Hans Suta |
Dua tahun setelah Jokowi berkuasa ia melembagakan gerakan Revolusi Mental melalui Inpres 12/2016. Inpres itu menyatakan ada 5 program Gerakan Nasional Revolusi Mental, yaitu Program Gerakan Indonesia Melayani, Program Gerakan Indonesia Bersih, Program Gerakan Indonesia Tertib, Program Gerakan Indonesia Mandiri, dan Program Gerakan Indonesia Bersatu. (Pemikiran Sang Revolusioner, hal. 11, SYAHGANDA )
Bila bicara revolusi mental kabarnya mungkin sudah ke laut jauh. Apalagi jika bicara revolusi Akhlak di negeri ini. Tentu akan lebih sulit lagi diterima oleh akal dungu. Boleh kami jelaskan dengan sederhana di sini:
Sejak pukul 11 pagi pada Selasa(5/1) ini kami bertamu di Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia namun belum juga ada yang turun menemui kami di lobi _Front office_.
Pengamanan Dalam (Pamdal) mengatakan sebentar lagi turun staf bidang hukum yang menangani kasus tagihan Suku Sebyar, dari Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Hal itu dikatakan sejak pukul 12.22. Dengan alasan ada tamu di ruang biro hukum tersebut.
Lantaran percaya sebagai anggota Tim Kuasa Hukum dari klien yang tengah kami urus, akhirnya tetap memutuskan menunggu karena yakin pastilah tidak lama akan datang "tuan rumah" meski pun turun dari lantai 1.000 sekalipun. Eh, ternyata hingga pukul 13.13 saat tulisan ini dibuat pun belum juga nongol batang hidung tuan rumah dari ESDM.
Bila dibawa emosi gaya Karo, tentu awak tidak tahan menunggu lebih 2 jam hanya untuk mendapat jawaban disposisi surat kepada Menteri ESDM terkait pembayaran hak tanah Ulayat dari Suku Sebyar yang tengah kami tangani kasusnya.
Tapi untunglah awak orang Minang, rancak mangalah untuak Manang Sehingga alam takambang jadikan guru. Rezeki tidak kemana, mungkin saja sedang diuji kesabaran kami untuk tingkat tinggi.
Meski sudah kami minta untuk agak 3 menit turunlah perwakilan menteri untuk menjawab tagihan klien kami yang sejak 2015 belum dibayar senilai Rp. 32,4 miliar.
Sayangnya, hingga tulisan ini kami kirim ke media belum juga dilayani. Mungkin perlu ada Revolusi Adab sopan santun diajarkan ke para birokrasi di negeri ini.
Akhirnya, kami pamit dengan menitipkan kartu nama dengan pesan agar disampaikan kepada staf yang _ogah_ turun karena mungkin tidak setuju dengan isi Revolusi Mental yang dibajak di tengah jalan. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar