Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Kecerdasan buatan hadir dan berkembang untuk membantu meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan menggantikan peran manusia sebagai pengambil keputusan sekaligus sumber inovasi. Upaya ini diterjemahkan akselarator GK-Plug and Play Indonesia (GK-PnP) dengan menggandeng Centre for Strategic and International Studies menghadirkan Sophia
the Robot.
Sophia, robot berbentuk manusia berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) yang tampil perdana tahun 2016, buah karya Hanson Robotics ini mampu berekspresi, berkomunikasi, hingga bergurau seputar tema tertentu layaknya manusia. Dalam dialog bersama Wesley, Sophia yang sempat mendengar GK-PnP telah mengakselarasi lebih dari 50 perusahaan rintisan berkata, “Tampaknya menarik. Kamu dapat merekrut robot seperti saya untuk bekerja dengan anda.” Dilanjutkan dengan pertanyaan bagaimana AI membantu dunia startup, “AI dapat digunakan dalam berbagai cara, sebagai contohnya AI dapat membantu memprediksi market trends sehingga startup dapat memusatkan perhatian mereka pada hal-hal yang terpenting.”, Jawab Sophia dengan diakhiri senyuman dalam Youth Dialogue di Jakarta. Selasa (17/9)
Dalam forum Youth Dialogue yang merupakan bagian dari CSIS Global Dialogue 2019, yang dihadiri lebih dari 500 kalangan muda berlatar belakang pebisnis pemula, akademisi, politikus serta para mahasiswa dan pelajar. Wesley selaku Managing Partner dari GK-Plug and Play Indonesia mengatakan, Kehadiran Sophia diharapkan menjadi pengingat sekaligus inspirasi, jika kecerdasan buatan tengah berkembang sedemikian pesat, memasuki keseharian manusia. Di satu sisi, selain membantu manusia, memang akan menggantikan beberapa pekerjaan yang masih kita lakukan saat ini. Namun di sisi lain memunculkan pula banyak kesempatan bagi kita untuk mengeksplorasi hal baru dan berinovasi.
Selain itu, Wesley mengingatkan jika inovasi adalah keharusan, dan dapat berlangsung dengan dukungan passion. Perusahaan rintisan hanya akan sukses karena dorongan kuat dalam sosok para pelakunya. Teknologi seperti kecerdasan buatan, adalah alat yang dapat membantu itu semua, bukan mengantikannya. Guna meraih manfaat secara optimal dari kehadiran AI, seluruh pemangku kepentingan mesti merumuskan langkah bersama agar ekosistem yang ideal dari sisi regulasi, sumber daya manusia, pendampingan dan pendanaan terbentuk sedari awal.
Senada dengan itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan, Indonesia harus bersiap memasuki tahapan dimana hadirnya teknologi baru seperti AI mesti diikuti dengan cara berpikir yang berbeda sehingga masyarakat memperoleh nilai tambah dari sana.
Menurutnya, Kominfo yang sebelumnya regulator, kini banyak berperan selaku fasilitator dan akselarator, mendorong lahirnya
startup berbasis teknologi yang berpotensi menarik minat ventures capital, dan di kemudian hari berkembang menjadi unicorn baru.
"GK-PnP telah mengakselarasi lebih dari 15 perusahaan rintisan (startup) berbasis kecerdasan buatan,diantaranya adalah Bahasa.ai – sebuah platform natural language processing – yang mampu merespon langsung pertanyaan pengguna, termasuk penggunaan perbendahaan kata Bahasa Indonesia yang tak baku," tutup Wesley. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar