Koalisi Anak Bangsa Untuk Keadilan (KABUK) menggelar konferensi pers terkait penyampaian sikap dan tuntutan atas perkembangan kehidupan berbangsa dan penyelenggaraan negara yang semakin memprihatinkan pada Kamis (17/12) di Restoran Pulau Dua Jakarta.
Dr. Marwan Batubara dari Koalisi Anak Bangsa Untuk Keadilan menyampaikan, Kami sebagai anak bangsa sangat prihatin atas kehidupan berbangsa dan bemegara saat ini, khususnya pasca kepulangan Habib Muhammad Rizieq Shihab (HRS). Selain itu, HRS semestinya dilibatkan pemerintah membangun stabilitas nasional guna mewujudkan cita-cita bangsa dan negara.
"Sangat disayangkan yang terjadi adalah sebaliknya, timbul kegaduhan secara meluas dan berkepanjangan. Tampaknya hal ini disebabkan oleh keterkejutan pemerintah melihat langsung jutaan orang simpatisan pencinta HRS datang dari berbagai wilayah NKRI menyambut kepulangannya ke tanah air," kata Marwan dalam konferensi pers di Jakarta. Kamis (17/12)
Sesungguhnya, kata Marwan, jika pemerintah beritikad baik mampu membuka diri dan membangun dialog secara tulus dan ikhlas, maka diyakini situasi dan kondisi kehidupan sosial politik akan menjadi Iebih baik. Kegaduhan yang terjadi dan terhambatnya saluran dialog semakin memperlebar jarak antara pemerintah dengan pendukung HRS. Kondisi demikian tidak bisa dianggap remeh, sebab berpotensi melemahkan persatuan dan kohesi nasional.
Terlebih lagi, ujar Marwan, dengan terjadinya penembakan diluar hukum terhadap keenam laskar FPI semakin memperparah stabilitas nasional. Patut diduga telah terjadi kejahatan HAM berat dan tindak pidana tcorisme. Terdapat petunjuk adanya penculikan dan penganiayaan. Keenam laskar FPI tersebut bertugas mengawal imam yang mereka cintai beserta keluarga untuk kepentingan beribadah dan sejatinya turut serta dalam pengajian subuh keluarga.
Dengan demikian, tambah Marwan, kami yakin mereka gugur sebagai syuhada. Dalam hal ini kami menilai, scluruh sila Pancasila telah diabaikan oleh oknum-oknum Kepolisian. Tindakan tidak berperikemanusiaan yang melenyapkan nyawa anak-anak muda secara brutal tidak dapat dibenarkan dan tidak ada alasan penghapus pidana.
Selain itu, lanjutnya, Kami sangat khawatir akan terpecahnya bangsa Indonesia menjadi Ä‘ua kubu yang saling berhadap-hadapan sebagai resultan terbunuhnya enam orang laskar FPI dan perkara kerumunan yang berujung ditahannya HRS.
Tidak dapat dipungkiri, sambung Marwan, pihak Kepolisian terus menerus mengklaim kebenaran. Disisi lain, pihak FPI serta pendukungnya selalu dipojokkan dan diposisikan sebagai pihak yang salah.
Selanjutnya juga disampaikan, Untuk meredakan situasi yang scmakin panas dan tidak kondusif, serta demi tegaknya hukum dan keadilan, maka dengan ini kami menuntut:
I. Kepolisian segera melepaskan HRS dari tahanan, dan sebagai gantinya kami yang tercantum di bawah ini siap menjadi penjamin.
2. Segera dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang independen, bebas dari pengaruh dan tekanan pihak mana pun guna mengusut tuntas kejahatan HAM berat dan tindak pidana terorisme atas terbumuhnya enam orang laskar FPI.
3. Mengajak seluruh anak bangsa untuk terus mengawasi, mengawal dan ikut mengadvokasi secara intens seluruh proses penuntasan tragedi kemanusiaan tersebut.
Sebagai penutup, tegas Marwan, perlu kami ingatkan bahwa tindakan pembiaran, rekayasa dan penggelapan atas proses penuntasan tragedi kemanusiaan ini sangat berpotensi memicu kemarahan rakyat, sehingga dapat menimbulkan huru-hara dan perlawanan sosial yang meluas.
Dari kami Anak-anak Bangsa:
1. Dr. M. Amien Rais
2. KH, Dr Muhyiddin Junaidi
3. KH. Dr. T. Zulkarnain
4. KH Ansyufri Sambo
5. Dr. Syamsul Balda
6. 5. Dr. Abdul Chair
7. 6. Dr. Bukhori Muslim
8. Dr. Marwan Batubara
9. Dr. Abdullah Hehamahua
10. Neno Warisman
11. Dr. Nurdiati Akma
Turut hadir dalam kegiatan ini, para Pembicara: Prof. M. Amien Rais, KH. Dr. Muhyiddin Junaidi, Dr. Abdullah Hehamahua, Prof. Dr. Chusnul Mar’iyah, Dr. Refly Harun, Dr. Abdul Chair, Dr. Buchori Muslim, Dr. Tony Rosyid, KH Ansyufri Sambo, Neno Warisman dan lain lain. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar