Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Panembahan Reso pertama kali dipentaskan Bengkel Teater pada 26-27 Agustus 1986 sebagai kritik budaya WS Rendra terhadap praktik-praktik kekuasaan rezim Orde Baru yang represif terhadap masyarakat.
BWCF Society dan Ken Zuraida Project, bekerjasama dengan Ciputra Artpreneur sebagai venue partner, menghidupkan kembali mahakarya WS Rendra, dramawan Indonesia yang melegenda dengan ribuan sajak dan pertunjukan lakon budaya dalam tajuk: Panembahan Reso.
Menonton Panembahan Reso bagaikan menyaksikan drama kekuasaan dengan permainan atau intrik yang menyertainya. Kisah ini merupakan karya Rendra yang merefleksikan bagaimana di suatu pemerintahan, perebutan kekuasaan diraih dengan cara-cara licik dan penuh darah. Demi kekuasaan, anak-istri, saudara, dan sahabat pun dikorbankan.
Panembahan Reso sejatinya merupakan epos yang merefleksikan betapa hasrat membabi buta terhadap kekuasaan selalu menimbulkan aspek-aspek delusional terhadap seorang pemimpin dan pengikutnya.
Auri Jaya selaku Produser Panembahan Reso mengatakan, Sejumlah pengamat budaya mengatakan, Panembahan Reso mampu membedah secara dalam watak dan psikologi seorang pemimpin yang telah kehilangan kontrol terhadap akal sehat dan terseret ke ilusi-ilusi pribadi.
Kini, lanjut Auri, setelah 34 tahun berlalu, mahakarya WS Rendra, drama Panembahan Reso akan dipentaskan kembali pada 25&26 Januari 2020, di Teater Ciputra Artpreneur, Jakarta. Mereka yang terlibat dalam pementasan ini adalah gabungan seniman teater, tari, musik yang berasal dari Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.
"Disutradarai Hanindawan dan asisten sutradara Sosiawan Leak, dengan para pemeran utama seperti Sha Ine Febriyanti, Whani Darmawan, Ucie Sucita, Sruti Respati, Ruth Marini, Maryam Supraba, Gigok Anugoro, Jamaludin Latif, dan Dimas Danang Suryonegoro. Serta puluhan pemain teater lainnya," ujar Auri dalam konferensi pers di Jakarta. Selasa (05/10)
Selain itu, kata Auri, pementasan ini didukung pula oleh penata musik, penata tari, penata cahaya, penata set & artistik dan penata suara. Kerja kolaborasi seniman antar kota yang berpusat di Solo dalam proses kreatifnya ini, telah dimulai sejak Maret lalu.
Pementasan ini, Auri menuturkan, diharapkan mampu menyuguhkan sebuah tontonan yang menarik dan berkualitas dalam durasi pertunjukan selama tiga jam. Kekuatan musik dalam format semi orchestra yang didukung oleh 15 pemusik, akan menghadirkan dinamika komposisi yang bertolak dari musik-musik nusantara, begitu juga dengan koreografi tari kontemporer, yang juga akan dibawakan oleh 20 penari.
Sedangkan, kata Auri, set artistik terdiri dari tangga-tangga berupa undakan kayu yang memenuhi seluruh area panggung dengan ornament-ornament instalasi seni rupa sebagai penguatan suasana di tiap babak, dan cahaya menjadi sangat penting.
Panggung juga akan dilengkapi dengan multimedia yang menjadi faktor utama dalam pementasan ini. Beberapa adegan akan diperkuat dengan siluet dan unsur-unsur animasi. "Berbagai inovasi kreatif akan bermunculan dalam garapan pementasan ulang naskah Panembahan Reso ini," tutup Auri. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar