Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Sebanyak 16 anggota dari Majelis Rakyat Papua (MRP) diketahui melakukan perjalanan dari Jayapura menuju sejumlah provinsi yang terdapat mahasiswa asal Papua. Khusus di Manado, mereka diketahui telah melakukan pertemuan pada tanggal 29 Agustus 2019 lalu.
Berdasarkan data yang diterima, pada tanggal 26 Agustus 2019 terdapat 11 orang Jayapura menuju Manado melalui Sorong dengan menggunakan sebuah penerbangan . Adapun nama-nama mereka yaitu N R, Pdt. E T, A J, P J, O N, S A, H H, Y N, Y M, W F, dan R T.
Kemudian, pada tanggal yang sama juga terdapat 5 orang Jayapura menuju Bali melalui Timika. Mereka yaitu S P, Y N, P W, L W, dan Y W.
“Setelah dikonfirmasi, mereka yang melakukan perjalanan tersebut tercatat sebagai anggota dari MRP. Tujuan mereka yaitu bertemu dengan para mahasiswa yang belajar di provinsi-provinsi lain di luar Papua untuk melakukan eksodus,” kata salah seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa asal Papua yang belajar di Manado mengatakan, ia bersama dengan para mahasiswa pernah melakukan pertemuan dengan anggota MRP dan DPRP untuk membahas masalah rasisme, diskriminasi dan tindakan persekusi terhadap mahasiswa Papua. Namun, pertemuan tersebut juga untuk meminta para mahasiswa kembali ke Papua atau melakukan eksodus.
“Kami diberitahu bahwa kami harus kembali ke Papua. Karena orang Papua telah membumi hanguskan orang non Papua dan katanya Papua akan segera merdeka sehingga kami harus membantu," katanya.
Berdasarkan catatan, dari total mahasiswa asal Papua yang belajar di provinsi lain yaitu 1.300 orang, sebanyak 750 mahasiswa Papua di Manado telah melakukan eksodus. Padahal, Provinsi Manado merupakan daerah yang tidak pernah terjadi konflik antara masyarakat Papua dengan warga sekitar. Pada kejadian kerusuhan yang menyebabkan Papua dan Papua Barat memanas beberapa waktu lalu, Provinsi Manado juga tidak terjadi apa-apa atau aman terkendali.
“Waktu kami tiba di Jayapura, kami melihat bahwa kondisi Papua baik-baik saja. Namun ketika kami ingin kembali melanjutkan studi dengan menggunakan pesawat Hercules yang disediakan oleh Panglima TNI, para oknum MRP tersebut kembali memprovokasi kami untuk tidak kembali ke daerah asal studi,” katanya.
“Kata mereka kami harus mendapat izin dulu dari Gubernur Papua baru kami bisa kembali. Padahal saat ini sudah mulai masa kuliah,” ujarnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar