpangku tangan adalah Swara Wimayoga, pembetot bass di grup rock J-Rocks.
Lewat sebuah gerakan kolaboratif bernama TRAH, Wima - begitu ia biasa disapa - lalu mengajak beberapa rekannya yang sevisi untuk bersama-sama mewujudkan ide dan gagasan berkarya. Mereka adalah Mahardhika ‘Didi’ Soekarno, Rizki M. H., Dimas Pandu Danardono serta Nanda Persada.
Bagi Wima serta juga rekan-rekan bandnya di J-Rocks, para personel TRAH bukan sosok yang asing. Bisa dibilang mereka adalah sekumpulan produser dan penulis lagu yang sudah berteman lama. Dan Mahardhika Soekarno khususnya, cucu dari tokoh proklamator sekaligus Presiden RI pertama, Ir. Soekarno tersebut sejak dulu memang seorang musisi di balik layar untuk beberapa musisi Indonesia, termasuk J-Rocks.
Sejak awal karir J-Rocks, mereka pernah tinggal di satu atap yang sama, sebelum tempat tersebut bertransformasi menjadi studio kreatif untuk konten YouTube bernama 1945 studio pada awal 2020 lalu. Dan sejak pertengahan 2021, tempat itu berkembang menjadi sebuah label bernama 1945MF Record.
"Nama TRAH sendiri bermakna ‘keturunan’ atau ‘anak bangsa’. “Kami mencari ide nama bahasa Indonesia yang punya arti bagus, namun jarang dipakai," ujar Wima mengungkapkan asal-usul nama proyeknya itu kepada awak media di Jakarta. Rabu (08/09)
Pada Agustus lalu, hasil brainstorming TRAH telah menghasilkan sebuah single debut berjudul “Untuk Indonesia Raya”. Sebuah karya lawas yang diciptakan oleh Dimas Pandu dengan tema berbeda dan kemudian digubah notasi dan liriknya bersama TRAH pada 3 November 2020 lalu menjadi tema nasionalisme. Video musik dari lagu ini juga sudah bisa dinikmati di YouTube, tepatnya di kanal 1945MF Record selaku label rekaman yang menaungi.
"Kami sepakat untuk tidak me-monetize video ini sebagai bentuk sumbangsih kami kepada negara," tegasnya.
Di video yang disutradarai Anggi Andriyana tersebut, beberapa lokasi bersejarah dan ikonik di Jakarta menjadi sentral pengambilan gambarnya. Di antaranya Bunderan HI, Gedung DPR, Museum Satria Mandala, Gelora Bung Karno dan Monumen Nasional. Proses syuting video dikerjakan hanya dalam waktu dua hari, yaitu pada 15 dan16 Agustus lalu, atau tepatnya sehari menjelang HUT RI dimana pada saat itu semua lokasi sudah clear area dan sudah terdekorasi oleh negara. Konsep videonya pun bahkan baru diputuskan pada 15 Agustus dini hari.
"Canggih sih, menurut saya si Anggie, dengan segala keterbatasan baik waktu, perijinan dan lainnya, dia bisa meng-capture banyak message dari lagu dengan baik. Keren konsepnya, tanpa asisten pula. Belum lagi proses editing-nya yang juga dikerjakan oleh Anggie dibantu oleh Rizki dalam waktu seminggu. Nggak ada capeknya tuh dua anak….," Imbuh Wima.
Salah satu momen penting adalah scene di Museum Satria Mandala yang dulu dikenal dengan nama Wisma Yaso, yaitu adalah tempat dimana bapak pendiri bangsa Bung Karno menjalani masa-masa tersulit hingga wafat mengenaskan di sana. "Makanya ada satu scene di Wisma Yaso si Nanda menunjuk sebuah tulisan ‘Kenali Sejarahmu’. Deep banget sih," paparnya.
Selain itu, TRAH juga melibatkan teman-teman musisi yang sering tampil di konten kanal YouTube 1945 Studio untuk ambil bagian di scene video dan beberapa artis untuk mengisi suara dan tampil di video klip tersebut sebagai bentuk dukungan. Di antaranya ada Guruh Soekarno Putra, para personel J-Rocks, Ipang Lazuardi, Buluk ‘Superglad’, Bagus ‘NTRL’ dan bahkan artis pelaku seni di luar dunia musik seperti Deny Sumargo, Astrid Tiar, Sarah Azhari, Deny Cagur dan masih banyak lagi. Lewat video tersebut, TRAH ingin menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan di lagu “Untuk Indonesia Raya” berlaku untuk seluruh kalangan.
"Lagu ‘Untuk Indonesia Raya’ itu lebih kepada menguatkan sesama untuk jangan menyerah dengan keadaan, dengan tetap bersatu tidak terpecah belah. Untuk selanjutnya kami menyiapkan lagu baru buat (tema) Sumpah Pemuda. Temanya lebih kepada menguatkan janji kita lagi di masa sekarang. Untuk generasi sekarang. Jadi kami tak ada tema cinta-cintaan. Hanya (tentang) cinta kepada negara," urai Wima semangat.
Sesuai pesan di lirik single pertamanya, TRAH memang seterusnya memproyeksikan memusatkan orientasi konsep musiknya terhadap hal-hal yang bertema perjuangan kebangsaan.
Nah, untuk menguatkan visi dan misi itu, selaku penulis lagu dan produser, Wima bersama Didi, Rizki, Dimas dan Nanda tak ingin menghadirkan olahan musik yang biasa-biasa saja.
Menurut Wima, konsep musiknya kali ini jauh berbeda dibanding yang biasa ia kerjakan bersama bandnya, J-Rocks. “Kami gabungin referensi musik kami yang bisa dibilang beda-beda, dengan tetap menampilkan sound yang mengikuti zaman dengan aransemen lagu yang menyesuaikan tema di lirik-lirik lagu TRAH. Poin penting sih di message-nya….,“ ucapnya.
Untuk pengisi suara utama di lagu “Untuk Indonesia Raya” diisi oleh Nanda Persada yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum IMARINDO (Ikatan Manager Artis Indonesia) serta menjadi host di program podcast YouTube Nanda Tanya. "Kenapa Nanda yang kami tunjuk mengisi vokal utama di lagu itu… karena dia yang paling bisa menjiwai lirik lagunya. Nasionalis banget dia. Sekali-kalilah manajer artis kita ‘ceburin’ jadi artis sekalian... hahaha. Nanda juga yang menjadi tokoh utama di video klipnya," katanya.
Eksekusi rekaman, termasuk proses pemolesan mixing “Untuk Indonesia Raya” sendiri dikerjakan TRAH di 1945MF Studio. Sementara untuk tahapan mastering dipercayakan kepada Romy Soekarno di Marlinspike Hall Studio.
TRAH berharap, lagu “Untuk Indonesia Raya” bisa menjadi sebuah karya musik yang dapat dinikmati secara audio serta visual, dan pesannya bisa tersampaikan ke seluruh masyarakat Indonesia.
"TRAH sendiri tak akan berhenti sampai di sini saja. Seperti yang sudah disinggung di atas, TRAH akan terus melahirkan karya baru, dan fokus pada momen-momen bersejarah," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar