Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) pada Rabu, 27 November 2019 menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan Public Expose bertempat di Kantor Pusat BRI Agro Lantai 3 Jakarta Selatan.
Rapat dihadiri oleh pemegang saham mewakili 93,89% atau sejumlah 20.040 saham darà seluruh jumlah saham yang dikeluarkan yaitu 21.343.290.230 saham. RUPSLB BRI Agro dilaksanakan dalam rangka perubahan susunan pengurus Perseroan, yang akan efektif setelah mendapat persetujuan Uji Kemampuan dan Kepatutan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Pemegang saham telah menyetujui pemberhentian Agus Noorsanto yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama BRI Agro, kini menjabat sebagai Direktur Kelembagaan dan BUMN Bank BRI. Setelah adanya persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka susunan pengurus BRI Agro adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris:
- Komisaris Utama : Sdr. Ahdi Jumhari Luddin
- Komisaris Independen : Sdr. Anna Maria Tjiadarma
- Komisaris Independen : Sdr. A.Y. Soepadmo
- Komisaris : Sdr. I.B.K Suamba Manuaba)
- Komisaris Utama : Sdr. Ahdi Jumhari Luddin
- Komisaris Independen : Sdr. Anna Maria Tjiadarma
- Komisaris Independen : Sdr. A.Y. Soepadmo
- Komisaris : Sdr. I.B.K Suamba Manuaba)
Direksi:
- Direktur : Sdr. Ebeneser Girsang ( Merangkap sebagai Direktur Utama)
- Direktur : Sdr. Herry Prayudi
- Direktur : Sdr. Sigit Murtiyoso
- Direktur : Sdr. Ernawan.
- Direktur : Sdr. Ebeneser Girsang ( Merangkap sebagai Direktur Utama)
- Direktur : Sdr. Herry Prayudi
- Direktur : Sdr. Sigit Murtiyoso
- Direktur : Sdr. Ernawan.
Selain mengesahkan jajaran pengurus perseroan, BRI Agro juga melaksanakan Public Expose yang bertujuan untuk memaparkan kinerja Perseroan secara berkala. Public Expose memaparkan kinerja keuangan BRI Agro posisi Triwulan Ill Tahun 2019 unaudited yang telah dipublikasikan untuk memberikan informasi terkini kepada publik dan pemegang saham.
Ebeneser Girsang selaku Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk merangkap sebagai Direktur Utama dalam paparan publik menyampaikan, Kinerja Perseroan untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2019, masih menunjukan adanya pertumbuhan. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Total Aset sebesar 19,22% secara year on year dari sebesar Rp 20,91 Triliun pada posisi 30 September 2018 (Unaudited) menjadi sehesar Rp 24,92 Triliun pada posisi 30 September 2019 (Unaudited).
"Pertumbuhan total aset tersebut terjadi karena adanya peningkatan penyaluran kredit yang dilakukan oleh Perseroan. Kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan sampai dengan posisi 30 September 2019 adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit Perseroan. Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56%," ujar Ebeneser saat public expose BRI Agro di Gedung BRI Agro Jakarta. Rabu (27/11)
Menurutnya, Total Kredit Yang Disalurkan (KYD) pada posisi 30 September 2019 mampu tumbuh sebesar 34,61% secara year on year dari sebesar Rp 13,66 Triliun pada posisi 30 September 2013 (Unaudited) menjadi sebesar Rp 18,39 Triliun pada posisi 30 September 2019 (Unaudited). Penyaluran kredit terbagi kedalam tiga segmen bisnis yakni segmen menengah, ritel dan konsumer.
Sedangkan, segmen yang mendapatkan porsi penyaluran kredit terbesar adalah segmen Bisnis Menengah dengan total penyaluran kredit sampai dengan 30 September 2019 adalah sebesar Rp 12,96 Triliun, menyusul segmen Bisnis Ritel sebesar Rp 4,43 Triliun dan segmen Bisnis Konsumer sebesar Rp 1 Triliun.
Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, lanjut Ebeneser, Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh Perseroan meningkat sebesar 24,55% secara year on year dari sebesar Rp 15.52 Triliun pada posisi 30 September 2018 (Unaudited) menjadi sebesar Rp 19,70 Triliun pada posisi 30 September 2019 (Unaudited), sehingga rasio likuiditas yaitu LDR dapat terjaga pada level aman yakni sebesar 93,33%. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan DPK adalah produk deposito yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 28,64% secara year on year.
Selain itu, kata Ebeneser, Pada Triwulan lIl Tahun 2019 Perseroan mencatat NPL Net sebesar 4,86% yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,84% pada 30 September 2018. Peningkatan NPL tersebut terjadi karena adanya pemburukan kualitas kredit pada segmen menengah dan ritel, sehingga kenaikan NPL tersebut menyebabkan perolehan laba menurun cukup signifikan.
Untuk menekan rasio NPL, Ebeneser menjelaskan, strategi yang dilakukan Perseroan adalah dengan melakukan restrukturisasi dan meningkatkan frekuensi lelang dengan cara pembuatan website lelang dan melakukan kerjasama dengan balai lelang swasta. Selain itu juga dilaksanakan program reward "The Lower The Better" untuk insentif dalam rangka penagihan.
Perdasarkan kondisi tersebut diatas, kata Ebeneser, sampai dengan periode September 2019 Perseroan mencatatkan penurunan perolehan laba bersih sebesar Rp 15,29 Miliar (Unaudited). Sementara untuk rasio keuangan pada September 2019, dari sisi ekuitas Perseroan tetap memiliki ekuitas yang solid dengan Tier-1 CAR sebesar 23,80% dan Total CAR sebesar 24,40%. Angka tersebut masih jauh diatas ketentuan minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Selain itu, Ebeneser mengungkapkan, tingkat likuiditas Perseroan diluar rasio LDR masih tetap terjaga dengan rasio RIM berada pada level 92,87% serta GWM primer berada pada level 6,15% dan GWM Sekunder mencapai 6,5% pada posisi 30 September 2019.
"Disisi lain, Fokus perusahaan untuk tahun 2020 adalah perbaikan kualitas kredit serta pengembangan produk untuk meningkatkan CASA. Strategi perbaikan kinerja diharapkan dapat menekan rasio NPL, sehingga menjadi lebih baik dan ditopang dengan pengembangan produk simpanan yang dapat meningkatkan transaksi seperti QR payment, debit card dan digital saving," pungkasnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar