Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Di tengah kondisi global yang menantang akibat pandemi Covid-19, PT Bank BTPN Tbk berhasil membukukan kinerja positif pada kuartal I-2020, dengan pertumbuhan laba bersih 48% secara year on year (yoy) sebesar Rp 752 miliar. Sementara itu, penyaluran kredit tumbuh 12% (yoy) dari Rp 139,8 triliun menjadi Rp 157 triliun.
Pada periode yang sama aset Bank BTPN mencapai Rp 199,7 triliun tumbuh 4% (yoy). Adapun dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 22,5%, Bank BTPN masih memiliki kemampuan ekspansi yang kuat.
Ongki Wanadjati Dana, Direktur Utama Bank BTPN mengatakan, penyaluran kredit tersebut tetap dilakukan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan yang berkualitas. Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tercatat relatif rendah, yaitu 0,97% (gross).
“Dengan situasi perekonomian global yang tidak menentu, ditambah perkembangan terkini penyebaran Covid-19, kami berusaha mempertahankan kinerja bank tetap positif. Hal ini merupakan bentuk komitmen kami dalam mendukung perekonomian Indonesia,” kata Ongki dalam keterangan tertulis. Senin (18/5)
Selain itu, ujar Ongki, Penyaluran kredit salah satunya ditopang segmen korporasi sebesar Rp 92 triliun. Dalam melayani kelompok nasabah ini, Bank BTPN fokus menyalurkan pembiayaan melalui sejumlah sindikasi untuk proyek ketahanan energi, ketahanan pangan, serta infrastruktur.
Selain melalui sindikasi, Bank BTPN memberikan pinjaman secara bilateral ke perusahaan swasta nasional, badan usaha milik negara (BUMN), industri otomotif, hingga perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor.
“Pembiayaan segmen korporasi menunjukkan komitmen jangka panjang kami dan pemegang saham pengendali Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dalam mewujudkan kesejahteraan serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” kata Ongki.
Selain pembiayaan korporasi, lanjutnya, penyaluran kredit ditopang segmen kredit usaha kecil dan menengah, komersial, serta kelompok prasejahtera produktif melalui anak usaha, BTPN Syariah. Untuk menyeimbangkan laju pertumbuhan kredit, Bank BTPN menghimpun pendanaan senilai Rp 161,2 triliun sampai akhir kuartal I-2020, meningkat 3% dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut terdiri atas dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp 97,1 triliun, pinjaman pihak lain Rp 57 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp 7,1 triliun.
Dari total DPK, Ongki menuturkan, Bank BTPN berhasil meningkatkan porsi current account savings account (CASA) menjadi 29% pada kuartal I-2020, lebih tinggi dibandingkan porsi pada kuartal I-2019 yang sebesar 21%.
Hingga akhir Maret 2020, imbuhnya, jumlah pengguna terdaftar Jenius mencapai lebih dari 2,5 juta nasabah, tumbuh 85% dari akhir Maret 2019 yang sebanyak 1,4 juta nasabah. Adapun jumlah simpanan (funding) melalui Jenius mencapai Rp 8,3 triliun. Data ini menunjukkan inovasi digital Bank BTPN mulai membuahkan hasil. Masyarakat juga semakin terbiasa menggunakan produk dan layanan digital.
Dalam situasi seperti saat ini, Ongki mengungkapkan, likuiditas merupakan tantangan utama yang dihadapi industri perbankan. Bank BTPN termasuk salah satu bank yang memiliki likuiditas sangat kuat dan mencukupi untuk menopang target perusahaan. Selain mengandalkan dana pihak ketiga (DPK), obligasi dan pinjaman bilateral pihak lain, Bank BTPN juga mendapat sokongan dari perusahaan induk berupa standby facility sebagai sumber pendanaan. Adapun total fasilitas pendanaan (offshore borrowing limit facility) yang diberikan SMBC mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 46 triliun).
"Kecukupan likuiditas Bank BTPN juga terlihat pada liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 212% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 116% yang jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%. Sebagai informasi LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar