Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Untuk mengamankan pasokan batubara domestik, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia memerintahkan produsen batubara untuk mencadangkan jumlah tertentu dari produksi mereka untuk konsumsi dalam negeri (kewajiban pasar domestik). Selain itu, pemerintah dapat menyesuaikan pajak ekspornya untuk mencegah ekspor batubara. Pemerintah bertujuan untuk lebih banyak konsumsi batubara domestik karena ingin batubara memasok sekitar 30 persen dari bauran energi negara pada tahun 2025.
Indonesia menghasilkan 528 Mt batubara pada tahun 2018, meningkat 14% dari tahun sebelumnya 461 Mt, karena pemerintah memperbolehkan beberapa produsen batubara besar untuk menaikkan kuota produksi mereka.t Adapun tahun 2019, kementerian energi telah menetapkan target produksi indikatif yang lebih rendah dari 489Mt. Kementerian menjelaskan bahwa 95,73 juta ton batubara DMO akan digunakan untuk listrik, 5,4 juta ton untuk metalurgi, 1,49 juta ton untuk pupuk, 16,15 juta ton untuk industri semen, 3 juta ton untuk industri tekstil, 6,2 juta ton untuk industri tekstil, 6,2 juta ton untuk kertas industri dan 14,500 juta ton untuk kurung.
PT Rig Tenders Indonesia Tbk menggelar Public Expose usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada Rabu pagi, 25 September 2019 bertempat di Ruang Jade Lt. 2 Hotel Park Regis Arion Kemang Jl. Kemang Raya No. 7 Kebayoran Baru.
Abdul Rahman Abbas, Presiden Direktur PT Rig Tenders Indonesia Tbk dalam pemaparannya mengatakan, Arus kas dari aktivitas operasi meningkat 350 kali lipat menjadi AS$7,74 juta akibat hasil positif dari kegiatan operasional Perseroan. Arus kas untuk aktivitas investasi menjadi negatif karena ada arus kas untuk perolehan aset tetap lebih tinggi dari arus kas dari penjualan aset tetap. Arus kas untuk aktivitas pendanaan merupakan pembayaran pinjaman bank. Secara umum, arus kas Perseroan masih dibatas aman.
Menurut Abdul Rahman, Liabilitas lancar di tahun 2019 berkurang menjadi AS$19,25 juta, yaitu 30,07% lebih rendah dibandingkan liabilitas lancar di tahun 2018. Jumlah liabilitas juga berkurang sekitar 29,23% menjadi AS$20,11 juta di tahun 2019. Sedangkan Beban Umum dan Administrasi di tahun 2019 menurun 15,3% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi AS$3.04 juta, didorong oleh perbaikan sistem internal dan efisiensi pengeluaran.
Pada kesempatan ini, kata Abdul Rahman, Perseroan mencatat kerugian di tahun buku 2019 meskipun penjualan telah meningkat. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan beberapa beban.Jumlah rugi per saham di tahun 2019 tercatat di AS$0,014 yaitu membaik 39,4% dibandingkan AS$0,0231 rugi per saham di tahun 2018.Hal ini menunjukkan bahwa upaya Perseroan sudah mulai membuahkan hasil yang baik. Aset lancar meningkat 27,85% menjadi AS$18,32 juta pada tahun 2019 dibandingkan tahun2018.Total aset menurun 20,88% dari AS$80,10 juta ditahun 2018 menjadi AS$63,38 juta di tahun 2019.
Selain itu, kata Abdul Rahman, Manajemen pada tanggal 12 Juni 2019, menjual 1 aset Perseroan berupa Kapal Accomodation Work Barge dengan nama Kaspadu 1 untuk mengurangi beban keuangan Perseroan yang cukup signifikan. dikarenakan Kaspadu 1 tidak beroperasi selama 4 tahun 5 bulan serta mengintensifkan pemasaran untuk proyek-proyek baru di Indonesia dan Mengeksplorasi jenis layanan yang berpotensi.
"Mengadakan Monthly QHSE untuk meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan karyawan akan keamanan dalam bekerja serta Efesiensi biaya operasional sehingga memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi keuangan dan kegiatan operasional Perseroan," tutup Abdul Rahman. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar