Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Virus Corona atau yang kini disebut Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) tengah merebak di sejumlah negara di dunia yang berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Covid-19 dapat menyebar begitu cepat di wilayah yang memiliki suhu rendah namun tumbuh lebih lambat di wilayah dengan negara yang memiliki suhu hangat. Walaupun penyebaran virus ini tergolong cepat, namun persentase penyembuhannya juga tinggi, yakni A hingga 94% dari total kasus yang selesai ditangani.
Covid-19 tentu berpengaruh diberbagai sektor industri, salah satunya sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan sektor yang kinerjanya sangat bergantung pada stabilitas sosial-politik, keamanan, dan lingkungan. Apabila salah satu faktor stabilitas terganggu, maka kinerja pariwisata akan turut mengalami gangguan sehingga sulit untuk menggenjot industri pariwisata.
Maka dari itu diperlukan gerakan dari seluruh pihak agar roda sektor pariwisata dapat terus bergerak dan tumbuh. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi ada potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata senilai US$530 juta akibat dari virus corona ini.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, para pengusaha dan sector industri bekerja sama dengan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di pasar domestik.
"Kita harus tetap aktif melakukan kegiatan demi menjaga ekonomi nasional. Karena mata rantai ekonomi Indonesia juga menyentuh hingga level grass root, contohnya UKM yang sangat erat berhubungan dengan pariwisata. Namun kita tetap waspada terhadap kebersihan diri dan lingkungan agar dapat menekan laju penyebaran virus corona," ujar Hariyadi di sela-sela konferensi pers "Membangkitkan kembali Pariwisata ditengah Badai Corona"ke di Jakarta. Kamis (12/03)
Menurut Hariyadi, Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mencanangkan mencanangkan pemberian insentif/diskon untuk mendorong peningkatan wisatawan nusantara melalui diskon tiket pesawat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan belanja domestik di sektor pariwisata.
Selain itu, kata Hariyadi, Dampak Covid-19 dirasakan oleh berbagai wilayah dengan destinasi wisata yang paling banyak diminati wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Di Bali sendiri, rata-rata okupansi hotel hanya 20%, khususnya di daerah-daerah yang banyak dikunjungi oleh individual traveler seperti Kuta, Sanur, Legian, Ubud, Jimbaran.
Lebih lanjut, Hariyadi menambahkan, Pelaku usaha maupun masyarakat dihimbau agar tetap beraktivitas normal, termasuk wisatawan dalam negeri dan Iuar negeri yang ada di Indonesia. Bagi masyarakat berusia 60 tahun ke atas disarankan untuk tidak bepergian sementara. Protokol pencegahan penyebaran Corona virus telah dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, sehingga hal ini tidak perlu dikuatirkan secara berlebihan.
"Kami berharap masyarakat percaya kepada Pemerintah dalam penanganan Covid-19 dan tidak panik, agar ekonomi Indonesia dapat tumbuh positif dari semua sektor khususnya Pariwisata yang menjadi ujung tombak penyerapan ekonomi di level mikro" tambah Hariyadi.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih mengatakan langkah-langkah yang perlu dilakukan masyarakat agar tidak terkena virus Corona adalah dengan tidak melakukan kontak dengan penderita, menghindari orang-orang yang diduga terpapar khususnya warga negara yang baru datang dari negara-negara yang positif kasus virus Corona, menggunakan masker (bagi yang sakit), serta rutin menjaga kebersihan terutama cuci tangan dengan sabun atau memakai hand sanitizer yang mengandung antiseptik. Terakhir, istirahat yang cukup, jaga makanan bergizi, olahraga rutin untuk menjaga daya tahan tubuh.
"Kominfo juga menghimbau, jika warganet mendapatkan informasi terkait Covid-19 yang diduga hoaks, disinformasi atau kabar bohong, masyarakat dapat melaporkan ke aduankonten.id maupun e-mail. Masyarakat juga diharapkan lebih teliti dalam menerima berita dan tidak langsung menyebarkan tanpa mengetahui kebenarannya. Hal ini dilakukan agar tidak langsung menimbulkan kepanikan di masyarakat. Untuk itu, media diharapkan memberitakan secara proporsional agar masyarakat tidak panik dan tetap beraktivitas," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar