“ Sebagian besar masyarakat Indonesia tentu menyukai udang, bahkan permintaannya dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan semakin terbukanya pangsa pasar luar negeri alias ekspor. Di samping rasa dagingnya yang gurih, ternyata udang juga kaya dengan kandungan nutrisi, misalnya sebagai sumber protein yang penting untuk pembentukan sel-sel tubuh.
Selain itu, ada beragam manfaat bagi kesehatan, termasuk untuk mencegah penyakit. Jika dilihat dari perspektif kepariwisataan, udang tidak sekedar sebuah komoditas makanan semata, melainkan bisa dirancang menjadi wisata edukasi perikanan yang menarik “, ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Kalinda – Lampung, Minggu (30/5).
Pada kesempatan tersebut rombongan DPP Prawita GENPPARI yang berkunjung ke Kalianda sebanyak lima orang dan diterima langsung oleh calon pengurus DPD Prawita GENPPARI kabupaten Lampung Selatan, Bung Uje.
Setelah menikmati jamuan udang dan ikan bakar spesial, kegiatan dilanjut dengan kunjungan ke pusat pembibitan udang Vanamei. Bung Uje selaku salah satu pemilik pembibitan udang yang sukses ini, menjelaskan secara rinci dan detail mengenai teknis dan propek bisnis udang saat ini dan prognosa di masa yang akan datang.
Termasuk agresifitas dalam membuka pasar guna memastikan hasil panen langsung terserap karena demand yang tinggi. Customer atau pembeli benih udang ini adalah para pelaku budidaya pembesaran udang. Baik yang berada di kawasan Lampung Timur, maupun beberapa daerah lainnya di pulau Jawa.
Banyaknya pengusaha budidaya pembesaran udang berdampak pada tingginya permintaan terhadap benur atau bibit udang tersebut. Hal ini dikarenakan kebanyakan pembudidaya pembesaran udang tidak dapat membibitkan sendiri udang-udangnya. Oleh karena itu mereka lebih memilih membeli bibit-bibit unggul dari para pembibit udang.
Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa udang termasuk hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang tempat hidupnya adalah di perairan, baik air tawar, air payau atau air asin. Jenisnya sendiri ada lebih dari 2000 spesies. Dari anatominya, udang memiliki 10 pasang kaki dan 2 antena sensor.
Lebih lanjut ia juga menambahkan bahwa udang pada dasarnya adalah hewan pemakan segala (omnivora) yang memakan tumbuhan dan hewan kecil. Dalam berkembang biak, udang betina mampu bertelur sampai ratusan butir dan diletakkan di kaki betina. Setelah menetas, anak-anak udang berukuran sangat kecil dan seukuran plankton. Benih – benih udang ini menghabiskan waktunya dengan melayang-layang di air.
“ Untuk mendapatkan benih unggul, kondisi induk sangatlah penting. Dalam proses perawatan induk, perhatikanlah suhu, pH, oksigen dan juga kedalaman airnya. Pilihlah indukan yang mempunyai gerakan lincah dan tubuh berwarna jernih, organ tubuh tampak lengkap, dan bentuk tubuh ramping memanjang.
Termasuk dalam menyiapkan kolam perawatan untuk membantu pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang vanamei. Jangan lupa memberi pupuk urea dan TPS setiap satu minggu sekali. Kemudian untuk menjaga keseimbangan plankton dalam kolam, berikan juga urea dan fermentasi probiotik.
Saat proses pemeliharaan, suhu air harus dijaga agar tetap berada dalam suhu normal yaitu antara 28°C-30°C, apabila suhu terlalu tinggi maka dapat terjadi reaksi kimia yang bisa meningkatkan pH dan NH3 “, ujar Bung Uje menekankan.
Di samping itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah jumlah induk yang dikawinkan harus memiliki perbandingan yang seimbang agar benih yang dihasilkan maksimal. Setelah dilakukan penyortiran, indukan yang telah siap memijah harus dipindahkan ke kolam pemijahan. Ukuran kolam juga harus diperhatikan agar efektif. Kolam juga harus dipasang filter untuk menyaring telur udang yang kemudian dipindahkan untuk proses penetasan.
Untuk membantu pemberantasan hama saat pemijahan, bagusnya kolam diberi saponin sebanyak 10-12 ppm, lalu dibiarkan selama beberapa hari sebelum digunakan agar reaksi kimianyanya hilang terlebih dahulu. Pungkas Uje. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar