Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Industri minyak dan gas bumi perlu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemanfaatan data untuk menciptakan proses produksi yang lebih efektif dan efisien. Hal ini disadari oleh Saka Energi yang telah mengembangkan perangkat lunak untuk menganalisis data sumur-sumur migas.
"Ini (data analytic) solusi terbaik untuk mengoptimalkan produksi existing. Implementasinya sederhana, tapi memiliki dampak yang besar bagi produksi. Hanya perlu coding, scripting dan kreatifitas" ujar Rini Saputra, Senior Subsurface Manager Saka Energi, pada Sesi Teknologi ke-2 The 43nd IPA Convex 2019 yang bertema "Driving Innovation for Exploration dan Production Industry through Application of Data Analytics" Kamis (5/9)
Rini mengungkapkan, biasanya perusahaan membutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk mereview 30 sumur secara menyeluruh. Namun setelah mengembangkan pilot project perangkat lunak SWORDS (Saka Well Opportunity Register, Define and Selection), prosesnya bisa lebih cepat. Cara kerjanya dengan mentransfer hasil review sumur ke dalam algoritma pemrograman. Mesin analisis akan menjalankan algoritma tersebut dan memberikan hasilnya.
"Dengan SWORDS kami bisa memotong prosesnya dari 4 bulan menjadi satu minggu" ujarnya.
Rini mengatakan, ide besarnya adalah analytic engine yang melakukan pekerjaan untuk perusahaan tanpa intervensi manusia. Apabila untuk skala kecil saja sudah memberikan dampak signifikan, dia meyakini apabila hal itu dimplementasikan pada lapangan migas besar seperti Blok Sanga-sanga yang berada di Kalimantan Timur.
"jika kita bisa mulai mengadaptasi teknologi ini, saya yakin kita bisa memenuhi target produksi nasional", katanya.
Sementara itu CEO and Founder of Big Jawa, Ruli Harjowidianto, yang menjadi salah satu panelis, mengungkapkan, hingga saat ini baru sekitar 36 persen perusahaan migas yang berinvestasi pada big data. Sementara perusahaan migas yang memanfaatkan big data sebagai wawasan informasi baru sekitar 13 persen.
Padahal, ungkapnya, big data memiliki banyak manfaat dalam Industri migas dari hulu sampai hilir. Dengan memanfaatkan big data, kita bisa mengetahui secara lebih lengkap mengenai kebutuhan konsumen. Sementara dalam konteks dengan sektor hulu, perusahaan bisa mengetahui berapa banyak migas yang harus diproduksi. Menurut dia, beberapa kegunaan artificial intelligence secara umum di antaranya untuk memproyeksi kebutuhan, mengetahui aktivitas seismik, manajemen stok, rantai pasokan, hingga logistiknya.
"Harga minyak yang naik turun karena tidak tahu kebutuhan market dan produksinya itu berapa. Kalau dari awal sudah ketahuan, kita akan bisa prediksi berapa harga di market nantinya, berapa untuk eksplorasi," tuturnya,
Sementara itu, Chief Information Officer Asia Pacific of BP, Dwi Cahyo Nugroho, yang bertugas sebagai moderator mengatakan, perusahaan sangat penting untuk memiliki dan mengolah data, Paradigmanya juga telah berganti saat ini, Bahwa, data merupakan aset yang bisa mendorong perkembangan industri migas. Dia mencontohkan, belum lama ini Inggris merilis 130 teratyte data sumur migas, geospasial, dan data infrastruktur.
"Penggunaan data berguna bagi kegiatan eksplorasi dan pengeboran, Bagaimana data bisa menambah pengetahuan dan wawasan," tuturnya. (Arianto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar