Emiten kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk ("SSMS" atau "Perseroan") sepanjang tahun 2020 mencatatkan kinerja yang positif, baik dari sisi operasional maupun finansial, ini merupakan suatu prestasi tersendiri, karena dapat tercapai di saat situasi makro ekonomi global yang tidak mudah ditengah merebaknya situasi pandemi Covid-19.
"Menariknya, Perseroan di tahun 2020, mampu mencatatkan kenaikan angka penjualan double digit yaitu sebesar 23% menjadi Rp4,04 trillun serta laba bruto yang naik 83% menjadi Rp1,84 triliun," kata Vallautahan Subraminam, Direktur Utama SSMS dalam Paparan Publik usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung Graha Niaga, Jakarta. Jum'at (28/05)
Bahkan, kata Vallautahan, Laba usaha Perseroan naik signifikan sebesar 169% menjadi Rp1,19 trillun, yang dipengaruhi oleh kenaikan harga jual produk sawit di pasar internasional.
Pada tahun 2020, lanjut Vallautahan, Perseroan memperkuat kerja sama untuk pemasaran produk sawitnya, salah satunya dengan PT Citra Borneo Utama (CBU), yang menyerap 70% produk sawit Perseroan untuk kemudian diolah menjadi produk turunan sawit, seperti olein, sterein dan PFAD.
Begitu juga, pada akhir Desember 2020, Perseroan menambah kepemilikan sahamnya di PT CBU menjadi sebanyak 32% dari sebelumnya hanya 19% sebagai bagian dari memperkuat strategi hilirisasi bisnis.
Selain itu, Perseroan juga fokus untuk meningkatkan utilisasi pabrik penyulingan kelapa sawit mencapai 100%. Dan yang pasti, Penguatan hilirasi produk sawit akan menjamin prospek profitabilitas yang lebih baik bagi Perseroan di masa depan.
Memasuki awal tahun 2021, Vallautahan mengaku, Perseroan membukukan laba pada kuartal-I 2021 sebesar Rp176 miliar atau naik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami rugi Rp338,79 miliar, hal tersebut juga karena ditopang oleh naiknya harga minyak sawit.
Sedangkan, Beban pokok penjualan Perseroan naik menjadi Rp594 miliar dari Rp483 miliar. "Kendati demikian, laba bruto perseroan meningkat 13,59%, menjadi Rp493 miliar dari Rp434 miliar," ucapnya.
Dari sisi aset, Total Aset Perseroan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini naik 8 persen menjadi Rp12,92 triliun dari Rp12 triliun pada akhir Desember 2020.
Dalam hal Keberlanjutan bisnis, kata Vallautahan, Perseroan juga terus mengupayakan agar seluruh kebun, termasuk yang dikelola oleh petani, dapat memiliki sertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO/Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Asal tahu saja, Kepemilikan sertifikat RSPO/ISPO tentunya tidak hanya akan meningkatkan daya saing perusahaan secara keseluruhan namun juga memberikan jaminan kepada konsumen atas kualitas produk Perseroan, bahwa seluruh produk perkebunan dan turunannya telah diproduksi dengan cara yang mengedepankan prinsip prinsip berkelanjutan dan diproses melalui kegiatan operasional berwawasan lingkungan.
"Dan yang paling penting, Hal ini tentunya menjamin produk yang dihasilkan Perseroan memiliki keunggulan kualitas yang kompetitif dari produk yang dihasilkan kompetitor di pasar domestik maupun internasional," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar