Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
PT Sampoerna Agro Tbk beserta anak perusahaannya ("Sampoerna Agro" atau "Perseroan") menggelar Public Expose pada Rabu, (18/12) di Jakarta. Dengan agenda paparan mengenai laporan keuangan konsolidasian yang diaudit bersama dengan statistik kinerja operasionalnya untuk periode yang berakhir pada September 2019 ("9M19").
Budi Halim, Direktur Utama PT Sampoerna Agro Tbk dalam paparan publik menyampaikan, Sampoerna Agro mampu membukukan kinerja keuangan yang lebih baik di kuartal ketiga tahun 2019 ("3Q19"), berkat skala ekonomi yang lebih tinggi, sehingga penjualan konsolidasian berhasil melonjak dibandingkan dengan kuartal kedua di tahun 2019 ("2019"). Jumlah penjualan konsolidasian di 3Q19 meningkat 49% lebih tinggi mencapai sebesar Rp903,45 miliar, meskipun harga jual produk unggulan masih menurun.
"Penjualan minyak sawit dan inti sawit Perseroan, yang menyumbang sebesar 96% dari penjualan konsolidasian,
berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kinerja pada 3Q19. Penjualan dari kedua produk andalan tersebut meningkat dari Rp 578,12 miliar pada 2Q19 menjadi Rp862,43 miliar pada 3019 seiring dengan kenaikan volume penjualan yang melebihi penurunan harga jual," ujar Budi saat jumpa pers di BEI Jakarta. Rabu (18/12)
Pada 3Q19, kata Budi, Perseroan menjual minyak sawitnya dengan harga rata-rata sebesar Rp6.569 per Kg, atau 2% lebih rendah dibanding 2019. Inti sawit juga membukukan harga jual rata-rata 4% lebih rendah, yakni sebesar Rp3,362 per kg. Akan tetapi, volume penjualan untuk keduanya dalam kuartal melonjak, masing-masing sebesar 52% dan 50%, dengan jumlah produksi yang mencapai 117,123 ton dan 27,665 ton. Landasan utama peningkatan kinerja Perseroan pada 3Q19 terutama didukung lonjakan produksi yang disertai dengan pencapaian produktivitas operasional yang lebih tinggi.
Menurutnya, Peningkatan hasil panen tertinggi dibukukan oleh kebun Perseroan di Sumatera Selatan dengan masuknya periode siklus panen tinggi, meskipun di tengah cuaca yang kian panas dan kekeringan yang cukup intens pada kuartal tersebut. Kebun Sumatera Selatan membukukan lonjakan produksi minyak sawit sebesar 32% secara kwartalan.
Pada 9M19, lanjutnya, Perseroan membukukan penjualan konsolidasian sebesar Rp2.267,08 miliar, atau 1% lebih rendah dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya ("9M18") terutama disebabkan oleh penurunan harga jual yang signifikan. Harga jual rata-rata Perseroan untuk minyak sawit dan inti sawit pada 9M19 mengalami penurunan masing-masing sebesar 12% dan 33%, dibandingkan 9M18.
Namun demikian, tegasnya, penurunan kinerja kedua produk tersebut dapat diredam sebagian dengan naiknya volume penjualan . Volume penjualan minyak sawt naik menjadi 292,198 tons pada 9M19, atau naik sebesar 19% dibandingan 9M18. Adapun inti sawit juga mengalami kenaikan sebesar 3% menjadi 64,440 tons di 9M19.
"Kami yakin bahwa komitment Perseroan dalam melakukan kegiatan intensifikasi kebun akan berdampak positif seiring dengan pemulihan harga komoditas sawit. Harga minyak sawit yang diperdagangkan juga telah melonjak 40% sejak akhir bulan September. Pemicunya adalah efek gabungan dari kekhawatiran bahwa jumlah pasokan akan menurun signifikan serta kenaikan permintaan untuk program B30 Indonesia," tutup Budi. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar