Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden RI sekaligus CEO LSM Yayasan Kitong Bisa, Billy Mambrasar menilai penting program Otonomi Khusus (Otsus) Papua.
Sebab, katanya, dengan kebijakan tersebut generasi muda Papua bisa menjadi lebih terdidik, sehingga memiliki peluang sukses atau cita-cita yang lebih tinggi.
"Semangat untuk alokasi Otsus itu paling tinggi untuk pendidikan, saya berasal dari keluarga tidak mampu, tapi bisa menempuh pendidikan tinggi menggunakan dana Otsus," ujar Billy dalam diskusi virtual 'Otsus dan Masa Depan Papua', yang digelar Suara Dewan pada Minggu (29/11/2020).
Menurut Billy, investasi terbaik ialah pada manusia. Sebab dengan begitu, peradaban dengan sendirinya akan terbangun. Sehingga, ia berharap ke depan pembangunan manusia Papua melalui pendidikan yang ada pada program Otsus, tak dikurangi.
Adapun realisasi program pada Otsus dinilai membutuhkan waktu yang tak sebentar. Sebab, kata Billy negara maju sekalipun hingga kini masih berproses dalam membangun bangsanya. Yang dibutuhkan saat ini, kata Billy ialah evaluasi program tersebut, yang berbasis data yang sesungguhnya di lapangan.
Selain itu, lanjutnya, diperlukan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan seluruh program. Sehingga, akhirnya bisa tercapai tujuan otsus, yakni menyejahterakan masyarakat Papua dan Papua Barat.
Meskipun demikian, ucapnya, Otsus adalah sebuah proses yang akan terus berjalan, dan untuk memastikan sampai ke kesejahteraan Papua, maka perlu ada perbaikan-perbaikan Otsus. Butuh proses komunikasi yang baik antara pemda dan pemerintah pusat.
"Disisi lain, Perlu ada peningkatan kapasistas pelaku pembangunan, bagi yang sudah sekolah tinggi itu adalah utang kepada masyarakat Papua, sehingga kita bisa membantu untuk membangun Papua ke arah sejahtera," paparnya.
Di kesempatan yang sama, Anggota DPD RI daerah pemilihan Papua Barat, M Sanusi Rahaningmas, menyatakan bahwa di Papua Barat Otsus sudah berlangsung selama 10 tahun dan banyak membawa manfaat besar bagi masyarakat.
"Otsus dan kesejahteraan Papua, merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Dalam perjalanan kurang-lebih 10 tahun Otsus telah dikelola Provinsi Papua Barat, banyak hal yang didapatkan dan diterima dari masyarakat," ujar Sanusi.
Sanusi mengakui masih ada masyarakat yang tak puas terhadap penerapan Otsus. Namun, menurutnya hal itu terjadi lantaran mereka belum menikmati sepenuhnya program-program yang ada pada Otsus.
Ia berharap ke depan ada evaluasi dari program Otsus. Terutama mengenai alokasi dana untuk pendidikan, yang tak memenuhi target 20 persen.
"Saya berharap kepada semua, kita semua berjuang supaya ke depan sudah ada regulasi dalam penggunaan dana otsus. Agar tidak ada lagi dana dipakai di luar dari tiga hal yaitu kesejahteraan, kesehatan dan pendidikan," kata Sanusi.
Sementara itu, Guru Besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong, Papua Barat, Prof. Dr. Ismail Wakke, Ph.D, menilai otsus merupakan keistimewaan yang diberikan pemerintah pusat terhadap Provinsi Papua dan Papua Barat.
Karena itu, ia berharap perlakuan spesial itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh penerima.
"Alokasi dana otsus yang merupakan satu prakarsa khusus untuk Papua, ini keistimewaan yang tidak dimiliki provinsi lainnya. Tentu kita harus mendayagunakan semaksimal mungkin," tutur Ismail.
Menurutnya masyarakat Papua takkan bisa maju tanpa bantuan seluruh anak bangsa, juga oleh orang Papua itu sendiri. Artinya, diperlukan persatuan dan seluruh anak negeri, guna memajukan Tanah Papua.
Ia yakin, berbekal dana otsus peningkatan kualitas manusia Papua bisa dilakukan. Sehingga, akhirnya pemerataan sumber daya manusia (SDM) yang berujung pada peningkatan kesejahteraan bisa terjadi.
"Kalau kita support dengan Otsus dan suara kita semua, 5-10 orang Papua akan sama bagusnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia," kata dia.
Adapun mantan Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Muhammad Rifai Darus, memandang otsus merupakan jalan bagi masyarakat Provinsi Papua dan Papua Barat untuk maju.
"Otsus itu bukan hanya proses tapi otsus adalah akses atau jalan bagi Papua untuk memajukan pradaban di Papua," ujar Rifai.
Menurut Rifai, masa depan di Tanah Papua lahir dari kesempatan yang sama. Melalui otsus, kesempatan sama itu salah satunya bisa muncul.
"Bicara tentang masa depan, adalah pemberian kesempatan yang sama. Masa depan ini lahir karena sebuah kejutan dan lahir karena ciptaan," tandasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar