PT Surya Esa Perkasa Tbk (“ESSA”) melihat potensi kenaikan yang signifikan untuk mengembangkan Amonia Biru pada fasilitas produksi Amonia ESSA sebagai alternatif energi rendah-karbon untuk masa depan.
Presiden Direktur & Chief Executive Officer ESSA, Vinod Laroya mengungkapkan, Anak usaha ESSA yaitu PT Panca Amara Utama (“PAU”), yang terletak di Luwuk, Banggai, Sulawesi Tengah ini merupakan pabrik Amonia pertama di dunia yang menggunakan teknologi terbaru dan paling efisien pemakaian bahan bakarnya bernama KBR Reforming Exchanger System (KRES) dan Purifier Technology.
"Pada 18 Maret 2021 lalu, ESSA melalui PAU telah menandatangani MoU tentang Pengumpulan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture, Utilization & Storage /CCUS) bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (“JOGMEC”), Mitsubishi Corporation (“MC”), dan Institut Teknologi Bandung (“ITB”) untuk mengembangkan produksi Amonia rendah karbon atau dikenal sebagai Amonia Biru di Indonesia," kata Vinod dalam keterangan tertulis. Senin (22/03)
Sementara itu, kata Vinod, dari sisi kinerja keuangan, berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasi audit per 31 Desember 2020, ESSA berhasil membukukan pendapatan sebesar USD 175,5 juta pada tahun 2020, turun sebesar 21% dibandingkan pada tahun 2019 sebesar USD 221,9 juta. ESSA mencatatkan rugi bersih pada tahun 2020 sebesar USD 33,6 juta.
"Kendati terjadi pelemahan harga serta penurunan produksi Amonia di tahun 2020 akibat Covid-19 dan masalah terkait lainnya, ESSA berhasil mempertahankan kinerja operasionalnya pada tahun 2020 di tengah kondisi global yang kurang kondusif," ungkapnya.
“Ke depan, ESSA akan terus meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan di pasar global. Dengan rekam jejak produksi yang kuat, budaya karyawan dan tim
manajemen yang telah mampu melalui tahun 2020 yang sulit, kami siap untuk terus menciptakan pertumbuhan di masa mendatang,” tutup Vinod. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar