Duta Nusantara Merdeka |Jakarta
Sebanyak 16 negara telah mengumumkan kasus positif infeksi Novel coronavirus (2019n-Cov). Sederet langkah antisipatif secara simultan digelar oleh Pemerintah lndonesia, berbekal pengalaman penanganan menghadapi wabah yang hampir serupa.
Anung Sugihantono, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan menyampaikan, Muncul pertama di Wuhan, Hubei, Tiongkok, pada akhir Desember, per Selasa (28/1/2020) tercatat virus itu telah mengakibatkan kematian 132 penderitanya di negara tersebut, dari total 6.056 kasus. Sedangkan di luar Tiongkok, terdapat lebih dari 70 kasus yang dikonfirmasi. WHO pun mengkoreksi tingkat risiko akibat virus itu menjadi sangat tinggi di Tiongkok, tinggi di tingkat regional, dan tinggi di tingkat global.
Wabah yang diakibatkan virus Wuhan itu memang boleh dikata sebagai penyakit anyar. Walau begitu, sejatinya, virus corona masih satu keluarga dengan virus penyebab penyakit SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Respiratory Syndrome). Diketahui, SARS berjangkit di Provinsi Guangdong, Tiongkok, pada 2002, dan menyebar ke-30 negara di Asia, Eropa, dan Amerika.
"Korban yang terinfeksi tercatat mencapai 8.069 orang dengan korban tewas 775 orang. Tingkat kematian serangan SARS hampir mencapai 10 persen," ujar Anung saat Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk "Antisipasi Penyebaran Corona", di Ruang Serbaguna Roeslan Abdulgani, Gedung Kemenkominfo, Jakarta, pada Kamis, 30 Januari 2020. di Jakarta.
Sedangkan, kata Anung, wabah MERS bermula dari Arab Saudi pada 2012 kemudian menyebar ke-25 negara di Asia dan Eropa. Penyakit itu menginfeksi 1.342 orang dan 512 di antaranya meninggal dunia. Tingkat mortalitasnya 37 persen.
Disisi lain, Anung mengutarakan, Baik SARS-Cov, MERS CoV, dan kini 2019-n CoV menyerang dan merusak organ saluran pernafasan dan paru. Lantaran itulah, penderita memiliki gejala bak terjangkit pneumonia atau radang paru akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumonia, yakni gejalanya demam. Sedangkan wabah MERS bermula dari Arab Saudi pada 2012 kemudian menyebar ke-25 negara di Asia dan Eropa. Penyakit itu menginfeksi 1.342 orang dan 512 di antaranya meninggal dunia. Tingkat mortalitasnya 37 persen.
Sejatinya, kata Anung, virus corona secara alamiah sering ditemukan pada tubuh manusia maupun berbagai hewan. Namun, virus itu kemudian mengalami mutasi sehingga pada tubuhnya tumbuh sejumlah "tanduk" protein yang bentuknya seperti huruf S. Tanduk itulah yang menciptakan mekanisme untuk menembus dan merusak sel tubuh inangnya.
Dalam kasus penyakit virus corona Wuhan itu, lanjutnya, sel-sel yang dirusaknya mulai dari saluran pernafasan hingga paru. Perusakan sel tubuh inang terjadi karena ketidakmampuan virus itu memproduksi material genetik RNA (Asam ribonukleat) sendiri, sehingga mereka pun merampok RNA dari inangnya. Alhasil, sel-sel inang pun hancur.
Menghadapi ancaman serangan virus dari Famili corona di tanah air, sejumlah langkah strategis telah dilakukan. Mulai dari mencegah masuknya virus ke tanah air, hingga meminimalisir potensi penyebaran virus di tengah masyarakat.
Secara konkret, Anung menjelaskan, pencegahan masuknya virus dilakukan di antaranya dengan menyiapkan pemindai suhu tubuh atau thermoscanner di 135 pintu ke luar masuk negeri. Langkah itu diambil setelah penyebaran virus makin meluas ke banyak negara, termasuk ke negara Tetangga. Dengan alat yang dijaga petugas kantor kesehatan setempat itu, dapat ditampilkan postur tubuh dengan warna merah, bilamana suhu tubuh manusia yang dideteksi mencapai 38 derajat celsius atau lebih.
Selain thermoscanner, kata Anung, otoritas bandara juga membagikan kartu kewaspadaan kesehatan atau health alert card kepada penumpang penerbangan langsung dari negara terdampak. Jika pemegang kartu itu menunjukkan gejala khusus, maka akan langsung dikarantinakan.
Tercatat 35.000 kartu kewaspadaan kesehatan telah dibagikan di 19 daerah, yakni di Jakarta, Tangerang, Bandar Lampung, Padang, Tarakan, Balikpapan, Manokwari, Sampit, Bandung, Jambi, Tanjung Balai Karimun, Samarinda, Palembang, Tanjung Pinang, Denpasar, Surabaya Batam, Belitung, dan Manado.
Lebih dari itu, tegasnya, telah disiapkan pula 860 alat pelindung diri dan 2.322 masker. Sedangkan untuk mengantisipasi kemungkinan pandemik, pemerintah juga menyiapkan 100 rumah sakit yang ditetapkan sebagai rujukan untuk penyakit yang baru muncul atau emerging disease.
Keseratus rumah sakit itu sebelumnya pernah menangani wabah flu burung, dan telah lolos evaluasi terbaru, sehingga dipastikan memiliki fasilitas kesehatan yang lengkap, salah satunya, ruang isolasi dengan teknologi tekanan negatif.
Seiring dengan itu, imbuhnya, ada pula tiga rumah sakit yang ditetapkan menjadi rujukan nasional, yakni Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dan Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP).
Kendati hingga kini pemerintah menyatakan bahwa virus itu belum masuk Indonesia, tampak langkah sigap untuk menghadapi ancaman virus n-Cov telah digelar di segala lini dan berlangsung secara simultan. Kalangan kedokteran di Indonesia memang telah memiliki bekal pengalaman antisipasi dan penanganan wabah sejenis. Baik itu MERS, SARS, dan Flu Burung yang mengintai sejak 1998.
"Pada kasus Flu Burung di Indonesia (2005) tercatat ada 20 kasus infeksi dan 13 penderitanya meninggal. Dalam kasus SARS ada dua kasus dan kedua pasien selamat. Sementara itu, untuk wabah MERS tidak ada laporan serangan di Indonesia," pungkasnya.
Hadir dalam diskusi ini sejumlah narasumber utama dari kementerian terkait, di antaranya Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto, dan Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Cucu Koswala. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar