Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Salah satu tokoh senior Partai Golkar, Ridwan Hisjam, pada Minggu (10 November 2019) meluncurkan buku bertajuk REFORMASI PARADIGMA BARU PARTAI GOLKAR "Membangun Platform Demi Revolusi Industri 4.0 dan Konten Politik Pemilih Milenial".
Buku ini merupakan sumbangsih pemikiran yang lahir dari kesadaran Ridwan Hisjam untuk tetap menjaga, merawat dan membesarkan Partai Golkar di era milenial. Era yang ditandai dengan mulainya revolusi Industri 4.0.
Bahwa buku ini diluncurkan tepat pada tanggal 10 November 2019 dan dilakukan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta tentu bukanlah tanpa alasan.
Dipilihnya tanggal 10 November adalah sebuah pesan dari Ridwan Hisjam yang ingin menanamkan semangat kepahlawanan dalam tubuh kader-kader Golkar agar tetap berkobar dalam kondisi apapun demi memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara.
Menurut Ridwan Hisjam, Hari Pahlawan ini juga sengaja dipilih untuk mengingatkan kembali semangat dan cita-cita pahlawan yang berkobar dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Semangat yang diperlihatkan para pahlawan dan seluruh rakyat Surabaya dalam pertempuran heroik di Hotel Oranje atau Hotel Yamato yang kemudian dikenal sebagai Hotel Majapahit di Jalan Tunjungan, Surabaya.
Ya, semangat pahlawan dari arek-arek Suroboyo itu menurun kepada Ridwan Hisyam dari kakeknya H.Jahja yang juga pemilik Toko H.Jahja tepat di seberang Hotel Oranje. Dimana Sang kakek adalah juga figur yang menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah bersama-sama rakyat Surabaya lainnya dalam peristiwa heroisme perobekan bendera Belanda yang berwarna merah putih biru menjadi merah putih dan dikibarkan di pucuk Hotel Oranje.
Sehingga, 10 November menjadi hari tak terlupakan bagi seluruh rakyat Surabaya tak terkecuali keluarga Ridwan Hisjam. Dan, semangat itu mengalir dalam diri Ridwan Hisjam dalam perjuangannya sebagai politisi Partai Golkar yang berjuang untuk bangsa dan negaranya.
Kemudian, dipilihnya Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta untuk peluncuran buku ini, juga memiliki nilai historis bagi Golkar. Di hotel yang dulu bernama Hotel Indonesia, itulah berlangsung Musyawarah Nasional (Munas) Golkar tepat saat terjadi eforia reformasi di tahun 1998. Pada saat itulah lahir sejumlah langkah strategis Golkar. Tak hanya berhasil memilih Akbar Tandjung sebagai Ketua Umum, tapi juga melahirkan sikap-sikap reformis lainnya seperti mengubah nama Golkar menjadi Partai Golkar dan lain sebagainya.
Dengan diluncurkanya buku ini tepat pada Hari Pahlawan dan mengambil lokasi yang sarat nilai historis di Hotel Indonesia, menjadi catatan penting bagi Ridwan Hisjam untuk mengobarkan kembali semangat kepahlawanan di tubuh Partai Golkar. Sekaligus menjadikan peluncuran buku ini sebagai momentum untuk mereformasi Partai Golkar ke-dua kalinya setelah 20 tahun Golkar menggelar Munas di tahun 1998 di hotel ini. Tentu, cita-cita Ridwan Hisjam untuk memajukan Partai Golkar ini di era sekarang adalah sebuah narasi yang wajib ditindaklanjuti dalam kerja nyata.
Semangat pengabdian, dedikasi, dan loyalitas Ridwan Hisjam dalam menjaga, merawat dan membesarkan partai berlambang beringin tak perlu dipertanyakan.
Jika kita menengok ke belakang tahun 1998 saat Indonesia memasuki era reformasi, Golkar mendapatkan cobaan yang begitu berat. Sebagai kekuatan politik yang diidentikan dengan kekuatan Orde Baru, Golkar tak lepas dari hujatan dan serangan habis-habisan dari kelompok tertentu yang tidak menginginkan eksistensi Golkar. Golkar jadi sasaran kemarahan.
Ketika itu, Ridwan Hisjam yang menjabat Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur juga merasakan hal serupa. Serangan datang bertubi-tubi. Kantor-kantor Golkar dibakar. Situasi mencekam. Saat asap hitam menyelimuti Kota Surabaya, Ridwan tak bergeming. Dia tampil berdiri di atas puing-puing keruntuhan sembari mengibarkan bendera Golkar dengan gagah berani. Tak takut risiko. Padahal ketika itu tak ada yang berani memprediksi Golkar bakal langgeng. Apalagi pulih kembali dan mendulang suara tinggi.
Tapi tidak bagi Ridwan Hisjam. la bersama tokoh-tokoh Golkar lainnya rela jatuh bangun berjuang dan mempertahankan panji-panji Golkar dari ancaman kehancuran saat itu.
Luar biasa! Perjuangan Ridwan dan sejumlah tokoh Partai Golkar mampu mempertahankan suara rakyat sejati. Ketika dilangsungkan Pemilu tahun 1999 Golkar berhasil mendulang suara tinggi ke-dua setelah PDIP secara nasional dan sukses mengirimkan wakil-wakil rakyatnya ke parlemen.
Kepercayaan rakyat semakin tinggi ketika di Pemilu tahun 2004 Golkar hidup lagi sebagai partai pemenang pertama secara nasional. Dan, hingga sekarang, Partai Golkar masih berkibar. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar