Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Pasar modal di Tanah Air dinilai mulai memasuki fase pemulihan pascaterdampak pandemi Covid-19. Meskipun demikian, market dinilai belum dapat terpacu secara signifikan selama vaksin virus corona belum ditemukan.
Berdasarkan pemberitaan Katadata.co.id pada Jumat (4/7/2020) pagi, indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi menguat pada perdagangan hari ini. Indeks diperkirakan kembali bergerak ke zona positif melanjutkan perdagangan kemarin terpacu optimistis pasar atas pengujian vaksin virus corona.
Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG terpantau berhasil melanjutkan tren positif untuk periode pekan pertama Juli 2020, yakni ditutup naik 0,14% di level 4.973,79. Selain terpengaruh uji coba vaksin corona, IHSG juga bergerak ditopang keyakinan investor atas pemulihan ekonomi global.
Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Friderica Widyasari Dewi mengatakan, selama vaksin belum ditemukan maka faktor ketidakpastian di pasar modal tetap besar. Kehadiran vaksin ini menjadi penantian banyak pihak termasuk investor demi upaya mengembalikan market seperti sedia kala.
“Tapi, kalau vaksin sudah ditemukan pun tidak bisa berdampak langsung terhadap pemulihan market seperti sedia kala. Sebab, distribusinya juga memerlukan proses lagi,” kata Friderica saat Bicara Data Virtual Series bertajuk Celah Berinvestasi di Masa Krisis Covid-19, Jumat (4/7/2020).
Friderica kilas balik terkait perjalanan kondisi pasar modal sejak awal Covid-19 merebak hingga sekarang. Pihaknya membagi menjadi lima fase.
Pertama, saat keluar pengumuman terkait penemuan kasus Covid-19 di Wuhan, Tiongkok tetapi saat itu IHSG tetap seperti biasa. Fase berikutnya, periode tatkala indeks mulai terkoreksi cukup banyak. Kondisi ini terjadi khususnya ketika kasus Covid-19 diberitakan mulai keluar dari Tiongkok. Lantas pada fase ketiga, terjadi saat WHO mengumumkan pandemi dan IHSG mengalami penurunan tajam. Periode keempat tatkala terjadi kebingungan dan kepanikan di dalam negeri.
“Fase kelima adalah periode sekarang-sekarang ini. Saat ketika kita menunggu bagaimana pemerintah beserta regulator terkait, BI dan OJK, menangani kondisi yang ada. Dan mereka sudah menangani dengan sangat baik sejauh ini. Kita tunggu efektivitas stimulus yang ada,” ucap Friderica.
Meskipun IHSG terpantau secara bertahap kembali menguat, namun belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19. Tercatat, pada 2019, rata-rata transaksi di pasar modal berkisar Rp 9,1 triliun per hari. Tapi, sekarang masih pada level Rp 7,3 triliun per hari.
“Itu menunjukkan market belum back to normal. Tapi yang menarik adalah jumlah perdagangan semakin menggeliat berasal dari para investor ritel domestik kita sendiri. Maka, kita lihat ke depan perkembangannya seperti apa, dan bagaimana efektivitas program pemerintah,” imbuh Friderica.
Pada kesempatan yang sama, Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro menjelaskan bahwa pelaku pasar sebetulnya tetap optimistis atas kondisi mendatang. Mereka selalu berusaha meneropong ke depan. Sejauh ini, market melihat masih ada katalis positif bagi perekonomian domestik.
“Kalau saham-saham yang dinilai resilience pada waktu mendatang lantas dibeli sekarang karena harga sedang murah, kenapa tidak. Kondisi mendatang kita lihat dari bagaimana dampak dari pelonggaran PSBB yang mulai berimbas terhadap kembali bergeraknya beberapa sektor usaha,” kata Andry.
Meskipun demikian, menurutnya, sukar jika harus mengharapkan pasar modal kembali ke sedia kala seperti sebelum ada pandemi Covid-19. Pasalnya, ketidakpastian akan terus membayangi. Misalnya, kekhawatiran pelaku pasar modal terkait second wave pandemi ini.
“Namun, jika ketidakpastian bisa dikendalikan seharusnya muncul sumber pertumbuhan positif pada kuartal keempat tahun ini. Kuncinya adalah sekarang kita masih memiliki pendorong pertumbuhan ekonomi dari belanja pemerintah,” pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar