Duta Nusantara Merdeka |
Jakarta
Di masa krisis seperti sekarang, Mastercard memperluas komitmennya di seluruh dunia untuk inklusi keuangan melalui upaya menjadikan satu miliar orang dan 50 juta usaha mikro dan kecil bagian dari ekonomi digital pada tahun 2025. Sebagai bagian dari upaya ini, Mastercard akan berfokus pada penyediaan solusi yang dapat membantu 25 juta pengusaha perempuan mengembangkan bisnis mereka.
Di masa krisis seperti sekarang, Mastercard memperluas komitmennya di seluruh dunia untuk inklusi keuangan melalui upaya menjadikan satu miliar orang dan 50 juta usaha mikro dan kecil bagian dari ekonomi digital pada tahun 2025. Sebagai bagian dari upaya ini, Mastercard akan berfokus pada penyediaan solusi yang dapat membantu 25 juta pengusaha perempuan mengembangkan bisnis mereka.
Dampak dari COVID-19 telah membuat upaya untuk mendukung pertumbuhan inklusi di Asia Pasifik, yang merupakan rumah bagi 60 persen dari populasi dunia dan merupakan kawasan ekonomi dengan pertumbuhan tercepat semakin penting. Di bulan April, Bank Dunia menyatakan bahwa kurang lebih 24 juta orang akan terbebas dari kemiskinan di wilayah Asia Pasifik Timur pada tahun ini jika tidak ada pandemi.
Ajay Banga, Chief Executive Officer, Mastercard mengungkapkan, Jika kita ingin pulih dalam jangka panjang dan berkelanjutan, kita harus memastikan semua orang terlibat. Memberikan orang-orang akses ke ekonomi digital adalah bagian penting dari hal tersebut.
“Ini lebih dari sekedar filantropi. Ini adalah sebuah kesempatan untuk mengembangkan dampak sosial yang berkelanjutan secara komersial dan dapat diukur dengan pemerintah dan sektor swasta sebagai mitra, dan dilakukan dengan cara yang dapat membantu masyarakat luas berkembang," tutur Ajay dalam keterangan tertulis. Kamis (14/05)
Komitmen baru ini, kata Ajay, merupakan perpanjangan dari komitmen Mastercard di 2015, yaitu membawa 500 juta orang ke dalam sistem keuangan dan dibangun atas upaya perusahaan untuk mengatasi masalah kesehatan dan tantangan ekonomi terkait pandemi yang dihadapi orang-orang di seluruh dunia.
Pada kesempatan yang sama, Ling Hai, Co-President, Asia Pacific, Mastercard mengatakan, “Krisis COVID-19 telah menunjukkan kekuatan ekonomi digital untuk menopang masyarakat dan perdagangan selama masa-masa sulit. Hal tersebut juga menunjukkan kerugian ekstrem yang dihadapi oleh usaha kecil dan orang-orang yang tidak dapat berpartisipasi dalam ekonomi digital. Untuk individu, mendapatkan akses ke ekonomi digital berarti dapat menggunakan produk dan layanan keuangan yang terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi."
Untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM), kata Ling Hai, akses ke ekonomi digital memungkinkan mereka untuk mengelola pengeluaran dan faktur, mengotomatisasi dan mengamankan proses, serta memungkinkan waktu dan sumber daya yang berharga untuk fokus pada aspek lain dalam menjalankan bisnis mereka.
UKM adalah fondasi dari ekonomi Asia Pasifik, lanjutnya, menciptakan lebih dari 96% dari semua bisnis dan menyediakan dua pertiga dari pekerjaan disektor swasta, sehingga membawa mereka ke dalam ekonomi digital adalah sebuah dampak yang besar bagi masyarakat. Kebutuhan untuk segera melakukannya tidak pernah sebesar ini.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Ling Hai mengungkapkan, Mastercard telah mencapai tujuan awalnya termasuk membuat 500 juta menjadi orang bagian dari ekonomi digital melalui lebih dari 350 program inovatif di 80 negara. Di India dan Indonesia, Mastercard sudah memperkenalkan Platfrom Kredit Mikro yang membuka akses kredit bagi pemilik toko yang sebelumnya tidak memiliki akses ke sistem keuangan.
Hal ini guna memberdayakan pemilik usaha kecil dengan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menggunakan kredit secara produktif, Mastercard bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk memberikan pelatihan literasi keuangan dan digital. Di Indonesia, program ini telah mulai berkembang dengan tujuan mencapai 10.000 toko di lingkungan sekitar pada pertengahan 2020.
Di Indonesia, imbuhnya, Mastercard meluncurkan program keterampilan unggulan pertamanya "Mastercard Academy 2.0" yang dirancang untuk melibatkan dan memberikan pengetahuan digital yang penting kepada berbagai segmen populasi. Pada tahun 2022, program ini akan membekali 100.000 anak sekolah, orang dewasa muda, pengusaha dan professional menengah dengan keterampilan digital yang mereka butuhkan untuk berkembang dan berpartisipasi aktif dalam perjalanan transformasi digital Indonesia.
"Mencapai target satu miliar untuk inklusi keuangan akan membutuhkan berbagai upaya, termasuk upaya berkelanjutan terkait solusi pembayaran pemerintah, digitalisasi upah pekerja sektor swasta, kemitraan dengan operator jaringan selular, solusi untuk pekerja pertunjukan, upaya pengembangan dengan fintech, platform dan dompet digital/aplikasi dan solusi untuk menjawab kebutuhan mereka yang rentan secara finansial," ungkap Ling Hai.
Komitmen baru ini dibangun berdasarkan berbagai upaya Mastercard untuk mendukung pemulihan inklusif dengan memanfaatkan teknologi, kemampuan, dan jangkauan perusahaan. "Di kawasan Asia Pasifik, hingga saat ini Mastercard telah menyediakan berbagai alat dan sumber daya untuk memperluas bisnis untuk lebih dari 2,2 juta perempuan dan telah memberikan pelatihan literasi keuangan kepada hampir 200.000 perempuan melalui berbagai program di Bangladesh, Tiongkok, India, Indonesia, Nepal, Filipina, Singapura, dan Vietnam," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar