OPINI :
NARASI DI BALIK LAYAR PERGERAKAN
Oleh : MOH. ROFIQ RISANDI
Kader PMII RAYON AL-FANANI
Komisariat Universitas Islam Malang
Lenyap dalam keheningan yang begitu sunyi, seakan akan kita sudah tidak tau memposisikan diri, masyarakat pinggiran yang sekarang sudah tidak bisa berkutik lagi, akibat kebijakan pemerintah yang sekarang sudah tidak bisa di bantah lagi. Suara suara yang lantang sudah terbungkam gerakan-gerakan yang lihay sudah di abaykan dengan ketidak jelasan.
Menjadi pahlawan jika rupiah yang yang datang dan sekarang sudah menjadi ketakutan untuk melawan para pendekar.
Niat murni dari hati seorang mahasiswa yang katanya menjadi tombak kemajuan bangsa, yang katanya di sebut dengan Agen perubahan saat ini para pahlawan kampus sudah kehabisan akal untuk melawan para pendengkar bangsa.
Ketika teringat slogan yang di berikan tokoh proklamator bangsa Ir. Soekarno " Berikan 1000 orang tua maka akan aku cabut gunung semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan aku guncang dunia" dan saat ini yang hanya bisa menggucang dunia itu adalah orang tua dan anak muda hanya bisa menyaksikan para orang tua yang sekarang sedang mengguncang dunia.
Sejarah pergerakan di tahun-tahun sebelumnya lebih menarik untuk di jadikan pandangan bahwa saya mahasiswa, saya pemuda indonesia. Dimana-dimanakah kemerdekaan yang selama ini kita teriakkan, apakah tumbang di kikis zaman.
Di tahun 1998 gelombang aksi demonstrasi yang digalang gerakan mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat berhasil meruntuhkan rezim Orde baru pada 21 Mei 1998 dan pada saat ini gerakan mahasiswa saya rasa sudah punah dan sudah tidak ada taringnya lagi.
Apakah gerakan-gerakan itu akan terulang kembali? Sekarang suda terlalu banyak orang pintar tapi mereka tidak jelih terhadap isu sosial, meskipun meraka paham kebijakan pemerintah sudah menyengsarakan masyarakat Indonesia akan tetapi mereka hanya diam dan memikirkan diri sendiri. “ perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. Bung Karno.
Di tahun ini indonesia mengalami ketimpangan sosial dan sudah nampak dan jelas di depan mata akan tetapi dari kalangan mahasiswa hanya bisa mengeluh dan tidak bisa bersuara, semuanya dibungkam dengan kepentingan-kepentingan politik yang itu menguntungkan kepada mereka sendiri.
Dalam syair yang di lantukan oleh seorang puitis sekaligus aktivis 1998. " Tanah untuk Rakyat. Aku berfikir sebuah gerakan tapi mana mungkin aku nuntut sendirian, aku bukan orang suci yang bisa hidup dengan segumpal nasi dan air segendi, aku butuh celana dan baju untuk menutup kemaluanku aku berfikir sebuah gerakan tapi mana mungkin kalau diam. " **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar