Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Kedokteran gigi di Indonesia mengalami potensi pertumbuhan yang pesat. Menurut data Konsil Kedokteran Indonesia (KK) sampai per April 2018 tercatat ada 33.523 terdiri dari dokter gigi terdiri dari dokter gigi (29.939) dan dokter gigi spesialis (3.584).
Jumlah tersebut rupanya belum berbanding lurus dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Riset Kesehatan Dasar 2018 dari Kementerian Kesehatan menyebut bahwa dari 57,6% masyarakat Indonesia yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut, hanya 10.2% saja yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis. Ketidakmerataan dalam penyebaran dokter gigi memang menjadi PR tersendiri, mengingat faktor geografis Indonesia yang begitu luas.
Namun jika dibandingkan dengan negara yang luasan lebih kecil dari Indonesia, jumlah tersebut masih belum seberapa. Sebut saja diantaranya Jepang memiliki 100.994 dokter gigi (2014), Italia 47.098 dokter gigi ( 2016) bahkan hingga Prancis memiliki 43.026 dokter gigi (2016).
Membicarakan jumlah tentu juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas yang mumpuni. Faktanya, data dari PDGI menyebutkan, setiap orang Indonesia rata-rata memiliki kerusakan 7 gigi. Ini jauh dari standar internasional yakni FDI (organisasi dokter gigi sedunia) yang menargetkan hanya 2-3 gigi saja.
Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr. drg. Hananto Seno mengatakan, Dalam rangka meningkatkan kualitas para dokter gigi di Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) berkolaborasi dengan Traya Eksibisi Internasional dan Koelnmesse menyelenggarakan Indonesia Dental Exhibition and Conference (IDEC) 2019.
"Gelaran yang berlangsung selama 3 hari ini (13 - 15 September 2019) menampilkan beragam peralatan dan informasi terkait industry kedokteran gigi. mulai dari praktik kedokteran gigi digital, kedokteran gigi kosmetik, bahan dan unit gigi, instrumen, headpieces dan alat untuk laboratorium, peralatan dan sistem laboratorium, furnitur laboratorium hingga berbagai layanan dari organisasi dan perusahaan kesehatan gigi. Untuk memberikan gambaran teknologi terbaru. Supaya Indonesia tidak ketinggalan dengan teknologi internasional. Sekarang sudah ada yang robotik, digital," ujar Hananto Seno saat jumpa awak media di Jakarta. Jum'at (13/9)
Menempati area seluas 5000 m di Assembly Hall. Lanjut Hananto Seno, IDEC 2019 menjadi pendorong dari meningkatnya kualitas industri kedokteran gigi di Indonesia. Hal itu ditandai dengan terjadinya peningkatan peserta pameran sebesar 40 % yang terdiri dari 232 ekshibitor brand dari 18 negara dan 3 paviliun nasional dari Cina, Korea Selatan dan Jerman. Selain itu, IDEC juga menjadi showcase dari pertumbuhan para pelaku usaha lokal yang siap menampilkan informasi terbaru perkembangan teknologi kedokteran gigi di dunia.
Dengan menghadirkan lebih 18 pembicara profesional, kata Hananto Seno, IDEC akan menjadi wadah bagi 4000 dokter gigi lokal dan asing dalam memperkaya keterampilan mereka dengan tren teknologi kedokteran gigi terbaru. Para peserta dapat mengetahui informasi tersebut dengan mengikuti beberapa kegiatan menarik seperti pameran, main lecture program dan hands-on programme.
Menurut Hananto Seno, Salah satunya adalah teknologi digital dalam perawatan gigi yang dibahas oleh Dr. How Kim Chuan dalam main lecture yang berjudul "Digital Solutions from Scan Body to Restoration in Full Mouth Rehabilitation" pada 13 September 2019. Di seminar ilmiah ini diperkenalkan tentang proses gambar digital gigi, sinar X pada mulut secara penuh hingga teknologi 3D, dengan begitu masalah gigi masyarakat akan lebih terbantu.
Selain teknologi digital pada restorasi gigi dan mulut, Hananto Seno mengatakan, IDEC 2019 juga menyoroti perkembangan laser yang menjadi tren terkini dari perkembangan kedokteran gigi dunia. Tema tersebut akan dibahas oleh pakar kesehatan gigi dari India yakni Dr. Niladri Maiti dalam seminar berjudul "Laser Assisted Bioglass Theraphy In Management of Dentin Hypersensitivity" pada 15 September 2019.
"Gigi hipersensitif (hipersensitivitas dentin) adalah gangguan pada gigi yang membuat rasa ngilu bagi penderitanya. Berkat teknologi laser, masyarakat kini tak perlu khawatir lagi dalam mengatasi masalah gigi hipersensitif. Dibandingkan dengan metode konvensional yang memakan waktu lebih lama, perawatan melalui laser akan berdampak pada hasil yang lebih cepat dengan waktu aplikasi yang lebih sedikit pada pasien. Inilah metode terbaru dan yang baik dalam menyelesaikan rasa sakit jangka panjang dengan segera," tandas Hananto Seno.
Presiden Direktur Traya Eksibisi Internasional Bambang Setiawan mengatakan, Selain teknologi digital dan laser, IDEC juga menghadirkan berbagai perkembangan teknologi kedokteran gigi lainnya seperti endondontik, dental photograph, ortodontik hingga inovasi dalam self-ligation, semuanya dapat dipelajari oleh para pelaku kesehatan gigi di sini. Ada pula dentist robotics yang siap menjadi inspirasi dalam penerapan teknologi kedokteran gigi di Indonesia.
Di era digital seperti sekarang, dokter gigi harus selalu memperbaharui ilmu dan keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan hadirnya berbagai suguhan teknologi kedokteran gigi di IDEC. diharapkan dapat mendorong kualitas para dokter gigi untuk memberikan pelayanan yang optimal," tutup Bambang Setiawan. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar